22

15.7K 1.2K 34
                                    

dan sampailah mereka bertiga di mansion Jo, tapi kali ini mansion Jo 2× lipat besarnya dari mansion dua tahun yg lalu, ini bisa dibilang istana.

Al sedang mengurus Gio yg tengah sakit, sedangkan Jo berada diruang kerja nya.

Gio tadi sudah diperiksa oleh dokter khusus keluarga Aden dan dokter bilang hanya demam biasa, Al lega mendengar perkataan dokter itu sedangkan Jo masih menatap Gio tidak suka.

"uncle" rengek Gio.

"iya, uncle disini" ujar Al sambil mengelus rambut Gio.

"gausah nangis, uncle disini"

entah kenapa Gio sangat manja sekali dengan Al, dan Gio semakin sensitif.

sedikit-sedikit menangis, apa-apa menangis, bahkan bayi saja tidak sampai segini nya, bukan?.

"berhenti nangis nya, udah cup cup" tenang Al pada Gio.

bahkan air mata nya saja panas karna demam nya ini.

"udah tidur lagi, uncle disini"

setelah nya Gio kembali tertidur tenang sambil menggenggam erat tangan Al.

Al merasa aneh, Gio yg menjadi sangat pendiam dan Jo yg semakin mengekang dirinya.

ia juga pernah dengar bahwa Jo dan Gio waktu itu sama-sama dibawa ke ahli psikolog, entah apa maksud dari sifat merrka berdua itu.

memang Gio pendiam, tetapi Gio yg sekarang hanya bicara seadanya dan Jo yg memang selalu mengekang Al kini ia seperti dirantai yg tak kasat mata.

Al juga tahu siapa ahli psikolog keluarga Aden, Al benar-benar tau semuanya tentang keluarga Aden, terutama paman dan keponakan ini.

"Al" panggil seseorang dengan nada merengek.

ia sudah tau siapa yg memanggilnya seperti itu.

"apa?" jawab Al.

"kelon" rengek nya.

"tiduran disamping Gio, gausah grasak-grusuk" peringat Al.

Jo menurut lalu berbaring disamping Gio dengan pelan, Al ikut meniki kasur dengan pelan dan berada ditengah-tengah Jo dan Gio.

Gio menggeliat tak nyaman, Al menjadikan tangan nya sebagai bantal untuk kepala Gio dan sebaliknya juga dengan Jo.

"tidur" suruh Al.

Jo langsung meringkuk didekapan Al, selama 2 tahun ia kembali merasakan dekapan hangat Alata.

keesokan harinya Gio sudah mulai membaik, tetapi manja nya tidak kunjung membaik.

"uncle" rengek Gio.

"apa" jawab Al.

tidak ada jawaban, di mansion ini hanya ada Al, Gio, para maid, dan juga tak lupa orang-orang berbadan besar.

Jo ke kantor nya, ia hanya meliburkan diri selama beberapa hari saja karna menjemput Al kembali ke pengawasannya seperti dulu.

"mau ke taman?" ajak Al.

Gio mengangguk lalu berjalan disamping Al tak lupa menggenggam erat tangan nya.
ketika ingin menginjakkan kaki keluar pintu utama tiba-tiba dua orang berbadan besar langsung menghentikan mereka berdua.

"maaf, Tuan Aden tidak mengizinkan kalian berdua untuk keluar satu langkah pun dari pintu utama" jelas salah satu nya.

"udah diizinin" bohong Al.

"baik kalau begitu" ucap nya.

lalu salah satunya ada yg menelfon seseorang dan satu nya lagi masih menahan Al dan Gio.

"Tuan Aden ingin berbicara"

Al mengambil handphone dan menempelkan di telinga nya.

"hm"

"jangan bertingkah, kamu berdua masuk kedalam gausah keluar-keluar."

"ke taman doang Jo" bantah Al.

"jangan membantah, kau tau aku sangat membenci itu." final Jo.

Al tak menjawab langsung ia matikan sambungan telfon nya sepihak.

tanpa tau disana Jo sedang menggeram, bahkan ponsel nya pun sudah hancur karna ia lempar kedinding ruang kerja nya.

siang hari seperti ini membuat Al haus terus-menerus, Gio sudah tidur siang tentu dengan Al yg harus menidurinya seperti biasa.

karna memang Al terlalu fokus dgn minuman nya atau fokus dgn tontonan nya sampai tak menyadari keberadaan Jo yg tengah menatapnya tajam.

"Alata." panggil Jo dgn penuh penekanan.

tersihir dgn panggilan itu, Al langsung menoleh menatap Jo yg sedang berdiri menatapnya juga.

"kemari." perintah Jo yg langsung dituruti oleh Al.

"ko jam segini baru pulang?" tanya Al ketika sudah berhadapan dgn nya.

secepat kilat Jo langsung mencengkram tangan  Al dan masuk ke ruang kerja Jo.

"sakit" pinta Al, karna cengkraman Jo tidak main-main sakitnya.

"jangan pernah sekali lagi kamu mengakhiri telfon secara sepihak dan aku membenci pembangkang." ujar Jo.

"ingat ini, kamu milik ku, Alata milik Aden, semua yg ada di diri kamu itu milikku juga, bahkan kehendak mu adalah milikku." final Jo dgn lugas.

Al menggeleng kepalanya, sudah ia duga pasti Jo akan jauh lebih menyeramkan dari dua tahun sebelumnya.

"sekarang aku tanya, alasan kamu ngomong kyk gitu mulu, maksudnya apa? masa iya aku dikurung disini terus? trus gimana sama masa depan aku?" tanya Al beruntun.

"you belong to me, selamanya, kamu gausah pikirin masa depan kamu, ada aku yg nanggung semua nya." jawab Jo dgn beruntun juga.

"gila" umpat Al.

"hmmm" gumam Jo, sambil mencengkram kedua pipi Al dgn erat dan kasar.

"jangan bertanya seperti itu lagi, kamu hanya harus menurut dan tidak membantah sekali pun ucapan ku." final Jo.

Jo melepaskan cengkaraman nya lalu memeluk Al sangat erat.

"selama 2 tahun aku tersiksa hidup tanpa kamu, bukan aku saja Gio pun sama halnya, jadi jangan pergi lagi dan aku gabakal ngebiarin kamu pergi lagi." lugas Jo dgn mantap.

Al diam, ia hanya mengelus punggung Jo saja, tidak berbuat apa-apa.

"besok temenin aku ke dokter" bukan permintaan, melainkan perintah yg mangalun indah.

"iya, mandi dulu abis itu makan" suruh Al.

Love Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang