Part 1: Cowok Misterius

597 104 40
                                    

[Alexa, kelas sembilan]

Alexa turun dari motor ojek sambil melepaskan helm berwarna hijau terang untuk dikembalikan kepada si abang ojek. Kemudian dia berbalik dan memperhatikan tiga bangunan putih yang digabung menjadi satu membentuk huruf U. Di bagian tengah gedung terdapat papan persegi panjang besar yang bertuliskan, 'St.Raphl International School' dengan warna hitam pekat.

Itu kakakmu, namanya Andrew. Hanya berbeda dua tahun dari kamu. Cewek berusia empat belas tahun itu mengingat kata-kata mamanya dua minggu yang lalu, ketika secara tidak sengaja dia menemukan foto keluarganya di gudang. Ada kedua orangtuanya, dirinya yang saat itu masih berumur satu tahun dipangkuan mamanya, dan seorang anak cowok tersenyum begitu lebar dipangkuan papanya.

Terakhir, Mama tahunya dia sekolah di St.Raphl dan tergabung dalam tim basket. Setelah itu, Mama nggak tahu lagi karena tiba-tiba papamu nggak bisa dihubungi.

Sejak mengetahui hal itu, Alexa layaknya seorang detektif dengan mencari informasi sekolah St.Raphl lewat internet sampai media sosial yang dimiliki sekolah bertaraf internasional itu. Dia hampir putus asa tidak menemukan nama Andrew Winata sampai sebuah poster pertandingan basket tim gabungan kelas sepuluh-sebelas antara St.Raphl dan Titans International School membuat Alexa seolah memiliki harapan.

Tawa beberapa remaja membuyarkan lamunan Alexa. Dia segera memasuki sekolah yang memiliki lapangan luas dengan tiang bendera di tengah lapangan dan mengikuti langkah para remaja yang memang ke sekolah itu untuk menonton pertandingan yang dibuka untuk umum.

Pintu masuk dari kaca langsung berhadapan dengan tangga yang diapit toilet siswa dan siswi. Di sebelah kiri ada ruangan tata usaha dan sebelah kanan ada kantin yang bersebelahan dengan kolam renang.

Alexa melihat sebuah papan acara dari kayu terletak di tepi tangga yang bertuliskan acara pertandingan itu dilaksanakan pukul satu siang di arena basket yang berada di lantai empat. Baru saja akan menuju tangga, segerombolan cowok berpakaian seragam basket merah keluar dari toilet siswa dan berbelok naik ke tangga. Alexa sampai memicingkan mata, membaca nama-nama mereka yang tercetak di belakang kaus. Anehnya, dia tidak menemukan nama Andrew.

Jangan-jangan nggak ikutan. Apa masuk cadangan, ya?

Sambil menghela napas, Alexa segera naik ke lantai empat yang hanya memiliki dua pintu di ujung kanan dan ujung kiri. Arena basket yang berada di kiri sudah terdengar sahut-sahutan dua nama tim yang akan bertanding. Tepukan tangan keras terdengar ketika ada suara dari speaker yang mengumumkan bahwa tim dari St.Raphl sudah memasuki arena. Alexa mempercepat langkahnya ke pintu, menunjukkan tiket ke meja panitia yang berada di luar, lalu masuk.

Takjub! Itulah perasaan Alexa pertama kali melihat arena basket indoor yang dibuat melingkar dengan tribune lima tingkat dan tujuh lorong untuk masuk dan keluar dari tempat duduk. Alexa turun dari salah satu lorong dan mencari tempat duduk persis di belakang tempat duduk para pemain yang hanya dihalangi sekatan setinggi pinggang. Tempat depan kurang diminati karena dikhawatirkan bisa terkena sasaran lemparan bola jika sedang apes.

Setelah tim lawan masuk ke arena, kedua tim masing-masing melakukan latihan di salah satu ring dengan didampingi guru olahraga yang bertindak sebagai pelatih. Alexa berusaha mencermati satu per satu nama anggota tim basket St.Raphl yang hanya duduk sebagai cadangan. Hasilnya benar-benar nihil. Tengah fokus memperhatikan, ponsel Alexa berbunyi. Dengan segera dia mengambil ponsel dari tas selempang di pangkuan dan melihat nama sahabat baiknya di layar.

"Iya, Ta, ada apa?" tanyanya masih sambil melihat ke arah pemain St.Raphl.

"Gimana, Lex? Ketemu Kak Andrew?"

Alexa menghela napas. "Boro-boro ketemu. Mata gue sampai juling perhatiin satu-satu. Nggak ada yang namanya Andrew."

"Lo yakin?"

Koala Prince: New EditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang