kedelapan

404 62 13
                                    

Ini jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini jaemin

.

Ini nana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini nana

...

sekarang, ditepi tingkat paling atas gedung kantor, aku terduduk, menikmati pemandangan mobil yang sedang berlalu lalang dibawah sana,

sekarang, ditepi tingkat paling atas gedung kantor, aku terduduk, menikmati pemandangan mobil yang sedang berlalu lalang dibawah sana,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku tahu jam sudah menunjukkan pukul 12 tepat tengah malam, waktu yang tepat untuk berbuat kejahatan,

Tapi tenang saja, aku sudah membawa pistol untuk berjaga jaga,

Akhir akhir ini hujan selalu saja mengguyur kota Seoul,

disisi lain semenjak aku keluar dari rumah sakit, Lucas serta jaemin selalu memperingatiku agar tetap dirumah hingga pelaku penembakan ditemukan,

Mereka selalu datang setiap hari, aku tidak keberatan sebenarnya, tapi mereka seperti Sasaeng yang hampir setiap hari memantau idolanya,

katanya agar aku cepat pulih, mereka pikir aku anak kecil apa,

Sampai tadi, aku memberanikan diri untuk keluar dari rumah, membeli ramen dan beberapa kaleng Soju yang jika Lucas dan jaemin tahu pasti akan mengomel,

Seperti dugaanku sebelumnya benda lempeng berbentuk persegi disebelahku berbunyi, lagi lagi Lucas menelfonku untuk ke4 kalinya,

"heii cepatlah pulang, sudah dibilang kau harus istirahat dengan cukup"

"Pulang gimana, orang lagi dikamar"

"Aku didepan pintu apartemen mu bodoh"

Tuhkan, apa aku bilang,

jika sudah seperti ini mau bohong bagaimana lagi, "iya iyaa" jawabku sedikit menekan kata katanya,

Entah hanya perasaanku saja atau benar adanya, sedari tadi, kurasakan ada seseorang yang memperhatikanku dari belakang,

Tak lama dari itu langkahan kaki dapat terdengar, jika kalian tahu, aku sudah ancang ancang mengeluarkan pistol saat ini,

Bersiap siap jika suara langkah kaki itu semakin mendekat, ketika itulah aku mulai bangkit mengeluarkan pistol menodong orang yang bernama....

G-ina

"Maaf maaf, aku kira penjahat" seperti mengerti dengan ucapanku ia mengangguk walau kikuk,

Bisa kulihat wajahnya sangat terkejut saat aku menodongkannya dengan pistol, "hanya mengecek, kak Lim yang menyuruhku untuk memeriksa bagian atap tadi, dan ternyata ada jiji",

Aku tersenyum untuk membalas penjelasannya, "mau sampai kapan disini?" G-ina melanjutkan,

"Mungkin 1 menit lagi, aku yang akan mengunci pintunya nanti" kataku, ia pergi setelahnya dengan aku yang kembali terduduk diposisi semula,

Memang akulah yang terlalu parno sebenarnya, lagipula kantor ini hanya bisa dimasuki oleh pekerjanya saja, ada kartu serta pin yang dipasang dibeberapa bagian pintu, untuk apa aku takut,

4 menit berlalu, Suara pintu terbuka kembali terdengar, "ngapain kak, sebentar lagi kok" sahutku,

Aku menoleh, ingin memastikan jika itu benar kak G-ina kenapa tidak menjawab,

tepat didepan wajahku, lelaki berpakaian serba hitam mengenakan topi juga masker mendorongku secara tiba tiba,

Tanganku sontak berpegangan pada tepi rooftop, posisiku benar benar dalam bahaya saat ini, dibawah tubuhku tergantung, jalan raya yang padat dapat terpampang jelas,

Bukan hanya terjatuh saja, melainkan langsung dilindas juga bisa bisa,

Melihat diriku yang masih bertahan, pria ini langsung menginjak jari jemariku menggunakan sepatu boot hitam bermaksud agar aku mepaskan cengkraman itu,

tangan kananku terlepas, pistol yang berada disaku celanaku mulai aku keluarkan secara diam diam,

"Maaf gadis cantik, tapi aku harus melakukan ini karna uan-"

DOR!!

"AAAA" peluru itu menembus pagian pahanya, aku tidak pandai menembak jadi sasaran yang semula mengarah pada bagian perut bisa meleset sangat jauh seperti itu, "Sialannn",

Jariku kembali diinjak, namun lebih kencang dari tadi, jujur saja aku sudah tidak kuat lagi,

Semua jariku hampir saja terlepas, sampai pria berpakaian serba hitam itu terjatuh melewati tubuhku, Aku terkejut tentu saja,

PLAK

Suara nyaring dari bawah sana bisa aku dengar dengan jelas, mungkin selanjutnya aku,

jari jemariku sudah mati rasa sekarang, kulepaskan Cengkraman pada tepi rooftop tersebut secara bersamaan, membiarkan diriku terjatuh kebawah,

Tapi

Bukannya jatuh, rasa hangat tiba tiba kurasakan ditelapak tanganku,

Aku tahu, wanginya, dan setelah itu semua pandanganku menjadi gelap seketika.

...

G-ina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

G-ina

To be continue...

The Destiny of the Assassin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang