8. Kesal

76 8 11
                                    

Sifat memang susah di tebak dengan naluri,  kamu beda dari biasanya, kenapa?"

Anindyta Noviona Anggini

**************

Dita masih mengobrak abrik lemari di kamarnya, memilih satu dari puluhan baju tersayangnya. Hal yang membingungkan, entah kenapa ia selalu bingung mau pakai baju apa.

Ia ambil benda pipih di nakas, lalu mencari aplikasi hijau muda dan mengecek kontak yang ia ingin diminta bantuaannya,
"Lo bisa bantuin gue gak?" satu kalimat tertulis rapih dalam layar ponselnya.

Tidak menunggu waktu lama, seorang dengan baju tidur dan beberapa peralatan masak yang di bawanya, membuat Dita melebarkan matanya, apa yang terjadi dengan orang ini? Ini kamar bukan dapur!

"Lo, ngapain bawa-"

"Udah intinya aja."

Dita hanya menghembuskan napasnya kasar, berurusan dengan Yaya memang gak akan kelar dalam waktu dekat dan lebih parah pasti dialah yang kalah, Dita selalu yakin itu bahkan dia gak habis pikir dengan spesies seperti Yaya.

Dita hanya menatap lemarinya, berharap Yaya akan peka terhadap maksudnya, namun nihil Yaya hanya acuh tak acuh menatap Dita, yang sesekali mencibir dalam hati,

"Jadi gak sih?! Gue lagi masak!"

Dita hanya memandang Yaya sekilas lalu fokus pada lemarinya, Yaya yang pura pura mengedikan bahunya acuh, dia paham apa maksud Dita, namun ia lebih suka Dita bicara langsung tanpa kode kodean, "Kebanyakan nyusahin sih jadi malu kan," cibir Yaya dalam hati.

Yaya mendekat ke arah lemari Dita, dan memilih beberapa baju di sana, selalu begini. Dita itu seperti anak kecil yang dalam masalah memilih bajupun masih labil.

"Mau jalan kemana?" tanya Yaya

"Dia ngajaknya ke Taman sih terus ke Festival malam"

"David?" Dita hanya menganggukan kepalanya mantap, lalu kembali menatap baju yang di pilih Yaya untuknya,

"Yang ini aja,"

Dita masih menatap baju itu, ketidakcocokan antara pilihan Yaya dengan otaknya sangat menganggu, padahal selera Yaya selalu tinggi, namun kali ini Dita rasa kurang.

Dita menggeleng menatap Yaya melas, memgerucutkan bibirnya, " gak mau pake yang itu," rengek Dita.

"Yaudah terserah lo! Buang waktu gue aja."

Yaya melenggang pergi dari kamarnya, Dita tak paham kenapa dengan Yaya, tak biasanya ia seperti ini. Sudahlah sekarang ia harus memantaskan diri sendiri. Walau bingung tapi yasudahlah.

Ia ambil celana jeans dengan sweeter oversize warna Cream kesukaanya, lalu mulai merias dirinya dengan makeup tipis dan sedikit liptin di bibir ranumnya.

Dita Mengambil  kembali benda pipih miliknya, menuliskan pesan untuk yang ia janjikan berangkat sekarang, "Aku sudah siap,"

Ting.

Masa depan♡

Oke sayang.

Blushh, pipi Dita rasanya terbakar melihat apa balasan David, ia ambil buku sekolahnya lalu mengibaskannya pada area mukanya, jujur Dita rasa ia sudah mandi namun kenapa gerah kembali?

Dengan tas selempang mini, Dita mulai menuruni anak tangganya, menghampiri sang bunda dan kakaknya yang sedang mennghidangkan beberapa lauk di meja makan. Dita menarik salah satu kursi dan mendudukinya, lalu mengambil napas dan membuangnya kasar.

Phytagoras HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang