8

64K 13.6K 4.6K
                                    

Azalea menatap lingkungan asing di sekitarnya. Meski sudah berada di sekolah ini hampir seminggu, dia masih sangat asing dengan jalan di sekitar SMA Lesmana. Apa lagi dia tidak bisa jalan bebas karena takut bertemu orang-orang yang mengenalnya.

“Ehan, ini di mana?” tanya gadis itu dengan suara pelan.

“Dapur.” Nakusha mencari kunci di pot bunga samping pintu, ketika mendapatkannya dia langsung membuka pintu lalu melirik Azalea yang masih bergeming ditempatnya. “Ikut gue.”

Memasuki wilayah dapur dari pintu belakang, jelas Azalea tercengang. Dia menatap sekelilingnya. Ruangan tersebut luas dan sangat bersih dengan tembok bercat abu-abu. Ada sederet alat memasak yang tidak dikenali Azalea.

“Ehan, walau lo ketos nih ya, tapi jangan sampe mencuri juga dong. Gue gak mau makan makanan haram.” Azalea berceletuk dengan ekspresi antisipasi.

Nakusha menarik lengan jaketnya hingga siku sebelum mencuci tangannya. Dia mulai menyalakan kompor dan memanaskan air di panci. Setelah itu membuka laci bagian atas dan mengambil pasta untuk direbus. “Gue gak nyuri. Anak-anak sering dateng ke sini buat bikin makanan, entar uangnya simpan di laci.”

Azalea mengerutkan bibir, menatap Nakusha yang mengambil daging sapi dari freezer dan mencincangnya dengan lincah. Melihatnya sangat terbiasa dengan alat-alat di dapur, sudut bibirnya jadi terangkat.

“Kayak dimasakin suami. Hehehe...” Azalea yang melamun cekikikan tak jelas.

Nakusha menoleh dengan alis terangkat. “Apa?”

“Gue bilang harumnya enak bikin tambah laper,” alibi gadis itu tanpa beban dengan wajah cerah.

Nakusha menatapnya sejenak sebelum membuang muka dan lanjut memasak. Karena tidak ada kerjaan, Azalea jalan berkeliling. Dia membuka laci demi laci, menatap bahan makanan di sana kemudian memerhatikan alat masak lainnya.

Karena dimanja sejak kecil, Azalea sangat jarang mengunjungi dapur. Segala hal yang dia inginkan akan langsung tersedia. Jujur saja kehidupan seperti itu sangat membosankan, sehingga dia butuh pengalaman yang menantang dan seru dalam hidupnya.

“Azel.”

Mendengar suara rendah itu, Azalea tersentak pelan. Dia berbalik dan melangkah kembali. “Udah jadi?”

“Mm.” Nakusha mengiyakan dan meletakkan sepiring pasta di hadapan Azalea.

Dengan tidak sabar Azalea menggapai garpu dan memasukkan pasta hasil karya Nakusha ke dalam mulutnya. Merasa betapa enaknya pasta itu, matanya berbinar. Tidak lupa dia mengacungkan dua jempol untuk Nakusha.

“Enak banget! Setelah lulus sekolah, kalo gak dapet pekerjaan mending lo buka restoran gih.” Pujian penuh apresiasi itu berasal dari hati Azalea.

Seketika skor kesukaan untuk Nakusha naik dari 80% menjadi 100%. Jika kata orang jatuh cinta itu dari mata turun ke hati, beda hal dengan Azalea. Baginya, dari lidah, turun ke perut lalu naik ke hati.

Azalea tidak bisa memasak sama sekali. Maka dari itu salah satu hal yang dia inginkan dari pasangannya adalah bisa memasak. Dan ternyata, Nakusha dapat melakukannya! Jelas gadis itu merasa bahwa Nakusha adalah kandidat terbaik dan tercocok untuk dirinya.

Nakusha mengabaikan pujian-pujian yang terus dilontarkan gadis itu. Dia sedang sibuk mengurus minumannya. Ketika mengaduk gelas, aroma jahe seketika menyebar di sekitarnya.

Azalea yang makan mengendus pelan. Melirik Nakusha, alisnya terangkat. “Lo buat apa?”

“Susu jahe.” Setelah mengatakan itu, dia menawarkan dengan ramah. “Lo mau juga?”

“Susu jahe? Nggak. Gue benci rasa jahe.” Azalea mengerutkan kening. Karena makanannya sudah habis, dia dengan suasana hati bahagia langsung mencuci peralatan makannya. “Lo suka susu jahe?”

“Mm.”

Mendengarnya, Azalea meringis pelan. “Kakak gue juga suka. Maniak susu jahe malah. Kenapa kalian para cowok gede suka susu jahe, sih?”

“Lo punya kakak?” tanya Nakusha tiba-tiba. Jelas tidak menyadari arti tersirat dari kalimat 'kalian para cowok'.

“Hooh.” Terpikirkan sesuatu, dia menatap Nakusha dan berkata dengan hati-hati. “Dia seumuran sama lo, umur 18 tahun dan kelas 12.”

Nampaknya laki-laki itu tidak tertarik karena setelahnya, dia menanggapi acuh tak acuh. “Oh.”

“Kalo udah selesai, kasih gelas lo sini. Gue cuci sekalian.”

Nakusha mengiyakan. Dalam sekali teguk susu hangatnya habis lalu mendekati Azalea dan merentangkan satu tangannya untuk meletakkan gelasnya. Seketika Azalea dapat mencium aroma maskulin laki-laki itu, membuat wajahnya memerah.

Ketika mendongak, dia baru menyadari betapa dekatnya posisi mereka. Azalea hendak mengatakan sesuatu, namun terhenti begitu melihat kacamata Nakusha. “Kacamata lo kotor. Sini gue bantu bersihin!”

Sebelum Nakusha memiliki kesempatan menghentikannya, Azalea sudah menarik kacamatanya dan mengelap benda tersebut menggunakan tisu dari sakunya. Laki-laki itu menatapnya lekat, kemudian saat Azalea mendongak sambil menyerahkan kacamatanya dengan senyuman, dia tertegun.

“Gue udah bersihin sedetail-detailnya!” kata Azalea dengan semangat 45.

“Mata lo....” Nakusha bergumam, masih terpaku melihat iris mata gadis itu.

“Kenapa? Cantik ya? Iyalah, mata gue ikut nyokap gue. Jangan salah ya, ini warnanya amber, bukan cokelat.” Azalea mencerocos tanpa memberikan waktu Nakusha untuk berbicara.

Melihat Nakusha masih diam sambil memandangnya, Azalea jadi memerhatikannya juga. “Menurut gue ya, lo lebih ganteng tanpa kacamata. Kenapa pake? Gue liat mata lo gak minus.”

Mata Nakusha mengerjap pelan. Dia merebut kacamatanya kembali dan memakainya. Dia mengeluarkan uang berwarna merah dua lembar dan meletakkannya ditempat dia mengambil pasta tadi. “Kembali ke asrama.”

Azalea mengerutkan bibir, lagi-lagi ucapannya tidak ditanggapi. Meski Nakusha terlihat mudah didekati, nyatanya berbeda. Dia sangat sulit didekati dan sangat suka mengasingkan orang di sekitarnya.

Nakusha sangat jarang mendapatkan mimpi. Tapi di malam itu, dia tiba-tiba bermimpi seorang gadis kecil berusia 6 tahun yang tersenyum lebar padanya, memperlihatkan sederet gigi susu kecil yang imut. Namun semakin lama, dia tumbuh menjadi dewasa. Tapi bukan menjadi gadis cantik dengan rambut panjang, melainkan menjadi... Azalea.

Anehnya, Nakusha tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Dia seakan terpesona oleh mata Azalea. Lalu tubuhnya bergerak, menunduk ke arah Azalea dan melakukan sesuatu yang seharusnya tidak bisa dilakukan bagi sesama laki-laki.

Tiba-tiba mata Nakusha yang memejam jadi terbuka. Sekitarnya masih hening dan gelap. Bahkan tubuhnya sedikit kaku setelah bangun dari mimpi itu. Perlahan dia mengatur napasnya dan meletakkan satu lengannya menutupi matanya seraya mengumpat pelan, “Shit.”

TBC

September 9, 2021.

3K komen again.

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang