22. Lomba pt2

340 41 32
                                    

Suryeon menguap mengucek matanya yang terasa begitu berat, sekarang mereka sudah tidak berada di laut lagi tapi tepi Danau. Dia duduk di kursi tunggu sambil menahan kantuk karena ayah dan suaminya belum ada yang mau pulang. Masih asyik dengan perlombaan memancing mereka.

Sekarang sudah jam 6 sore, keduanya masih mencari siapa yang menang dan yang kalah. Suryeon benar-benar merasa lelah, jika tahu begini lebih baik Dantae dan ayah tidak pernah akur. Acara lomba dadakan mereka hanya menarik diawal, tapi tidak saat keduanya sudah mulai serius. Terus mengganti peraturan dan mengulang perlombaan setiap pemenang sudah ada. Mulai dari ukuran ikan, berat ikat, jenis ikan, jenis umpan, bahkan cara melempar umpan mereka jadikan alasan untuk memulai ulang pertandingan.

Dia sudah bersyukur saat mereka sudah harus menepi karena masalah cuaca. Dan bisa segera pulang, tapi siapa sangka saat di mobil mereka berdua masih berdebat siapa yang kalah, siapa yang menang membuat mereka berakhir di Danau ini. Setelah 1 jam berlalu, pertandingan masih belum berakhir.

"Belum selesai?" Suryeon bertanya dengan nada lelah, perlu diingat dia baru kembali dari Paris yang selama disana dia banyak beraktivitas, dan langsung kembali bekerja terus menemani kedua orang ini memancing. Badannya benar-benar lelah.

"Sebentar lagi ya sayang" Dantae menjawab "Makan ikan lagi aja dulu" pintanya lalu kembali fokus pada pancing.

"Ayah akan mengalahkan suamimu dulu."

"Aku yang akan menang."

Suryeon mendesah,"terserah." gumamnya kembali mengambil ikan bakar yang sudah matang dibakarkan Dantae. Jangan tanya berapa banyak ikan yang mereka punya sekarang. Ayah dan Dantae sudah bisa membuka toko di pasar ikan besok pagi.

"Yes!!" Ayah Shim berteriak girang saat umpannya kembali dimakan ikan "kali ini ayah pasti yang akan menang." Yakinnya menarik ikan ke tepi. Kali ini peraturan mereka hanya satu setelah dimarahi Suryeon, siapa lebih dulu mendapatkan jenis ikan yang disepakati tidak peduli berapa besar, panjang, berat, garis warna jumlah gigi bahkan jumlah sisik. Dia yang menang, siapa yang berani protes akan Suryeon kurung di ruang penuh kecoak.

Dantae juga dengan serius menunggu, berharap ayah mendapat ikan yang berbeda. Dia tidak lagi peduli dianggap miskin selamanya, Dantae hanya ingin menang agar pengalaman memancingnya tidak lagi direndahkan.

Ayah Shim tertawa begitu girang ketika melihat ikan Trout sebesar dua jari memakan umpannya. "Ayah menang!!" teriaknya bahagia.

Sedangkan Dantae menatap tidak percaya perjalanan lomba memancing mereka akan berakhir dengan dia yang kalah oleh ikan sebesar dua jari.

"Ayah menang?!" Suryeon melepas ikan bakarnya bertanya riang, akhirnya penderitaan berakhir.

Ayah Shim mengangguk memamerkan ikan mininya kepada Suryeon.

"Ayah menang! Ayah menang!" riang Suryeon melompat memeluk ayah Shim, bahagia akhirnya bisa pulang.

Dantae yang kalah cemberut, dengan cepat mengemaskan semua peralatan mereka.

"ehem" Ayah Shim berdehem,"Karena kau kalah, ingat jangan lupa membeli kapalnya" Ujarnya berjalan dengan riang menuju mobil bersama ikan mini yang sekarang sudah berada di dalam ember kecil. Meninggalkan semua peralatan untuk anak dan menantunya bereskan.

"Marah?" Suryeon bertanya menoel lengan Dantae yang lagi melipat kursi mereka.

"Nggak." Jawabnya singkat menyibukkan diri.

Suryeon terkekeh memeluk Dantae dari belakang "Aku hanya senang karena bisa pulang, bukan karena kamu kalah."

"Iya, lagian siapa juga yang marah." gumam Dantae dengan wajahnya yang masih cemberut.

Big C.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang