13

16.2K 1.4K 22
                                    

benar saja semenjak kepergian Rachel tak lama papa Jo, Abraham Aden menelfon.

tidak ada omelan hanya menanyakan saja alasan mengusir anak kolega bisnis nya itu.

Jo menjelaskan semuanya dgn nada kesal, Al dan Gio hanya menjadi pendengar setia.

mereka bertiga sekarang sudah berada dimansion Jo, ya Jo mempunyai mansion sendiri.

"uncle, bsk Gio mau ke rumah uncle" bukan permintaan melainkan perintah dari Jo little, Gio.

"iya" jawab Al.

"siapa yg ngizinin?" sarkas Jo pada mereka dgn tatapan tajam.

"emang harus izin?" tanya Gio.

"harus." final Jo.

"ssttt oke udah-udah, Jo besok aku mau kerumah sama Gio, boleh?" izin Al.

"ngga" tolaknya.

"uncle ko begitu, kan udah izin" sanggah Gio.

"kamu uncle izinin, tapi kalo uncle Al big no."

Al menghela nafas kasar, bahkan untuk pergi kerumah nya sendiri saja susah.

"damn" gumam Gio yg dapat didengar oleh Al.

Al yg mendengar umpatan Gio pun menatap datar Gio.

"ulangin" suruh Al pada Gio.

Gio mengerutkan keningnya.

"ulangin perkataan kamu tadi" ucap Al yg kini bersedekap dada masih menatap Gio dgn datar.

Gio diam, ia salah karna Al tidak suka mendengar umpatan yg dikeluarkan dari mulut si kecil Gio.

sedangkan Jo hanya tersenyum kecil melihat Gio yg menggaruk tengkuk nya. Ah, benar-benar duplikatnya.

"hey" panggil Al.

Gio menatap Al dgn pandangan takut.

"ulangin" ucapnya dgn penuh penekanan.

Jo yg berada dibelakang Al masih dgn senyum tipisnya, ia merasa senang melihat tatapan takut Gio.

bahkan walaupun ibu nya Gio, Lyra yg memarahi Gio, Gio hanya diam dan menatap datar ibunya.

tapi apa? bersama Al, Gio berbeda.

dengan kepala tertunduk Gio berucap pelan.

"damn" ucapnya pelan.

Al mendongakkan Gio supaya menatapnya, ketika Al mendongakkan kepala Gio sudah ada air mata yg menetes membekas dipipi Gio.

Gio sangat jago menangis dalam diam, tidak berisik seperti anak-anak kecil yg lain.

Jo rasanya ingin tertawa terbahak-bahak melihat Gio yg menangis dalam diam, tapi ia urungkan karna melihat Al dalam mode serius, yg ada dia juga akan terkena semprot.

"dapet darimana kata itu?" tanya Al.

"fi-film" jawab Gio tersendat-sendat.

Al mengangguk tanda mengerti.

"mulai sekarang jatah kamu nonton film cuman seminggu sekali, gaada lebih gaada kurang, terserah kamu, kalo kamu nonton diam-diam byk CCTV disini, kamu langgar berarti uncle gabakal perduliin kamu lagi." final Al dgn penekanan disetiap kata.

Gio sudah sangat banjir karna air mata nya, Al memang sangat tegas jika seperti ini.

"uncle" lirih Gio.

Al memeluk Gio dan memangkunya, Al sudah seperti ibu kedua bagi Gio.

"udah nangisnya" ucap Al lembut sambil mengelus rambut Gio.

Gio mengeratkan pelukannya pada Al, benar-benar tenggelam pada ceruk leher Al, bahkan baju Al dibagian depan sudah sangat basah akibat air mata Gio.

"jangan diulangin lagi yaa" ujar Al hangat.

Gio mengangguk dalam pelukan eratnya.

Al menenangkan Gio dgn menepuk-nepuk punggung Gio dgn pelan.

setelah Gio sudah tenang, Al melepaskan pelukannya pada Gio dan menghapus air mata Gio dgn ibu jarinya dgn pelan.

"udah, jagoan masa nangis" ujar Al dgn senyum nya.

"uncle udah ga marah?" tanya Gio hati-hati.

Al menggeleng dgn senyum nya yg lebar.

Gio lagi-lagi memeluk Al dgn erat mendapat tatapan tidak suka dari seseorang, siapa lagi kalau bukan Jo.

"lebay" sindir Jo.

karna memang Al membelakangi Jo jadi Gio bisa melihat uncle nya itu.

tatapan mengejek Gio layangkan ke Jo walau wajahnya masih ada bekas air mata dan ingusnya.

Jo maju untuk memeluk Al dari belakang tapi wajah Jo ditahan dgn menggunakan kedua tangan Gio.

"ck! bastard!" umpat Jo.

Al membalikkan badan nya menatap Jo, sedangkan Gio yg masih berada dipelukan Al tersenyum tipis.

"Jo!" kesal Al, karna mengumpat didepan Gio yg baru saja juga mengumpat.

karna Al benar-benar sudah muak dgn umpatan-umpatan yg memasuki telinga nya, ia lantas pergi ke kamar Jo tanpa sepatah kata pun.

Gio berada digendongan Al, lagi dan lagi Gio mengejek Jo melalui wajahnya.

bukan apa-apa Al sangat menjaga anak kecil, mau itu dari perkataan atau perbuatan.

setelah sampai kamar, Al langsung mendudukkan Gio dikasur dan menatapnya serius.

"kamu tau arti dari kata tadi?" tanya Al.

Gio menggeleng tanda ia tidak tau, ia hanya tau kata damn saja, dia juga tau dari tontonan film sewaktu ia dirumah orang tua nya.

"udah sore, kamu mandi dulu nanti baru nonton kartun" ujar Al, penekanan di akhir kata nya.

Gio mengangguk, ia tidak masalah hanya seminggu sekali tidak menonton film, yg terpenting uncle Al nya tidak mengabaikan nya, seperti yg ada dilantai 1.

hahaha

setelah Gio memasuki kamar mandi, kini Al menyiapkan pakaian untuk Gio dan menaruhnya dikasur.

ia juga mengambil beberapa pakaian santai untuk Jo, karna hari sudah semakin sore.

ketika ia turun ke bawah dengan tangan yg satu nya memegang pakaian Jo, Al melihat Jo yg tertunduk di sofa.

Al berjalan mendekati nya dan menaruh pakaian itu pada meja didepan Jo.

Jo mendongak mendapati Al yg menatap nya datar sama sekali tanpa ekspresi.

"gua yg tidur dikamar lu, atau gua tidur dikamar lain?" tanya Al.

tidak ada lagi aku-kamu saat Al sedang seperti ini.

"kamu tidur dikamar aku aja" lirih Jo.

lagian, mustahil Alata tidur dikamar lain selain kamar Jo, yg ada bawahan Jo yg menjadi pelampiasan. Sepele, tapi masalah besar bagi Jo.

Alata melengos pergi tanpa sepatah kata pun lagi setelah sebelumnya mengambil susu untuk Gio.

Al masuk kamar dan menutup nya tak lupa mengunci kamar dari dalam.

dan Jo mendengar Al mengunci pintu kamar nya, ia menghembuskan nafas nya wajahnya terlihat murung.

kunci ganda? hanya ada dua, yg satu menyantol di pintu dan yg satu nya lagi dipegang Al.

Ya, Al sudah jatuh sangat dalam pada ruang lingkup Jo.

Love Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang