19. Paris Pt.3

444 51 20
                                    

"Pergi sekarang?" Dantae bertanya setelah menunggu lebih dari 1 jam untuk istrinya bersiap-siap.

Suryeon mengangguk, menggandeng tangan Dantae berjalan keluar dari suite mereka. Ini hari ke-6 mereka berada di Paris, dan akhirnya bisa pergi jalan-jalan berdua. Siapa sangka doa jahat Suryeon beneran manjur, bapak PM sekarang sudah kembali ke negara asal. Suryeon ikut berduka kok untuk bapak PM, beneran. Suryeon juga sedih. Karena dia tahu rasanya kehilangan.

Untuk itu Dia akan memanfaatkan waktu berdua ini sebaik-baiknya, dan berbahagia karena akhirnya bisa kencan dengan Dantae. Agar pengorbanan keluarga bapak PM tidak sia-sia.

"Jadi kita kemana dulu?"

"Makan dulu." Suryeon menjawab sambil tersenyum, hari ini dia senang sekali akhirnya bisa kencan berdua sama Dantae.

"Prioritas yang tepat, mau makan apa?"

"Terserah."

"Baiklah Yang Mulia, kita keliling Paris cari makanan yang bernama terserah." Canda Dantae membuat Suryeon memukul pelan lengannya tertawa.

Selesai menikmati makan siang dengan menu terserah, menggunakan mobil mereka berdua menuju pinggiran laut barat Paris menuju Auvers-sur-oise, berdasarkan map mereka akan menempuk perjalanan sejauh 27 KM. Seriously beatiful itu bagaimana seorang Van Gogh menggambarkan desa ini kepada adiknya. Pelukis terkenal itu memang sempat tinggal disini setelah keluar dari pusat rehabilitasi sebelum kemudian mengakhiri hidupnya di desa ini.

Hari ini mereka akan mengunjungi desa ini sesuai keinginan Suryeon yang mengatakan ingin berkunjung di makam Van Gogh. Dantae sudah bertanya dari sekian banyak tempat wisata yang mengapa lebih mengunjungi desa ini, untuk apa mengunjungi kuburan? Dengan jawaban yang cukup membuat kita hanya bisa ber-O- ria.

"Karena kita tidak bisa ikut melayat.Untuk menghargai keluarga bapak PM yang telah berkorban, akan lebih baik jika melakukan dengan cara lain. Mengunjungi makam Van Gogh salah satunya, siapa tahu jika keluarganya yang meninggal adalah penggemar Van Gogh."

Itu jawabannya, cukup membuat seorang Dantae jadi gemas sendiri. Untung dia sayang, kalau enggak udah Dantae kurung Suryeon. Di kamar. Hehehe.

Tapi Suryeon memang kadang juga suka random banget kalau lagi kumat. Mana lucu banget. Dantae jadi makin sayang. Hehehe.

Liat aja sekarang dia lagi asyik dengerin lagu pakai handphone, sambil nyanyi katanya sih biar Dantae nggak bosen. Untung suara dia bagus kalau enggak udah Dantae suruh diam. Pakai bibir. Hehehe.

Ya karena kalau dia langsung protes bilang suara Suryeon jelek, bisa babak belur jadinya Dia. Tapi Suara Suryeon bagus kok, beneran apalagi pas dia nge-rap. Semua Rapper terkenal lewat dengan kehebatan Suryeon-nya.

Setelah Suryeon selesai rekaman satu album tambah obrolan mereka tentang ayah si tukang ngambek sampai artis yang baru nikah terus langsung bercerai tiga hari kemudian. Akhirnya mereka sampai juga di Auvers-sur-oise.

"Jadi kita akan pergi kemana dulu?"

Dantae kembali bertanya sambil menggandeng tangan Suryeon.

"Tempat tinggal terakhir Van Gogh."

Dantae hanya mengangguk mengikuti langkah kaki Suryeon, Auvers-sur-oise tempat yang akan senang dikunjungi oleh mereka yang sangat suka seni dan sejarah. Dan Suryeon salah satu dari orang-orang tersebut. Dantae yang memang nggak terlalu tertarik hanya menjadi peneman dan pendengar Suryeon yang setia.

Sekarang mereka lagi ada di The Aurberge Ravoux iru yang Dantae baca di depan tapi kata Suryeon sekarang tempat ini di kenal dengan Maison de Van Gogh. Terletak di tengah desa, katanya ini rumah Van Gogh sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Lagi-lagi yang Dantae tahu dari Suryeon.

Jujur saja berwisata disini agak terasa membosankan untuk Dantae, jika bukan karena Suryeon dia pasti sudah akan pulang. Tapi mendengar Suryeon yang menjelaskan dengan semangat, dan bagaimana menikmatinya dia berjalan mengelilingi desa mengikuti jalur karya pelukis terkenal yang di lukis sekitar Auvers. Ada 22 signposted yang di pasang, ini Dantae menghitung sendiri, dengan setiap titik membandingkan lukisan yang dibuat para artist terkenal dengan objek asli yang mereka gambarkan. Suryeon terlihat sangat menikmati waktunya disini.

"Van Gogh, itu pelukis terkenal tapi sayang selama hidupnya dia cuma mampu menjual satu lukisan." Dantae melihat kearah Suryeon yang bercerita. "Miris bukan?" Hanya bisa mengangguk saat Suryeon bertanya. Saat ini mereka sudah ada di makam sang pelukis Van Gogh dan adiknya.

"Tapi sekarang semua orang mengagumi lukisannya." Jawab Dantae.

Suryeon mengangguk, "Setelah dia tiada, tidak mengubah fakta bahwa Van Gogh meninggal dalam keadaan miskin saat tidak ada yang menemani, mencintai atau menghargai karyanya."

"Dia pasti kesepian." Gumam Dantae yang jadi sedih, membuat Suryeon terkekeh.

"Kita pergi, aku tidak mau nanti kamu malah menangis disini." Candanya membawa Dantae berjalan-jalan menuruni pemakaman.

"Setelah ini kita kemana? Kembali ke pusat kota?" Dantae lagi bertanya, hari ini tugasnya memang sebagai supir yang akan ikut kemana Suryeon ingin pergi.

"Masih ada satu tempat lagi yang aku ingin kunjungi disini." Suryeon menjawab membawa Dantae dengan berjalan lebih cepat.

Saat berjalan melewati ladang gandum kembali dari pemakaman Suryeon berhenti "Disini Van Gogh bunuh diri menggunakan Pisto, setelah sebelumnya sempat melukis disini."

"Kita pergi dari sini." Dantae menjawab memegang tangan Suryeon berjalan menjauh, rasanya aneh menikmati pemandangan di tempat seseorang mengambil nyawanya sendiri.

"Terakhir, gereja yang terkenal objek lukisan Van Gogh, The Church at Auvers." Terang Suryeon dengan riang membawa Dantae masuk ke dalam gereja.

"Coba tebak, berapa banyak lukisan yang di buat oleh Van Gogh selama dia berada di Avours?" Suryeon bertanya.

"10, 15, 20, 35, 40?" Tebak Dantae asal membuat Suryeon terkekeh.

"77 lukisan dalam 3 bulan selama dia tinggal disini."

"Sebanyak itu selama 3 bulan dan dia hanya berhasil menjual 1 seumur hidupnya?" Dantae bertanya jiwa marketingnya langsung meronta-ronta.

"Tunggu hingga kamu mendengar bahwa Van Gogh membuat 2.100 karya seni termasuk 860 lukisan cat minyak." Suryeon menambahkan duduk di salah satu kursi gereja yang berada paling belakang.

"Dia pelukis hebat yang tidak tahu cara menjual lukisannya kalau begitu." Komentar Dantae duduk di samping Suryeon, "Kita mau apa disini?"

"Berciuman?" Tawar Suryeon dengan senyum menggoda.

"Ini gereja!" Marah Dantae dengan wajah memerah membuat Suryeon tertawa. Bagaimana pun, Dantae adalah anak Tuhan yang cukup taat.

"Aku bercanda, lagi pula pertanyaan aneh. Tentu saja berdoa."

"Suryeon ini gereja katolik."

"Terus?"

"Kitakan Kristen."

"Ah iya" Suryeon yang baru ingat agamanya mengangguk, "Tapi memang kenapa jika kita berdoa kepada Tuhan disini? Memang Tuhan orang katolik lebih sibuk?"

"Ya tidak ada bedanya, sama-sama Tuhan Yesus-"

"Kalau gitu sama saja, aku berdoa dulu." Suryeon dengan cepat memotong sebelum Dantae memulai dengan penjelesan panjangnya.Melipat tangannya memejamkan mata dan berdoa.

Dantae hanya tersenyum, selama tinggal bersama Suryeon itu sulit sekali diajak pergi ibadah. Akan ada banyak alasan, dari sakit perut, sakit gigi bahkan sampai berpura-pura pingsan. Tapi saat ingin berdoa malah memasuki gereja yang salah.

Ikut memejamkan matanya Dantae juga berdoa, mengikuti apa yang dilakukan Suryeon.

"Bapa yang selalu mendengarkan, kali ini aku tidak akan meminta banyak. Cukup kabulkan segala doa yang disampaikan oleh wanita di sampingku dan buatlah Dia bahagia selalu."

------

Makin gaje nggak sih gaes ini. :(

Big C.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang