Stella mendudukkan dirinya di sebuah bangku panjang di taman belakan sekolah. Menikmati semilir angin yang menyapu lembut wajahnya, menerbangkan anak rambutnya dengan ringan.
Stella menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sembari memejamkan mata. Suasana tenang memang sangat Stella butuh kan saat ini untuk menenangkan pikiran.
Lima belas menit berlalu. Menyadarkan Stella untuk keluar dari zona nyaman.
Stella melakukan peregangan pada kedua tangannya. Lantas bangkit dari duduknya dan merapikan seragamnya yang sedikit berantakan, mengambil sebuah daun yang tersangkut di atas rambut.
"Unghh gue jadi gembel," gerutu cewek itu.
Setelah merasa penampilannya sudah rapi, Stella kemudian beranjak pergi dari taman itu. Melangkahkan kakinya dengan santai.
Di sepanjang jalan menuju koridor, terlihat para siswa tampak menyunggingkan senyum dengan membawa surat undangan. Terlihat pula beberapa siswa lain yang tengah membagikan undangan tersebut kepada siswa siswi lain yang belum kebagian.
Melihatnya membuat pikiran Stella kembali berkecamuk. Bertanya- tanya tentang apa yang tengah terjadi.
Secara tiba- tiba mata Stella terasa pedih hingga memanas, kepalanya pening seperti tertimpa beban seberat ribuan ton. Stella mencengkeram kepalanya pelan sembari meringis kecil menahan sakit. Berpegangan pada pohon mangga di sampingnya guna menopang diri.
Rasa sakit di kepalanya kian menjadi, menampilkan sebuah gambaran peristiwa yang tiba- tiba menerobos masuk dalam pikirannya. Memutarnya bagai sebuah video dalam otak.
☁☂︎☁☂︎☁☂︎
Menampilkan sekelompok siswa yang tengah bercengkerama, didatangi oleh dua orang siswa lain yang tampak sedang membagikan sebuah undangan ulang tahun teman mereka yang akan dilaksanakan dua hari lagi.
Stella kemudian diperlihatkan sebuah pesta yang tampak meriah.
Terlihat sosok tampan berwajah blasteran Eropa- Asia yang tampak berdiri gagah mengucapkan sederet kata bermaksud untuk berterima kasih atas kehadiran tamu undangan di acara yang ia selenggarakan. Sang bintang utama pada pesta itu, dia Ferelio sosok figuran yang namanya hanya digunakan untuk menambah bumbu cerita.
Gambaran itu beralih. Menampilkan sosok Natasha yang tengah di gunjingkan pada pesta malam itu. Penampilannya mengenaskan, wajahnya di penuhi ruam merah yang terlihat menjijikkan, ditambah dengan dress pink selutut yang terkesan meriah.
Hal itu membuat Natasha di banding- bandingkan dengan Naura, sang tokoh utama yang terlihat cantik dengan balutan a- line dress berwarna navy.
Natasha yang pada dasar memiliki tempramen yang buruk langsung marah, berteriak nyaring memaki- maki dan menerjang Naura sang tokoh utama hingga babak belur. Pesta yang harusnya berakhir bahagia malah berakhir dengan kericuhan karena ulah Natasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daffodil
FantasyStella Aluna. Siswi SMK jurusan bisnis yang harus meregang nyawa di usia muda gara- gara Corona. Virus mematikan yang sialnya telah merebak hingga ke sepenjuru dunia. Alih- alih memasuki alam baka, Stella malah harus terdampar di dunia novel yang du...