4|

174 37 0
                                    

Saat ini keluarga Iridis sedang berada di sisi luar Kerajaan Oseania. Irvetta masih tidak ingat apa pun. Tapi ada satu hal yang ia ketahui. Itu terjadi tepat setelah kejadian menggemparkan kediaman Iridis—saat Irvetta berteriak di tengah malam. Saat itu Irvetta yang tidak ingat apapun tidak ingin tidur karena takut ia melupakan segalanya. Keluarganya mengerti itu. Maka, mereka bergantian menjaga Irvetta.

Kemudian setelah hampir tiga hari tidak tidur, Irvetta tumbang. Keluarganya panik. Lega karena akhirnya Irvetta bisa tertidur. Tapi mereka juga takut kalau Irvetta akan melupakan mereka lagi. Hari itu, mereka mengira Irvetta tidur pulas setelah tiga hari tidak tidur. Mereka membawa Irvetta ke sisi pantai kerajaan Oseania saat Irvetta tertidur. Agar saat ia bangun, paling tidak kalaupun memang ia lupa, Irvetta tidak akan merasa kedinginan.

Sebenarnya saat tidur, Irvetta berada di alam lain. Ia diberi tahu sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Irvetta bukan lagi manusia. Melainkan malaikat. Lebih tepatnya malaikat maut. Tugasnya 'menjemput jiwa' seseorang yang akan mati. Irvetta baru akan menjalankan tugasnya setelah satu bulan di dunia ini. Artinya, kurang dari tiga minggu. Irvetta dilarang untuk memberitahu siapapun—bahkan keluarganya.

Selama waktu itu, sebelumnya tugasnya dilaksanakan. Irvetta sebagai salah satu dari sedikit bangsawan yang menjadi malaikat maut diminta untuk mempelajari kegiatan sampingannya, menjadi manusia. Irvetta menghela napas. Bagaimana ia bisa menjadi malaikat maut? Apa yang terjadi pada dirinya sendiri? Seseorang di mimpinya itu tidak memberitahunya bagaimana ia bisa menjadi malaikat maut.

Katanya, malaikat maut mengenali satu sama lain. Mungkin suatu saat ia akan menemukan orang lain saat menjalankan tugasnya. Memangnya siapa yang menyangka kalau malaikat maut ternyata ada di dekat mereka, berbaur dengan mudahnya hidup berdampingan. Mustahil. Mustahil terpikirkan.

"Irvetta? Kau sudah bangun?" Itu Duchess Iridis.

"Ya. Ini di mana, ...ibu?" Duchess Iridis tidak bisa menahan kebahagiaannya, ia senang anaknya masih ingat.

"Kita di sisi luar Kerajaan Oseania, nama daerah ini Dwious. Letaknya di dekat pantai. Kau suka pantai kan?" Irvetta mengangguk ragu.

Ia tidak yakin suka atau tidak. Walaupun Irvetta tahu kalau ia adalah malaikat maut, Irvetta masih tidak memiliki ingatan. Aneh.

"Berapa lama kita di sini?" Irvetta bertanya sambil melihat pemandangan di sekitarnya.

Banyak orang berlalu lalang berjalan kaki, Irvetta dan ibunya berada di dalam kereta. Mereka menjual berbagai olahan laut. Ada juga yang menjual kerajinan dari benda laut, seperti kerang.

"Apakah satu minggu cukup untukmu?" Irvetta bingung, ia harus menjawab apa?

"Aku tidak tahu. Apakah tidak masalah? Bagaimana dengan pelajaranku? Bukankah aku harus belajar dari awal?" Irvetta mengingat tugasnya untuk menyesuaikan diri menjadi manusia.

"Mungkin selama di sini kau bisa membaca buku terlebih dahulu. Setelah kembali ke ibukota, kau bisa belajar pada keluarga Viscount Astrosa, mereka baik dalam pembelajaran etika." Irvetta sekali lagi hanya bisa mengangguk mengerti.

"Aku mengerti."

Tak lama setelah perbincangan singkat itu, mereka sampai di tempat peristirahatan keluarga Iridis. Setiap keluarga bangsawan di kerajaan Oseania memang boleh memiliki kediaman di wilayah lain. Tentu saja dengan pajak yang sudah ditentukan sesuai kedudukan masing-masing.

"Kau baik-baik saja, Irvetta?" Suara Sora langsung terdengar begitu pintu kereta terbuka.

Sora membantu Irvetta dan ibunya turun, "aku baik."

Sora tersenyum tipis, "syukurlah."

Di belakang mereka, Duke dan Duchess Iridis tersenyum. "Jangan hanya berdiri, masuklah." Duke Iridis akhirnya bersuara.

Sea of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang