15|

52 16 0
                                    

Irvetta terlambat. Saat ia tiba, murid itu sudah mati dalam keadaan mengenaskan. Tapi ia jelas terlihat baru saja ditinggalkan. Irvetta tidak tahu siapa yang membunuhnya. Beruntung, jiwanya masih utuh.

Irvetta mendekati jasad itu. Meletakkan tangannya di atas kepala Alexia Areshia. "Maaf, aku terlambat. Semoga jiwamu mendapat tempat yang baik." Irvetta menutup matanya.

"...apa yang kau lakukan?" Noam Nivalis bertanya dengan pandangan menyelidik.

Irvetta melihat Sean yang tidak bersuara tapi ikut menatapnya juga. "Ayo pergi."

"Apa?" Sean terlihat terkejut.

"Aku sudah selesai." Kedua orang itu terlihat linglung.

Irvetta. Saat ini kau ada di depan manusia, dan kau adalah manusia. Manusia biasa akan membawa jasad itu kembali, bukan meninggalkannya begitu saja. Itu suara Kal.

Sepertinya aku benar-benar menjadi malaikat maut tanpa hati. "...kalian ingin membawanya?"

"Siapa kau sebenarnya?" Sean menatap Irvetta tajam.

"Bagaimana kau tahu akan ada yang mati di sini?" Kali ini Noam yang bertanya.

Irvetta mendudukkan dirinya di tanah, tidak peduli lagi dengan tanah yang mengotori bajunya. Irvetta kemudian menutup matanya. Ia berusaha keluar dari raganya, sudah tidak peduli dengan dua orang yang menatapnya tajam, ia harus bertanya pada Kal.

"Kal, aku bisa menjadikan mereka orangku kan?"

Hanya satu.

"Tapi mereka berdua melihatku?!"

Kau benar-benar malaikat maut yang merepotkan.

"Apa tidak ada kasus di mana malaikat maut lain memiliki dua manusia?"

Entahlah, mungkin ada. Tapi jelas itu akan membawa konsekuensi buruk.

Irvetta menatap tubuhnya yang tertidur. Kemudian menatap Noam dan Sean yang menatapnya tajam. Mungkin tubuhnya akan berlubang kalau dipelototi seperti itu selama satu jam.

"Untuk sementara ini aku akan membuat kontrak dengan satu orang. Satunya lagi, bukankah harusnya tidak apa-apa asal identitasku tidak diketahui?"

Sepertinya begitu. Laki-laki dengan luka itu, sepertinya adalah atasannya.

"Aku mengerti."

Irvetta membuka matanya, kemudian mengerjapkan matanya perlahan.

"Ada yang ingin kalian tanyakan? Duduklah." Irvetta berusaha bersikap santai padahal gugup setengah mati.

"Kau siapa?" Noam bertanya.

"Aku Irvetta Iridis dari kelas Matahari." Irvetta menjawab seadanya.

"Kenapa kau bisa tahu ada seseorang yang akan mati di sini?" Sean kembali mempertanyakan itu.

Irvetta menghembuskan napasnya perlahan. Irvetta menyebarkan auranya. Auranya membentuk benteng kecil setengah lingkaran. Dari luar mereka tidak akan melihat atau mendengar apa pun. Tentu saja mereka berdua mengetahui hal itu dan kembali terkejut.

"Sepertinya kalian kaget." Irvetta tersenyum tipis. "Aku bukan orang baik, tapi juga bukan orang jahat. Setidaknya aku tidak pernah membunuh siapapun."

"Karena kalian sudah terlanjur melihatku melakukannya, aku akan memberitahu kalian. Tapi sebelumnya, tolong buat kontrak denganku." Irvetta melanjutkan.

"Kontrak apa?" Noam masih menatapnya dengan tajam.

"Kontrak. Perjanjian untuk tidak menyebarkan tentang kemampuanku kepada siapapun." Irvetta tersenyum datar. "Kalau kalian tidak bersedia aku hanya perlu menghapus ingatan kalian." Irvetta tersenyum manis.

Sea of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang