Peluit wasit berbunyi lagi. Black Thunder kembali mendominasi bola, bahkan tim lawan tidak bisa menyentuh bola di tangan mereka meski sedetik saja.
Salga menggiring bola, suara sorakan menyemangati semakin kencang diiringi pekikan centil—di antara pekikan itu adalah Genta dan Abe. Karena tidak ingin mengacaukan kerja sama tim dan agar lebih sportif, Salga hendak passing ke rekannya yang lain sebelum bola tangannya menghilang dalam sekali kedip.
Dia bergeming di tempatnya, lalu menoleh ke sosok Nakusha yang berlari mendekati ring sambil menghindari pengepungan tim lawan dengan lincah sebelum memasukkan bola dengan tepat ke ring.
“Ckckck, Nakusha hebat juga,” kata Genta sambil menggeleng-geleng dengan satu tangan mengelus perut bulatnya.
Azalea meliriknya dengan bangga. “Iya dong. Gebetan gue tuh.”
Abe menepuk pundak Azalea kuat. “Nakusha emang hebat, tapi jangan remehin Bos juga kali. Gitu-gitu doi kapten basket, menang liga basket tingkat nasional.”
Benar saja, setelah Abe mengatakan itu, Salga yang baru saja menerima bola berdiri di tengah lapangan dan melemparkan bola dari tempatnya. Mata Azalea membola, itu tidak mungkin masuk, kan?!
Tapi tebakannya salah. Bola dengan sempurna memasuki ring tanpa hambatan. Sorakan gembira semakin terdengar. Tanpa disadari, persaingan sengit antara Nakusha dan Salga dalam mencetak poin lebih kuat. Bahkan tak segan mereka akan merebut bola dari tangan masing-masing.
Semua orang yang menonton pertandingan mulai menyadari keanehan keduanya. Tim lawan bahkan tidak berdaya bersaing dengan mereka. Mereka hanya berlari, mencoba menggapai bola meski itu sia-sia.
Ketika Nakusha membawa bola, Salga dari samping kembali merampasnya hingga bola memantul ke belakang. Nakusha melirik Salga datar lalu ketika mereka menoleh mencari bola, bola itu sedang menggelinding.
Elazar yang sejak tadi tidak melakukan apa-apa meski dalam tim, menguap ngantuk sambil berjalan. Begitu merasa sesuatu mengenai sepatunya, dia menunduk. Alisnya terangkat dengan wajah semringah melihat bola mendatanginya. Dia menunduk mengambil bola tersebut dan mendongak.
Ekspresi bahagia Elazar membeku melihat semua tatapan mengarah padanya. Apa lagi tatapan mengerikan Salga dan Nakusha yang seakan ingin merebut bola lalu menghancurkannya.
Dengan kaku Elazar melempar bola ke samping hingga keluar dari lapangan dan mengangkat tangan. “Eh, tangan gue licin,” ujarnya dengan tawa kering.
Semua orang akhirnya mengalihkan tatapan darinya setelah bunyi peluit terdengar. Elazar seketika merasa lega. Lebih baik menjadi transparan ketika bersama mereka!
Hingga akhir pertandingan, Nakusha terlalu malas untuk mencuri bola di tangan Salga lagi. Begitu pula Salga. Jadi dengan mudah Salga mengopernya ke tim lawan dan mengedikkan dagu.
“Masukin ke ring.”
Seseorang dari tim lawan itu terkejut. Dia menatap bola yang sudah berada di tangannya dengan perasaan campur aduk sebelum berlari ke arah ring tim Black Thunder tanpa dicegat dan melemparkannya ke sana.
Akhirnya peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi. Skor permainan antara Black Thunder dengan tim lawan yakni Blue Sky adalah 71 : 2.
Tim suporter dari Black Thunder bersorak sorai penuh semangat karena kemenangan tim mereka, meski ini bukan final sebab masih ada pertandingan lainnya dengan tim berikutnya.
Tim Black Thunder melangkah menuju bagian di mana suporter berada. Abe dengan cepat memberi handuk untuk Salga agar menyeka keringatnya.
“Le, air.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea & Alter Ego Boy ✓
Fiksi Remaja[END | PART LENGKAP] #1 in teenlit [28 Oktober 2021] #1 in receh [08 November 2022] #1 in sekolah [03 Desember 2023] Azalea Alyosha Rahardian, gadis cantik dengan temperamen nakal seperti remaja pada umumnya. Terinspirasi dari kisah cinta orang tuan...