Nyatanya beribu tindakan tak akan meluluhkan. Kecuali satu, pengertian yang tidak di tunjukan.
Anindita Noviona Anggini
*******
Pria itu masih setia menatap jam di pergelangan tanganya, beralih pada sekumpulan orang yang tampak pakai seragam formal dengan atribut lengkap seperti yang ia pakai satu tahun yang lalu. Namun, bedanya mereka kelihatan rapih dan di siplin. Berbeda dengan dirinya yang dulu, tampak urakan dan acak acakan, bahkan untuk sekedar memakai atribut pun suatu keadaan yang menjengkelkan.SMAN PELITA BHAKTI, Nama yang terpapar jelas di gapura bernuansa putih keemasan yang tampak elegant dan berwibawa. Mencerminan kegagahan dan kualitas sekolah yang mampu melahirkan potensi murid berprestasi tinggi ini. Senyumnya sedikit merekah, merasa bangga karena ayahnya termasuk donatur terbesar di sana.
Matanya bergerak lincah mencari sosok yang ia tunggu sedari tadi. Walaupun ia teramat benci menunggu, tapi kali harus ia lakukan. Sudah hampir 30 menit ia berdiam diri di sana dengan beribu tatapan kagum orang yang melewatinya. Nyaris datar dan tanpa senyum, membuat semua orang menyayangkan ketampanannya. Kasarnya gini, buat apa tampan kalau Attitude minim?
"Kak David!" teriak seorang gadis yang melambaikan tangan ke arahnya, yang di balas sedikit senyum tipis olehnya,
Tanpa tunggu lama gadis itu menghampirinya, dengan lihai ia berjalan ke arahnya tak lupa juga senyum kecil yang selalu terbit di bibir ranumnya. Ia akui gadis di hadapanya begitu cantik, benarkan?
"Maaf yah nunggu lama, habisnya tadi aku nungguin Yaya dulu di lab, mau ngambil kunci rumah sekalian pamit pulang duluan, tapi lama banget sampai pegel nih kaki berdiri terus, malah gak ada tem-" ucapanya terpotong saat sebuah helm mendarat sempurna di kepalanya.
"Pake." ujar David dan segera beranjak naik ke motor dan menghidupkanya.
Gadis itu hanya berdiam diri dengan beberapa lamunanya, dengan debaran jantung yang mendadak melaju cepat dari biasanya. Merasa jengkel dengan gadis di hadapanya, David menarik pelan Helm yang setengah terpakai itu, memakainya dengan lembut dan teliti, sedangkan gadis itu hanya menatapnya intens. Jarak yang kurang dari 10 Centi dapat membuat ia merasakan wangi farfume yang David pakai, sekuat tenanga ia menahan nafasnya, jujur berada di dekat David sangat menguji kekuatan imannya.
"Naik. Atau mau gue gendong?" Gadis itu membelalakan matanya dan segera naik ke motornya, jangankan di gendong baru juga di tatap udah meleyot, apalagi di gendong mungkin ia sudah tak sadarkan diri.
Bibirnya sedikit terangkat menciptakan lukisan senyum yang indah di sana, tat kala gadis itu nurut.
Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang melanda, hanya sapaan angin yang menerpa, tidak ada seorangpun yang ingin memulai pembicaraan terlebih dahulu. Keduanya tampak bungkam dengan pikiran masing masing.
Dahinya berkerut saat motor yang ia tumpangi berhenti di depan resto dan sang pemilik motor turun dan memasukinya, menghiraukan Dita yang mengerjapkan mata beberapa kali, apakah David lupa bahwa dirinya ada di belakang? Kenapa ia tak mengajaknya lalu mengandeng tanganya seperti di drakor yang ia tonton.
"Gue lapar, kalau mau tinggal ikut, gue bukan perayu seperti yang lo pikirkan." ucap David sedikit menengok ke belakang lalu menatap lurus kedepan dan berjalan dengan tatapan datarnya tak lupa juga dengan tangan yang di masukan ke dalam saku celananya. Kalau kata jaman sekarang, so-cool.
Ajaib. Dita baru menemui tipikal pria seperti ini pertama kali dalam hidupnya, pria yang tak banyak tanya untuk sekedar makan bersama, pria yang tak banyak tingkah, tapi mampu membuat senyumnya merekah. Di saat para mantanya mengajaknya makan, mereka selalu menspesialkan Dita dengan tanya mau makan apa? Di mana? Sungguh paling menjengkelkan, tapi beda dengan David tanpa perlu mikir ia langsung mendapatkan makanannya. Sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phytagoras Hati
Genç KurguSeperti layaknya rumus phytagoras yang teramat memusingkan, lantas apa bedanya dengan cinta segitiga yang menyakitkan? Bukan, ini bukan tentang kisah cinta segitiga antara dua sahabat yang mencintai laki laki sama, atau tentang seorang yang rela mel...