Bab 7

2K 376 25
                                    

Kota Jakarta kini kembali memunculkan hawa panas, dengan sang surya yang tampak tepat di atas kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kota Jakarta kini kembali memunculkan hawa panas, dengan sang surya yang tampak tepat di atas kepala.

Suasana hening yang tengah melanda di suatu ruang kelas, tiba- tiba saja di gantikan dengan kegaduhan dan sorak ricuh para siswa. Anak 10 IPS 5 yang menjadi tersangka.

Siang ini, pak Marwan selaku guru dari mapel sosiologi memberikan sebuah kejutan bagi anak muridnya. Mengadakan ulangan harian dadakan, yang awalnya disambut kekesalan yang berujung ajuan protes dari para siswa. Yang ujung- ujungnya mereka hanya dapat pasrah menerima.

Dan kemudian lima menit lalu pak Marwan yang menjadi asal mula ulangan dadakan itu, meminta izin pergi membuang hajat ke toilet. Meninggalkan para siswa yang bersorak gembira.

Membuat ruang kelas yang tadinya tegang dan hening itu menjadi ramai. Para siswa hilir mudik, ricuh mengerubungi juara kelas bermaksud mendapat contekan. 

"Woi nomor tiga jawabannya apa?"

"Sosialisasi primer itu apa pengertiannya?"

"Nomor sembilan jawabannya mengenalkan nilai dan norma bukan?"

Suara mereka saling bersahutan. Saling melempar tanya satu sama lain.

Semuanya membaur menjadi satu. Termasuk para anggota inti Scorpio kecuali Laskar yang memang berbeda kelas dan jurusan. 

Erlang dan Abid tampak akur duduk bersebelahan, sembari menyalin jawaban seorang siswa yang selalu mendapat ranking lima besar . Lain hal nya dengan Erlang dan Abid yang tampak akur, Ken dan Benji malah sibuk bertengkar memperebutkan sebuah kertas berisi contekan.

"Woi lepas, orang gue duluan yang dapat ini contekan" sungut Benji berusaha menarik lembaran kertas di tangan Ken. Yang dibalas tarikan tak kalah kencang oleh Ken.

"Mana ada gue duluan yang dapet" 

Aksi mereka tetap berlanjut. Bahkan karena tak ada yang mau mengalah mereka berusaha sedemikian rupa agar mendapatkan kertas itu. Entah siapa yang memulai duluan mereka berdua malah berakhir jambak- jambakan, bertingkah seperti perempuan ketika tengah bertengkar.

Zidan yang yang kala itu memperhatikan tingkah Ken dan Benji pun sontak menggelengkan kepalanya pelan dilanjut menutup kedua matanya dengan tangan kanan.

"Bukan temen gue" runtuk Zidan seolah malu.

Perdebatan mereka masih berlanjut.

"Ey lepasin dodol! Katanya pinter tapi kok nyontek," ujar Benji dengan mengeratkan jambakannya pada rambut Ken yang membuat sang empu meringis kesakitan.

"Heh Paijo! Pintar itu relatif, kalo nyontek itu alternatif!" balas Ken sembari menginjak kaki Benji dengan kuat.

Benji mengaduh sakit. Mengangkat sebelah kakinya yang diinjak Ken tadi. Mengusap pelan kakinya yang masih terbalut sepatu. Netra Benji kemudian menangkap sebuah objek di mana Ken tengah mengibas kertas berisi contekan yang tadi mereka rebutkan.

DaffodilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang