47

501 41 8
                                    

Suryeon menangis, mengelus rambut Seok Kyung yang akhirnya tertidur karena lelah menangis."Anak Bunda pasti kesakitan, sayangnya Bunda, maaf nggak bisa kurangin rasa sakit adek."

Dantae masuk ke dalam kamar rawat dengan membawa Seok Hoon dalam gendongannya."Adek udah tidur?"

"Baru aja, Abang gimana?"

Seok Hoon menggeliat, merengek saat melihat Suryeon."Bunda~"

Menghapus air mata, Suryeon ambil alih Seok Hoon dari gendongan sang suami."Anaknya Bunda, belum tidur hm?"

"Adek gimana?"

"Adeknya lagi tidur, Abang juga tidur ya?"

Seok Hoon mengangguk,"Abang tidur dulu ya Bunda."

"Selamat tidur anaknya Bunda."

Setelah memastikan Seok Hoon tidur, Dantae dengan hati-hati mengambil alih kembali dan membaringkan putranya itu di sofa. Sedangkan Suryeon, kembali menjaga Seok Kyung.

"Kamu nggak mau makan dulu?"

"Nanti aja tunggu adek bangun baru aku makan." Tolak Suryeon, tidak ada nafsu makan.

Dantae hanya menggangguk, keluar kamar untuk membeli makan. Paham dengan kebiasaan sang istri jika anak mereka sakit, tidak akan mau makan kecuali dipaksa.

Untungnya demam Seok Kyung cepat turun setelah mendapat penanganan.
Membuat mereka tidak perlu nginap di rumah sakit.

Masalah kejang, itu hanya Ayah Shim yang berbohong agar anak dan sang menantu bergerak cepat. Baik emang.

Tapi namanya Seok Kyung, cucunya Ayah Shim. Lebay kebangetan, demam turun tapi manjanya nambah.

"Nggak ada yang Sayang adek di dunia ini, Adek cuma sendiri." Dantae yang lagi mendapat tugas temani adek di kamar, hela nafas. Ambil air minum.

"Ini minumnya Yang Mulia, perlukah hamba juga membantu Yang Mulia ini minum?"

Padahal Seok Kyung baru mau masuk empat tahun, tapi gaya ngomongnya ngalahin orang tua. Dantae jadi nyesal sering ajak ngobrol Seok Kyung dulu.

"Sudah tidak haus lagi? sekarang Yang Mulia ingin hamba melakukan apa?"

"Adek mau Bunda."

"Bunda lagi masak bubur, nanti juga datang sendiri." Ujar Dantae kembali baring di samping Seok Kyung. Lanjut baca koran yang harus berhenti tiap 5 menit untuk ikuti perintah anaknya.

"Abang?"

"Sekolah."

"Kakek?"

"Di rumahnya."

"Adek bosan."

"Nonton barbie aja." Dantae nyalakan televisi.

Seok Kyung cemberut, ingin dapatkan perhatian penuh Ayah. Tapi dicuekkin terus."Adek mau kamar baru."

Dantae langsung letakkan koran,"Adek mau apa?" Semangat Dantae yang memang sudah lama ingin usir Seok Kyung dari kamar mereka.

Seok Kyung tersenyum senang,"Kamar baru."

"Untuk Adek?"

Menggeleng, Seok Kyung menunjuk Dantae."Buat Ayah yang sudah besar, jadi nggak boleh lagi tidur sama Bunda. Kayak Abang."

Semangat Dantae hancur lebur, sesali dirinya yang sudah berharap.

Big C.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang