"Nak, makan dulu, yuk!"
Terdengar seruan mamanya saat Alexa tengah berbaring menyamping sambil memainkan ponsel. Dengan malas, Alexa turun dari kasur dan keluar menuju meja makan yang berada di ruangan sebelah kamarnya.
"Mama belikan nasi goreng kesukaanmu," kata mamanya seraya mendorong sebungkus nasi goreng yang diletakkan di atas sebuah piring.
Alexa tidak menjawab. Dia duduk dan membuka bungkusan dari kertas nasi itu. Biasanya dia akan melahap nasi goreng favoritnya dengan rakus, tetapi malam itu ia terlihat sedikit murung sehingga mamanya mengerutkan kening melihat hal aneh itu.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya mamanya sambil duduk di kursi yang berseberangan dengan Alexa.
Alexa menghela napas sejenak. "Alexa lagi kesel banget sama dua orang, Ma. Bener-bener nyebelin banget," jawab Alexa sambil mengaduk-aduk nasi gorengnya dengan sendok.
Mamanya tidak jadi menyuapkan sesendok nasi itu ke mulut dan melipat kedua tangan di meja sembari tersenyum melihat wajah putrinya yang terlihat cemberut. "Coba cerita sama Mama, menyebalkannya kenapa? Menurut kamu, kenapa dua orang itu bersikap begitu?"
Alexa mengangkat wajah menatap mamanya. "Yang satu kakak kelas, mungkin emang karena MOS, sih. Tapi, masa sebelnya sama Lexa terus, yang lain nggak. Kalau satunya lagi, seangkatan. Nggak ada sopan-santun langsung marah-marah dan ngatain caper. Padahal Lexa cuma ngelakuin apa yang Lexa anggap bener. Dia aja yang nggak waras marah tanpa alasan."
Mama Alexa mengangguk paham. "Apa kamu ngelakuin sesuatu yang buat kakak kelasmu kesal?"
Pertanyaan mamanya seolah menyentil dirinya sendiri. Dia sadar dari awal terus membangkang perintah Cola. Seperti menolak untuk berbaris di depan, menolak keliling lapangan, berbohong soal vertigo, juga menolak menyebutkan namanya.
"Ayo, pasti ada, ya?"
Alexa terkekeh. "Banyak ternyata... ta-tapi, apa yang disuruh itu nggak masuk akal. Telat satu menit dihukum berdiri, keliling lapangan. Memangnya Lexa atlet lari?"
"Lexa... Lexa, kamu ini ada-ada saja. Bagaimanapun, kamu dihukum karena kelalaianmu sendiri. Besok hari terakhir MOS, cobalah untuk minta maaf. Mama yakin, dia pasti maafin kamu. Soal temanmu yang satu itu, rangkul dia dan jadikan teman. Seenggaknya apa yang dituduhkan nggak benar dan teman-temanmu tahu hal itu," pesan mamanya yang diangguki Alexa. "Ayo, dimakan nasi gorengnya."
"Ah iya, Ma, besok disuruh bawa Sandwich diplastikin ke kantong es. Semua bahan masih ada, kan?"
"Ada. Mama tadi beli roti tawar juga. Tinggal dipotong bentuknya saja."
Sebaiknya gue bawa lebih sebagai permintaan maaf. Mama benar juga, sih. Dipikir-pikir emang gue yang banyak salahnya.
"Oh ya, Nak, belum ketemu Kak Andrew?" tanya mamanya dengan suara pelan.
Alexa menggelengkam kepalanya. "Mm... ini baru MOS. Mungkin nanti kalau udah mulai sekolah, bisa ketemu. Alexa nggak akan nyerah cari kak Andrew."
"Ya sudah, lanjut makannya," pinta mamanya dengan senyum yang Alexa tahu dipaksakan,
Alexa menatap mamanya dengan sedih dan mengingat cerita mamanya ketika Alexa menemukan foto keluarganya di gudang yang kini sudah digantung di ruang tamu.
"Iya, ini papa dan kakakmu, Nak," jelas mamanya ke Alexa yang masih menatap lekat canvas besar di pangkuannya.
"Jadi, Alexa punya kakak?"
"Itu kakakmu, namanya Andrew. Hanya berbeda dua tahun dari kamu." Mamanya merangkul Alexa dengan erat. "Mama minta maaf nggak pernah cerita apa pun atau memperlihatkan foto mereka. Mama baru akan cerita kalau kamu sudah lulus SMA. Ternyata kamu justru nemuin lebih dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Koala Prince: New Edition
Teen FictionNovel karya : @felislinanda Update : Lanjut di akun felislinanda Cover dari : @ulstuki_art Blurb: *Basket, Love, and Secret* Alexa punya dua misi maha penting saat memilih masuk ke sekolah St.Raphl: 1. Menemukan kakak cowoknya yang terpisah pasca...