Part 8

5 0 0
                                    


Fawwaz POV

Aku melihatnya berjalan terburu menghampiri dua wanita. Terlihat dari raut wajahnya, tampaknya dia sedang gugup. Benar, aku sedang berada di restauran yang sama dengannya. Bukan karena aku sengaja mengikutinya. Tapi, memang aku baru saja selesai rapat dengan rekan bisnis Papa.

Aku memilih tetap duduk setelah rekan bisnis Papa pamit. Kebetulan, tempatku duduk berada tak jauh dari tempatnya. Begitu jelas aku mendengar percakapan mereka. Azam? Siapa Azam? Rasanya tak asing mendengar nama itu. Oh aku ingat, Azam adalah laki-laki yang duduk bersamaku di taman waktu itu.

Aku mendengar semuanya. Azamlah laki-laki yang Mayza cinta sejak lama. Aku tak cemburu akan hal itu. Mayza berhak memiliki cinta walau itu bukan aku.

Setelah cukup lama, aku melihat Mayza menangis menundukkan kepalanya setelah 2 wanita yang bernotabene sebagai Ibu dan kakak perempuan Azam pergi. Rasanya ingin sekali ku rengkuh tubuhnya ke dalam pelukanku, tapi bagaimana bisa? Aku belum halal untuknya. Ku biarkan dia menangis menumpahkan semua kesedihannya.

Restaurant mulai ramai. Banyak orang memperhatikan Mayza yang menangis tersedu-sedu terlihat dari pundaknya yang bergetar. Hatiku gusar melihatnya menjadi pusat perhatian. Ku putuskan mendekatinya berdiri di dekatnya berusaha menutupinya dari tatapan banyak orang.

"Fa Fawwaz?" dia terlihat kaget melihat keberadaan ku di sini

"Ayo pulang, mahkotamu hampir jatuh kalo kamu nunduk terus. Lihat, banyak orang yang memperhatikan mu"

Ku tinggalkan dia yang masih terpaku di tempatnya menuju tempat parkir. Ternyata di luar sedang hujan. Kami berjalan dalam diam hingga di depan restaurant. Ku serobot hujan begitu saja agar bisa mengambil payung yang selalu ada di dalam mobilku. Segera ku buka pintu belakang mobilku agar dia cepat masuk.

Hanya hening yang menemani perjalanan kita. Tak sengaja ku lihat Mayza menatap hujan di luar sana lewat jendela mobil. Aku faham betul hatinya sedang tidak baik sekarang. Jelas dia sangat mencintai lelaki itu dan aku pun tau lelaki itu juga mencintainya.

Adzan berkumandang mengisyaratkan sholat Ashar telah tiba. Ku tepikan mobilku kala melihat masjid di pinggir jalan.

"Saya mau sholat dulu, kamu tunggu di mobil atau mau sholat juga?"

"Saya ikut turun" Suaranya masih gemetar bekas tangisannya tadi.

Kami berdua sama-sama melaksanakan sholat Ashar mengikuti jamaah yang bersiap melaksanakan sholat. Setelah jamaah selesai, aku berdzikir sebentar dan berdoa agar segala urusanku dipermudah oleh Nya begitu pula urusannya. Ku pakai sepatuku dan menghampiri mobil yang tadi ku parkir di sebelah kanan. Ternyata Mayza sudah menungguku di sana. Pandangannya yang selalu menunduk membuatku semakin kagum. Entah kenapa aku tak marah ketika dia tak kunjung memberiku jawaban atas CV Taaruf yang ku ajukan beberapa bulan yang lalu. Aku tak ingin memaksanya.

Segera ku antar Mayza pulang ke rumahnya. Aku tak bisa berlama-lama dengannya seperti ini. Setan lebih cerdik dari imanku yang tak seberapa.

"Sibukkan dirimu untuk mengingat Allah SWT. Yakin bahwa Allah SWT tak pernah mengesampingkan doa ummatnya" ku ucapkan itu ketika mobil ku sudah berada di depan rumahnya.

"Terima kasih, maaf merepotkan. Assalaamu'alaikum" Mayza membuka pintu mobil dan lansung bergegas masuk rumah setelah mengucapkannya.

Aku tersenyum mengingat segala tingkah yang dilakukan. Dia begitu ramah dan terbuka jika berhadapan dengan wanita tetapi sangat menjaga pandangan tatkala dengan lawan jenis. Keanggunannya membuatku jatuh hati pada pertemuan pertama.

Rasa ingin melindunginya begitu besar kala aku meihatnya menangis tadi. Lebih baik aku meminta petunjuk dari Allah swt agar hatiku tak melanggar batas yang tak semestinya ku lampaui.

 ❤❤❤

Part ter sedikit dan mau minta maaf buat yang nungguin

Al Qur'an is number one

Imam Sholat MayzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang