73

34.3K 6.9K 1.4K
                                    

“Bukan salahku jika membalas dendam pada pengkhianat, kan?” ujar Calisto santai sembari melangkah ke depan. Menatap kedua remaja yang bergeming, sudut bibirnya terangkat. Dia memutar pistol ditangannya sembari bersenandung. “Bagaimana jika kita membuat kesepakatan?”

Dari sudut mata Salga, dia bisa melihat beberapa pria yang menyergap mereka di gudang tadi berjalan ke belakang mereka dengan gestur siaga seolah siap menembak kapan saja jika mereka membuat sedikit gerakan perlawanan.

“Apa?” tanya Nakusha berkompromi.

Sepertinya Calisto sudah membayangkan reaksinya setenang ini. “Aku akan membiarkan kedua temanmu keluar dari sini. Tapi sebagai jaminan, Jehan, kamu harus kembali ke markas bersamaku.”

“Oke.”

“Gila.” Salga mengumpat. Meski dia tidak tahu markas apa yang dimaksud Calisto dan siapa mereka sebenarnya, dia tahu bahwa itu sesuatu yang buruk. “Lo mau aja nurutin orang jahat ini? Dia yang bunuh mama lo!”

“Jadi?” tanya Nakusha, menatap Salga datar. “Lo kira kita bisa kalahin mereka yang bersenjata dengan tangan kosong?”

Calisto tertawa, seolah mendengar percakapan keduanya adalah hiburan yang menggembirakannya. Matanya menatap Nakusha obsesif. “Jehanku memang pintar.”

Salga merinding. Dia jadi bertanya-tanya dari rumah sakit jiwa mana orang keterbelakangan mental ini berasal? Tetapi melihat tatapan Nakusha sesekali terarah pada Azalea yang masih tak sadarkan diri, akhirnya Salga mengerti. Nakusha setenang ini agar Calisto tidak menaruh perhatian lebih kepada gadis itu.

“Oke. Jadi gue sama dia bisa keluar sekarang?” tanya Salga tak acuh sembari mengedikkan dagu ke arah Azalea.

Of course.” Calisto menyeringai ringan.

Dengan tatapan berapi-api dari Calisto, Salga menyesuaikan langkahnya menuju Azalea. Dia mengerutkan kening, melihat benjolan di dahi gadis itu dan air mata setengah kering di wajahnya. Buru-buru Salga melepaskan tali yang menjeratnya.

Sebagai penjahat licik yang sudah membuat banyak kasus pembunuhan, bagaimana mungkin Calisto berbaik hati melepaskan mereka? Dia segera memberi kode kepada bawahannya namun sebelum dia merealisasi hal itu, pistol ditangannya ditendang hingga terlepas dari genggamannya dan sebuah bogeman melayang keras di pipinya.

Suara tembakan seketika menggema di ruang bawah tanah. Salga yang baru saja menggendong Azalea merasakan sakit di lengan kirinya akibat peluru yang hampir mengenainya. Sambil merutuk dalam hati, Salga bersembunyi di tumpukan kotak kayu sudut ruangan. Meletakkan Azalea dengan aman, dia kemudian terduduk dengan napasnya sedikit tersengal.

Baru saja Salga ingin mengintip, kotak kayu di ujung ditabrak oleh bawahan Calisto hingga rusak. Rahang laki-laki itu mengeras. Sekali lagi meyakini posisi Azalea aman, dia melompati kotak kayu yang rusak dan bergabung dalam pertarungan.

Mungkin tidak mengharapkannya muncul, dua bawahan Calisto terkena tendangan dan bogeman keras dari Salga. Mereka bergegas bangkit, dengan kompak bekerja sama melawan Salga. Meski Salga tidak memiliki riwayat pertarungan berbahaya yang mungkin dimiliki bawahan Calisto, tetapi Salga juga termasuk remaja yang sedang dalam fase memberontak. Dia sudah berkelahi dengan banyak orang. Fisiknya pun bisa diacungkan jempol. Tidak masalah berkelahi dengan tangan kosong, asalkan bawahan Calisto tidak memiliki senjata berbahaya.

“Jehan, melawanku artinya kalian tidak bisa keluar hidup-hidup,” desis Calisto sambil memegang perutnya. Tangan kanannya menggenggam belati dengan erat, giginya menggelatuk keras menahan emosi.

Nakusha mengusap luka pipinya yang mulai mengalirkan darah. Sedikit perih, tidak sebanding dengan punggungnya yang tergores belati. “Kau yang curang terlebih dahulu, Calisto. Kesepakatan kita awalnya membiarkan mereka keluar dari sini.”

Azalea & Alter Ego Boy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang