20. Mancing.

412 51 58
                                    

"Aku pergi." Suryeon mengecup bibir Dantae dengan cepat keluar dari mobil. Ara sudah mengirim pesan foto dengan bahan bakar yang sudah berada di butik mereka. Akan benar-benar membakas butik jika Suryeon tidak juga datang.

"Yang Mulia Ratu akhirnya datang bekerja." Sarkas Ara yang sudah duduk di kursi kerja Suryeon menunggu temannya datang.

Suryeon hanya mendengus meletakkan tasnya, "Minggir, aku harus bekerja."

Ara berpindah duduk di atas meja memberi ruang untuk Suryeon duduk, "Bagaimana? Menyenangkan bereproduksi di Paris?"

Suryeon memilih diam mengambil buku sketsanya, namun Ara tentu saja tidak menyerah. "Pastilah, mengingat bagaimana kau dengan hebatnya mendesah sampai lupa menutup telpon dariku lebih dulu."

"Bisa diam tidak!" Geram Suryeon dengan wajah memerah, itu sebuah kecelakaan yang tidak mau dia ingat kembali.

Ara tertawa, "Jadi bagaimana? Suami dadakanmu itu hebat di ranjang? Apakah miliknya besar?"

"Kim Ara." Geram Suryeon menekan perkataannya membuat Ara tertawa bahagia berhasil menggoda Suryeon.

Tapi kemudian menatap Suryeon serius, "Dantae benar baik padamu kan?"

Suryeon mengangguk, "Dia benar laki-laki yang baik."

"Bagaimana dengan sahabat yang dia cintai itu? Kalian sudah ada bertemu?"

"Belum, Dantae sangat jarang membahas tentangnya di hadapanku."

"Mereka masih saling bertemu?"

"Tentu saja, ada beberapa kali Dantae meminta ijin untuk berkumpul dengan teman-temannya dan ada sahabatnya disitu."

"Tapi dia tidak pernah membawamu?"

"Dantae mengajak tapi aku selalu menolak."

"Kenapa? Bukankah sudah seharusnya kau juga ikut masuk ke dalam hidupnya? Dantae sudah tahu ayahmu, pekerjaanmu, teman-temanmu, tapi apa yang kau tahu tentang Dantae selain titik sensitifnya?"

"Kenapa sekarang kau jadi seolah membela Dantae?"

"Aku tidak membela, tapi kita perlu mengenal seseorang dengan benar untuk bisa mengatakan dia baik."

Suryeon terdiam bermain dengan pensilnya, "Dantae itu sedikit penakut, saat bangun tidur dia akan langsung mandi sebelum melakukan apapun, dia berolah raga seminggu tiga kali karena itu ada peralatan olah raga di rumah kami, Dantae tidak terlalu suka beraktivitas di luar, minuman wajib pagi harinya adalah kopi dengan gula satu sendok teh dia tidak suka jika kopinya terlalu manis, Dantae memiliki daftar tempat makan di ponselnya, Dantae ternyata tidak bisa memasang dasi sendiri, Dantae selalu bercukur di pagi hari karena dia tidak suka dengan wajahnya yang berbulu,Dantae lebih suka apel hijau daripada merah tapi Dantae lebih suka Strawberry dia bahkan pernah menghabiskan seluruh stock yang aku sediakan dalam sekali makan, Dantae lebih suka jika telurnya dimasak setengah matang, Dantae suka sekali dengan iron man, Dantae selalu menata pakaiannya di lemari sesuai tanggal kapan pakaian tersebut digunakan. Dantae juga akan selalu pergi ke gereja setiap hari minggu,Dantae sangat menyayangi ibunya alasan kenapa dia membangun banyak resort dan hotel di berbagai negara adalah agar ibunya bisa pergi berlibur dengan tempat istirahat yang nyaman, Dantae itu selalu menempatkan orang lain lebih dulu daripada dirinya sendiri, Dantae itu baik."

Ara mengamati wajah Suryeon yang begitu memancarkan kebahagiaan saat membicarakan Dantae, senyumnya tidak pernah putus, matanya berbinar dengan cerah.

"Aku tidak tahu tentang ayahnya, tapi aku yakin Dantae pasti akan memberitahu ku nanti, karena dia tidak pernah benar-benar menutupi apapun dariku. Untuk teman-temannya, tentu saja aku akan bertemu mereka suatu hari nanti tapi bukan sekarang. Untuk saat ini aku hanya ingin menikmati waktuku bersama dengan Dantae tanpa memikirkan orang lain. Aku tidak perlu tahu dengan detail masa lalunya untuk percaya bahwa dia orang baik. Karena selama Dantae baik padaku, itu saja sudah cukup."

Ara tersenyum mengerti selama Suryeon bahagia dia juga akan ikut senang untuk sahabatnya, "Tapi Dantae tahu alasanmu menolak?"

"Tentu saja, kami sadar dengan hubungan kami yang terjalin karena hal tidak biasa. Membuat kami selalu mencoba jujur satu sama lain."

"Termasuk masalah itu? Kau sudah jujur padanya?"

Suryeon menggeleng pelan, "Aku terlalu takut untuk mengatakannya. Bagaimana jika Dia pergi setelah tahu?"

Ara terenyuh memeluk Suryeon, "Bukankah Dantae baik padamu?"

"Begitu juga dengan Joon Woo sebelum dia tahu." Jawab Suryeon menyebut mantannya yang pergi di hari pernikahan mereka.

"Tapi kau tahu kan Dantae berbeda dengan dia?"

"Tentu saja, Dantae seratus kali lebih baik tapi tetap saja aku takut."

Ara mengelus belakang Suryeon saat merasakan sahabatnya ini mulai menangis, sedikit merasa menyesal telah bertanya. Ara tidak memiliki niat apapun, dia hanya ingin sahabatnya ini bahagia.

"Sudah, aku harus bekerja." Suryeon melepaskan pelukan mereka mengambil tisu.

Ara hanya mengangguk, meninggalkan Suryeon untuk menenangkan diri.

Melampiaskan rasa gundah dengan pekerjaan adalah hal terbaik, jika saja telponnya tidak berdering Suryeon pasti akan lupa waktu. Telpon dari Dantae yang mengatakan dia sudah ada di depan, seperti biasa Jam makan siang Dantae dan Suryeon akan makan bersama.

"Aku akan pergi makan siang di luar dan tidak akan kembali lagi. Anggap saja ganti rugi karena kau telah membuatku menangis tadi pagi." Suryeon berpamitan dengan cepat menutup kembali pintu ruang kerja Ara, yang hanya bisa pasrah.

Suryeon berlari pelan menghampiri Dantae yang sudah menunggunya di samping mobil.

"Silahkan masuk Yang Mulia." Canda Dantae membuka pintu mobil untuk Suryeon.

Suryeon tertawa kecil mencium pipi Dantae, "Terima kasih pengawal."

Dantae hanya tertawa melindungi kepala Suryeon kemudian menutup pintu.

"Kita akan makan dimana hari ini?"

Suryeon bertanya saat Dantae sudah duduk di kursi kemudi.

"Tempat pilihan ayah."

Suryeon terkejut melihat ke arah belakang, ada ayahnya yang duduk dengan wajah datar. "Kenapa ayah bisa ada disini?"

"Karena menantu ayah yang baik hati." Dengus ayah Suryeon berusaha menyindir anaknya.

"Ini lebih aneh, memang sejak kapan kalian berdua akrab?"

Dantae hanya mengangkat kedua pundaknya.

Sedangkan ayah Suryeon berdecih, "Mungkin sejak dia lebih ingat jika masih ada ayah di dunia ini saat putrinya sudah mulai lupa."

Suryeon mengabaikan sindirian kekanakan ayahnya, karena sudah jelas pesan dan telponnya yang selama ini terus diabaikan oleh ayahnya. Bahkan saat dia mengatakan akan berkunjung begitu tiba di korea ayahnya dengan keras mengatakan akan mengunci pintu dengan rapat. Sekarang malah playing victim, dasar orang tua yang tidak pernah mau salah.

"Tadi aku kerumah ayah untuk mengatar oleh-oleh sekalian mengajak ayah untuk makan siang dan pergi memancing bersama kita hari ini." Dantae berusaha menjelaskan keadaan, karena ayah dan anak yang terlihat saling memusuhi.

Suryeon melihat Dantae dan ayahnya bergantian, seingatnya terakhir kali mereka bersama. Keduanya masih saling menjaga jarak, Dantae yang takut dan ayah yang sok garang. Sejak kapan mereka jadi akur seperti ini?

"Kenapa memasang wajah seperti itu?! Tidak suka ayah ada bersama kalian?!" Mendengar nada judes ayahnya Suryeon kontan menggeleng. Melihat ke depan, takut jika ayah yang sedang mode baperan semakin tersinggung.

------

Big C.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang