Part 2: Identitas Cowok Misterius

366 82 21
                                    

Ketika Alexa mendorong pagar rumah Renata, pintu utama terbuka dan terlihat Renata muncul dengan wajah panik, lalu menghela napas lega setelah melihat kondisi sahabatnya baik-baik saja.

"Lo nungguin gue dari tadi?" tanya Alexa yang langsung masuk melewati Renata.

"Gue khawatir pas lo bilang terjebak di tawuran," jawabnya sambil menutup pintu dan membuntuti Alexa yang menuju meja makan di ruangan belakang. "Gue udah siapin kotak p3k. Siapa tahu bonyok."

"Njir, lo doain gue?" protes Alexa sambil membuka kotak besar berwarna kuning-cokelat tersebut tanpa malu-malu.

Renata segera memukul pelan tangan Alexa. "Cuci tangan dulu sana! Jorok banget."

"Iye... iye!"

Alexa segera mencuci tangan di wastafel yang bersebelahan dengan meja makan, lalu mengelap tangan dengan kain yang tergantung di sebelah kirinya dan kembali duduk di sebelah Renata yang sudah melahap donat dengan saus stroberi.

"Kok bisa sampai tawuran sih, Lex? Terus gimana lo bisa lolos?"

"Satu-satu, kek," sungut Alexa sambil mencomot donat saus bluberi. "Gue juga nggak tahu kenapa. Tapi, kalau dari yang gue dengar, St.Raphl sudah lama nggak menang dari TIS. Mungkin karena kalah TIS nggak terima. Itu dugaan awal gue, sih."

Renata tampak manggut-manggut paham. "Dari yang gue baca di internet, St.Raphl sudah kalah selama dua tahun untuk angkatan kelas sebelas yang sekarang. Desas-desusnya, dulu sempat ada insiden di kelas delapan yang membuat angkatan sebelas semakin turun performanya, maka banyak dimasukkan anak-anak kelas sepuluh."

"Insiden? Insiden apa?"

"Entah. Katanya sih, sama pihak sekolah ditutupi dan nggak boleh ada yang bahas lagi. Soalnya kasus itu selesai dengan damai."

"Jangan-jangan tawuran kali ini malah memperburuk nama mereka, terus dibubarin gimana, dong?" tanya Alexa dengan ekspresi panik.

"Emang kenapa? Kayak punya lo aja," komentar Renata dengan cuek.

Alexa memakan donatnya dalam sekali lahap. "Luo anya oal gimaa gue lolo, kan?"

"Telan dulu baru ngomong!"

Alexa menunjukkan telapak tangannya, seolah meminta waktu untuk menelan donatnya. Setelah susah payah menelannya, dia pun menggeser kursinya mendekat ke Renata.

"Lo tanya soal gimana gue lolos, kan?" tanyanya yang hanya diangguki Renata. "Jadi, gue ditolong sama satu cowok. Ya, gue emang nggak bisa ngenalin wajahnya karena ketutup masker dan topi. Tapi, gue sempat lihat seragam basket St.Raphl dari balik jaketnya. Kan, kalau dibubarin, gue jadi nggak bisa cari tahu dia siapa, dong. Gue juga nggak tahu dia angkatan kelas sepuluh atau sebelas."

Renata tampak berpikir sejenak. "Gimana kalau lo coba ketik hastag nama sekolahnya aja di Instagram. Tim basket mereka kan cukup terkenal, pasti ada yang unggah atau malah tim mereka foto bersama. Iya, kan?"

"Ya ampun, kok gue goblok banget nggak kepikiran sampai sana?" rutuk Alexa sambil mengeluarkan ponselnya dari tas. "Lemot banget, ya? Dasar gue!"

"Khusus lo, goblok dan lemot emang beda tipis," gumam Renata yang akhirnya meraih ponselnya di meja, bermaksud membantu Alexa.

Alexa terus mengusap layar ponselnya, mencari foto-foto tim basket dan akhirnya menemukan foto lima cowok tengah berpose sebelum bertanding di ruang ganti. "Ada, sih. Tapi, gue kan nggak tahu yang mana. Seragamnya sama semua."

"Cek tag-nya aja. Lengkap, kan?" saran Renata setelah menemukan foto yang sama.

"Yah, semuanya dikunci kecuali yang unggah. Nama akunnya...." Alexa memelotot membaca nama akun tersebut. "RakaPalingGantengSedunia. Buset, pede banget nih orang."

Koala Prince: New EditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang