Still flashback.
∆∆∆
"Kamu beneran nggak apa apa, Jen?"
"Nggak kok, Bun. Gapapa, Jennie gapapa. Bunda nggak usah khawatir okay? Yang paling penting sekarang itu kesembuhan Jaemin."
"Jennie..."
Bibir Jennie naik membentuk senyum yang tulus, walau sebenarnya hatinya sakit dan matanya memanas ingin menangis.
"Kemarin bunda jelasin semuanya, tapi Jaemin malah nggak percaya. Katanya dia nggak punya istri... Maafin Bunda, tapi Bunda bakal usahain Jaemin inget kamu. Bunda janji." Bunda Jaemin menatap Jennie dengan mata yang berkaca kaca. Ia semakin mempererat genggaman tangannya pada tangan mungil Jennie.
"Bunda nggak perlu minta maaf. Ini semua bukan salah bunda. Ini semua udah takdirnya. Kita serahin semuanya sama Tuhan ya, Bun?" Jennie memeluk mertuanya.
Ingin sekali Jennie menangis, tapi Jennie tidak bisa. Ia harus terlihat kuat, bukannya lemah.
1 menit kemudian, mereka melepas pelukannya. "Bunda mau nginep disini?" Tanya Jennie sembari tersenyum pada mertuanya.
Bunda Jaemin membalas senyuman Jennie, "Nggak usah, sayang. Hari ini Ayah nggak bisa nemenin Jaemin di rumah sakit, jadi Bunda harus nemenin Jaemin. Kamu mau ikut?"
Jennie menggeleng kecil. Mulutnya ingin sekali berkata 'iya', namun lagi lagi ia tidak bisa. Jaemin akan merasa risih jika Jennie berada di sana. Karena sekarang, Jaemin tak lagi mengenali Jennie.
"Kalo gitu kamu baik baik ya, Jen. Kamu nggak boleh sakit. Bunda pamit dulu."
Sesudah mengantarkan Bunda Jaemin hingga depan gerbang rumah, Jennie kembali memasuki rumah. Jennie menatap bingkai foto berukuran besar yang dipajang di dinding ruang tamu rumahnya. Bingkai foto tersebut berisi foto pernikahannya dengan Jaemin.
Lagi dan lagi, Jennie harus menangis entah untuk yang ke berapa kalinya.
÷÷÷
"Gue udah denger dari mama lo. Jaemin kecelakaan dan dia hilang ingatan. Dia nggak lupa sama lo, kan?"
Mendengar apa yang Haruto katakan, tangan Jennie berhenti mengaduk secangkir teh yang akan ia sajikan pada Haruto.
"Oh, dia lupa." Celetuk Haruto singkat. Haruto dengan santai mengeluarkan sebatang rokok dari dalam sakunya dan menyalakannya menggunakan korek api yang senantiasa berasa di saku celananya.
Jennie menghela nafasnya, lagi lagi Haruto terus menerus mengulangi kebiasaan buruknya.
Tubuh Jennie berbalik lalu dengan segera ia merampas rokok Haruto dan mematikannya. Setelahnya, Jennie membuang putung rokok itu di bak sampah dapur.
"Jangan ngerokok, Haruto. Lo dibilangin bandel amat. Bahkan Tiara juga udah bilangin lo tapi lo tetep aja ngerokok. Mau gue aduin ke papa lo?" Ancam Jennie sembari membawa secangkir teh yang ia buat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
crush -jnk
Romance"Suka sama cowok emang bikin sakit hati, apalagi kalo sama cowok orang. Move on, Jen!" ©purplebluef, 210921