Part 7: Tragedi Sandwich

198 64 16
                                    

Mulut Alexa masih menganga lebar mendengar permintaan Raka yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Dengan gerakan perlahan, dia menoleh ke Cola yang sedang memelototi Raka. Namun, laki-laki konyol itu malah sibuk cengar-cengir tak jelas, merasa idenya sungguh brilian.

"Gimana, Bek?"

Gue sebenarnya nggak masalah, tapi ... kenapa mesti si galak ini, sih? Mana gue belum minta maaf juga.

"Eeetdah, ini anak malah melongo gitu. Lo paham bahasa manusia, kan?" tanya Raka sambil mengernyit.

"Saya manusia, Kak!" tegas Alexa.

"Jadi mau atau nggak?"

Alexa menghela napas. Dengan langkah malas dia berpindah ke arah kanan dan berhenti di depan meja Cola dengan wajah menunduk. "Kak Cola, saya suka sama Kakak. Mau nggak jadi pacar saya?"

Cola menggelengkan kepala dan menatap Alexa yang masih menunduk. "Kamu lagi nembak saya atau sepatumu?"

Terpaksa Alexa mengangkat wajah dan berusaha menahan mulutnya untuk melawan. "Kak Cola mau jadi pacar saya?"

"Maaf, nggak terima pernyataan cinta yang datar!"

Buku jari Alexa mengepal menahan tangannya ikut beraksi. Kemudian dia memaksakan senyumnya. "Kak Cola yang tampan dan baik hati, mau nggak jadi pacar saya? Siang-malam saya terus mimpiin Kakak," ucapnya dengan nada menggelikan sehingga orang-orang yang berada di situ terpaksa menahan tawa.

Cola menatapnya dengan ekspresi heran. "Seingat saya, di suratmu kemarin saya sosok yang sok kecakepan, galak. Kenapa sekarang berubah?" tanyanya sambil bersedekap dan sudut bibirnya terangkat sedikit. "Maaf, ya, saya juga tidak akan menerima pernyataan cinta yang lebay."

"Lalu maunya apa?" seru Alexa yang akhirnya tidak tahan juga.

"Kenapa jadi kamu yang nyolot? Hak saya mau jawab apa pun, kan?"

"Kakak sengaja persulit saya, kan?" Beberapa peserta MOS mulai berkasak-kusuk melihat pertengkaran keduanya yang sepertinya akan kembali terjadi. "Bilang aja, sengaja supaya saya nggak dapat sertifikat MOS, dan ke depannya kalau ada apa-apa, saya nggak akan dibantu. Iya, kan?"

"Kamu yang bilang! Bukan saya," jawab Cola dengan tenang. Namun, jika diteliti lebih jauh, tangannya juga mengepal di balik siku tangannya.

"Sudah... sudah! Sini bukunya, Bek!" seru Raka berusaha melerai.

"Nama saya Alexa, Kak!" tegas Alexa ke Raka yang refleks terlonjak melihat kilatan marah di mata cokelat Alexa.

Raka dan Jovan segera menandatangani buku Alexa tanpa banyak pertimbangan, tetapi Cola menolak buku yang disodorkan Jovan.

"Saya nggak akan tanda tangan sebelum dia minta maaf!"

Alexa mengeluarkan seplastik sandwich dari tas dan diletakkan dengan kasar ke meja depan Cola. "Saya juga nggak butuh! Terserah Kakak mau tanda tangan atau nggak! Sandwich ini tadinya sebagai permintaan maaf atas perlawanan saya dari kemarin. Jadi, saya anggap impas!"

Cola melirik Sandwich di meja dengan pandangan seolah meneliti. Kemudian dia melirik Alexa yang hendak melangkah pergi dari barisan. "Tunggu!"

"Cola, lo udahan aja napa, sih?" tegur Raka yang paling merasa bersalah.

"Coba kamu makan! Siapa tahu kamu kasih racun di dalamnya," ledek Cola membuat Alexa semakin geram dan Raka menepuk jidatnya.

Alexa berbalik dan kembali ke hadapan Cola dengan wajah menantang. Ketika tangannya akan mengambil plastik itu, tangan Jovan lebih cepat merebutnya, membuat semua menoleh terkejut ke arahnya.

Koala Prince: New EditionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang