18

60.2K 13.1K 5.6K
                                    

Azalea membaringkan kepalanya di atas meja. Wajahnya cemberut. Dia merasa bosan belakangan ini. Tidak ada kemajuan dalam hubungannya dengan Nakusha. Laki-laki itu bersikap seolah mereka tidak dekat namun tidak asing secara bersamaan.

“Le, udah gue bilang. Gak bakal bisa lo dapetin Kak Naku. Mending ganti target.” Yelin di sebelahnya memperingati sahabatnya dengan kasihan. Sudah tiga minggu Azalea di sini, tetapi tujuannya belum juga tercapai.

“Tapi seenggaknya dia baper dikit kek. Masa mukanya kayak tembok terus? Mana sering senyum, kan meleyot gue,” kata Azalea sambil mencuatkan bibirnya.

“Lagian Le, lo di sini baru tiga minggu. Perasaan orang gak secepet itu. Malah ada yang PDKT sama doi berbulan-bulan sebelum pacaran.” Yelin lalu menyesap minumannya sebelum mendesah lega merasakan minuman dingin tersebut menyegarkan tubuhnya yang kepanasan. “Udahlah, Le. Ganti target.”

“Ganti target, ganti target. Lo kira segampang itu jatuh hati sama cowok?” cibir Azalea tidak terima.

Yelin merotasikan bola matanya. “Gampang. Contohnya gue.”

Azalea mengangkat kepalanya untuk menoyor kepala Yelin. “Lo mah buaya betina.”

“Gak papa. Berpengalaman,” ujar Yelin ambigu dengan cengiran. “Terima nasib, Le.”

“Diem lo, anaknya om Zahair.”

“Beh, bawa-bawa nama orang tua. Kualat mampus lo!” seru Yelin dengan mata melotot.

Ketika mereka sedang mengejek satu sama lain kemudian, dua gadis dari kelas sebelah datang. Tatapan mereka terarah pada Azalea dengan binar di mata.

“Azel.”

Azalea dan Yelin berhenti dari kegiatan mereka sembari menoleh. Menatap dua gadis tepat di samping meja Yelin, Azalea bingung namun segera memberikan senyuman. “Cari gue?”

“Mm!” Dua gadis itu mengangguk canggung. Mereka dengan kikuk meletakkan coklat di atas meja Yelin. “Buat lo!” kata mereka lalu bergegas pergi.

Yelin memberikan tatapan horor kepada Azalea. “Maksudnya ape nih?”

Azalea mengambil coklat dibungkus pita pink dengan senyum geli. “Emang di sekolah ini berkembang tradisi anak sekolah Jepang? Para ciwi kasih barang duluan ke cowok?”

“Sering terjadi.” Sudut bibir Yelin berkedut melihat Azalea membuka bungkus coklat dan memakannya dengan khidmat. “Le, what are you doing?

I'm makan. You tidak see it?” balas Azalea dengan bahasa Inggris asal-asalan.

I know. But... lo harusnya kasih kembali. Kalo mereka tau lo makan, mereka bisa berharap tau!” ujar Yelin gemas.

Mata Azalea menyipit, dalam hati penuh kepuasan merasakan manisnya coklat pemberian fansnya. “Jangan sok Inggris lo. Kita sama-sama bego bing, ya.”

Yelin lalu menggaruk tengkuknya dengan cengiran. “Gue udah belajar lebih banyak, tau. Seenggaknya lebih baik daripada lo yang cuma tau I you doang.”

“Biar bego Inggris yang penting gue pinter bahasa Jerman, Prancis, sama Jepang.” Azalea mengulurkan lidah mengejek.

“Sok banget. Gue juga bisa tiga bahasa. Sunda, Bali sama Jawa. Mau apa lo?” Yelin bersedekap dada sambil mengangkat dagunya tinggi.

Kening Azalea mengerut. “Gue bisa bahasa kuda.”

“Gue bisa bahasa kambing!”

“Gue tikus.”

“Gue babi.”

Mata Azalea menyipit. “Gue bisa kucing.”

“Gue bisa bahasa anjing!”

“Coba praktikin. Gak percaya gue.” Azalea menyandarkan punggung pada sandaran kursi.

“Guk, guk, guk.” Tanpa berpikir Yelin menggonggong penuh semangat.

Azalea mengulurkan tangan dan menepuk pucuk kepala Yelin dengan senyum guyon. “Bagus. Anjing pinter.”

Yelin tertegun sejenak sebelum merutuk. “Anjing!”

Azalea sontak berdecak sambil menggeleng-geleng. “Gak baik manggil diri sendiri, loh.”

“Shit. Mati aja lo Le!”

Azalea tertawa lepas karena berhasil membuat sahabatnya marah. Setelah meredakan amarah Yelin, Azalea mengubah topik. “Lin, di ujung sana ada apa sih? Gue liat tempatnya luas tapi gak dibangun apa-apa.”

Seketika Yelin mengerti arah tunjuk Azalea. Dia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan lalu menjelaskan secara singkat. “Peternakan sekolah. Ada kandang ayam di sana. Setau gue aja sih. Gak pernah ke sana soalnya.”

Mata Azalea menjadi cerah. “Ayam?” Memikirkan telurnya, Azalea menelan saliva. Tiba-tiba dia jadi ingin makan telur ceplok.

“Hooh.”

Azalea menoleh ke arah jendela dengan senyum merekah. Sudah diputuskan, malam ini dia akan makan telur!

Pada sore hari, Azalea benar-benar melakukan apa yang dia inginkan siang tadi. Dia menuju arah peternakan secara diam-diam. Matanya berubah cerah melihat bahwa benar-benar ada peternakan.

Ketika dia ingin pergi ke kandang ayam, dia malah tertarik begitu melihat bebek. Memikirkan telur bebek, dia menjilat bibirnya dan memasuki kandang tersebut. Ada beberapa bebek yang sedang duduk, Azalea duga mereka sedang menghangatkan telur mereka. Begitu berada di pojok, dia menjadi semangat karena ada telur yang tidak dilindungi emaknya.

Mengambil dua telur yang ada di sana, Azalea berbalik dengan puas. Namun dia malah mendapati seekor bebek menatapnya dengan tak ramah, membuatnya langsung bersiaga.

“Jangan maju! Lo maju, gue jadiin lo bebek panggang!” ancam Azalea.

Bebek tersebut memiringkan leher. Lalu beberapa menit kemudian....

“AAAAAAA!” Azalea berteriak kencang sambil berlari menuju gedung sekolah. Langit perlahan menjadi gelap, namun bebek di belakangnya masih mengejar penuh semangat.

Tangannya memerah karena patukan bebek tersebut sebelum dia keluar dari kandang. Meski begitu, dia masih setia melindungi telur hasil jarahannya.

“Emak bebek! Gue bakal hancurin cangkang telor anak elo, kocok anak lo sampai teraduk rata, masukin garem dikit, terus goreng dia di minyak panas!” pekik Azalea masih berlari. Bebek di belakangnya mengibaskan sayapnya dan semakin semangat mengejar Azalea.

Napasnya semakin tak beraturan. Kakinya mulai lelah. Begitu melihat sosok yang tak asing, Azalea meneguk salivanya dan berteriak. “EHAN!”

Nakusha baru saja hendak kembali ke asrama. Mendengar suara yang familier, dia menoleh. Namun dia malah mendapati sosok laki-laki bertubuh kurus sedang lari dengan seekor seunggas mengejarnya ganas.

Kening Nakusha mengernyit. Begitu hendak membuka mulut, Azalea malah menariknya agar ikut berlari. Dia tertegun sejenak, melihat wajah penuh keringat Azalea sebelum menoleh ke belakang. Bebek putih itu masih mengejar mereka. Ketika melewati daerah yang gelap, Nakusha menarik Azalea untuk bersembunyi.

“Hah... hah....” Suara tersengal Azalea terdengar. Beberapa saat terdiam, dia melirik sekitarnya. Nampaknya bebek tersebut kehilangan jejak mereka.

Dia dan Nakusha keluar dari daerah gelap tersebut. Di bawah cahaya lampu jalan, Azalea berhadapan dengan Nakusha. Dia tersenyum lebar, matanya yang cerah menatap Nakusha sambil mengeluarkan dua telur dari balik bajunya.

“Ehan, masakin gue lagi?” pintanya dengan mata berbinar. Membuat pikiran Nakusha tenggelam dalam iris mata ambernya.

TBC

September 22, 2021.

Sinyal jelek, sis. Gagal update mulu.

5K komen ya.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang