Si Sulung

584 50 2
                                    

Malam ini langit sedang ribut. Sejak sore hujan tak berhenti turun. Kilatan besar memecah kegelapan malam, suara gemuruh nya terdengar menakutkan.

Jeongin menangis sejadi-jadinya. Di pukul nya keras pintu kamarnya sambil terus memanggil-manggil sang papa.

" Bang Jeongin, cukup! Papa sedang ada tugas penting! Bisa tidak kau jangan berisik!" Bukan nya menenangkan sang anak, Bang Chan malah membentak kencang Jeongin, hingga membuat tubuh kecil itu bergetar.

" Channiee... Ada apa ini? Kenapa kau meneriaki anak mu seperti itu?" Nenek datang.

" Pengasuh Mo! Pengasuh Mo!"

" Iya tuan, urus anak itu. Jangan sampai dia membuat kegaduhan lagi. Aku sedang sibuk." Bang Chan pun pergi.

" Tuan muda kenapa? Takut kilat ya? Tidak apa-apa, ayo tidur lagi," Babysiter Mo kembali meletakan Jeongin ke tempat tidurnya.

" Heh, anak kecil jangan ribut dong! Aku kan juga mau tidur!" Changbin datang memarahi Jeongin.

" Changbin, jangan ganggu adik mu! Cepat kembali kekamar mu!"

" Baik nek!"







Sementara itu Felix juga menangis ketakutan karena suara petir barusan. Ia mendekap tubuh Seungmin erat.

" Sudah sayang tidak apa-apa, itu hanya suara petir..."

" Monster mama, ada monster..."

" Ya sudah, mama akan peluk Felix biar monsternya tidak berani kesini. Kalau monsternya mendekat mama pukul deh pakai bantal. Sekarang Felix tidur ya sayang..." Seungmin menyelimuti Felix dan mengecup keningnya.

" Felix sayang mama..."

" Mama juga sangat sekali sama Felix."









Setelah mengantar kan Felix ke sekolah, Seungmin bergegas menuju SMP tempat nya mengajar. Seungmin adalah seorang guru matematika di sekolah itu.

" Baiklah anak-anak, pada intinya kalian hanya perlu memahami soal ceritanya dan menggunakan rumus elimisasi seperti yang sudah ibu contoh kan, paham ya semuanya?"

" Paham,bu..." Jawab anak-anak hampir serentak. Mata Seungmin terusik oleh Changbin yang tertidur dan menggunakan earphone di kelas.

Dia menghampiri Changbin dan menarik salah satu earphone di telinga nya.

" Bukan kah sudah jelas peraturan nya. Dilarang menggunakan earphone  pada saat jam pelajaran!" Changbin hanya diam.

" Changbin-ah, ibu bukan nya tidak memperhatikan mu. Ibu tau kau sering tidur di saat jam pelajaran. Ini hasil ulangan mu, ibu harap kau bisa memperbaiki sikap." Seungmin mengembalikan earphone Changbin dan berjalan kedepan kelas.

" Baiklah, anak-anak. Hasil ulangan kalian minggu lalu sudah selesai ibu periksa. Ketua kelas tolong bantu ibu untuk membagikannya ke teman-teman ya,"

" Baik,bu.."

" Baik, pelajaran hari ini cukup sampai disini. Selamat siang!"

" Siang,bu...."

Changbin pulang dengan wajah murung. Sang nenek yang melihatnya langsung menarik sang cucu untuk di introgasi.

" Ada apa?" Changbin langsung memberikan hasil test nya yang benilai F-.

" Changbin sayang, bagaimana ini bisa terjadi?" Nenek nya terkejut karena selama ini nilai cucunya selalu A+.

" Entahlah," Jawab Changbin santai.

" Tenang saja besok nenek akan menemui guru matematika mu untuk menegurnya. Dia pasti salah mengkoreksi milik mu," Changbin bahkan terlihat tak ambil pusing.

Pagi-pagi sekali nenek sudah mendatangi sekolahan cucu tersayang nya untuk menemui Seungmin.

" Maaf, membuat anda menunggu lama. Perkenal kan nama saya Kim Seungmin, guru matematika baru di sini." Sapa Seungmin sopan.

" Ah iya bu guru, aku nenek nya Changbin. Ada yang ingin aku bicarakan dengan anda."

" Kira-kira ada masalah apa sampai nenek datang kemari?"

" Begini bu guru, saya rasa anda salah mengoreksi kertas ujian cucu saya. Cucu saya itu anak yang paling pintar di kelasnya. Dia selalu mendapat nilai A+ untuk ujian eksak. Tidak mungkin kali ini dia mendapat nilai F-."

" Maaf jika saya memang melakukan kesalahan, tapi saya sudah mengoreksinya dengan seksama."

" Jadi apa benar cucuku mendapat F-?" Nenek terkejut.

" Kebetulan anda disini ada yang ingin saya sampai kan soal Changbin. Changbin di kelas terlihat kurang aktif dan malu bertanya. Mungkin karena saya baru disini, saya rasa itu menjadi salah satu faktor mengapa nilainya merosot. Saya sangat berharap bahwa Changbin bisa lebih aktif lagi dalam mengikuti pelajaran di kelas supaya nilainya bisa kembali."

" Oh begitu ya, sejak kapan anak itu jadi pemalu begitu... Kalau begitu bisakah anda memberi les tambahan pada cucu saya diluar sekolah?"

" Soal itu..."

" Tenang saya akan membayar anda dengan mahal,"

" Bukan begitu, saya punya anak kecil.  Dia orangnya pemilih, tidak bisa begitu saja dekat dengan seseorang. Begini saja, saya punya waktu di hari senin dan jumat itu pun hanya 2 jam sehari. Jika anda keberatan saya___"

" Oke, baiklah tidak masalah. Kalau begitu saya permisi."

" Silahkan."

" Terimakasih bu guru Kim untuk waktu anda, hehee.. anda sangat baik dan juga cantik." Seungmin tersenyum mendengar pujian dari nenek Changbin.

Changbin berlari menghampiri neneknya yang baru keluar dari ruang guru.

" Nenek, aku kan sudah bilang tidak perlu sampai begini!" Keluh Changbin.

" Hey, setelah ibumu tiada nenek lah yang bertanggung jawab atas pendidikan cucu ku."

" Guru Kim pasti sudah mengadu yang tidak-tidak kan pada nenek."

Dia pasti mengadukan soal aku yang tertidur kemarin -Changbin.

" Guru Kim bilang kau itu kurang aktif saat di kelas sehingga nilai mu turun."

" Sudah? Itu saja?"

" Memang apa lagi yang ingin kau dengar? Nenek juga sudah meminta guru Kim untuk mengajar mu les di rumah 2 jam sehari, khusus hari senin dan jumat. Belajar lah dengan rajin, jangan sampai papa mu tau soal ini."

" Baik nek,"

" Nenek pulang dulu ya..."





Ddrrt ddrtt

Satu pesan masuk ke handphone Seungmin.

"Aku dan Han ingin mengajak Felix pergi ke ulang tahun perusahaan, aku harap kau bisa membawa nya sore ini ke hotel laviera jam 5 sore" -Minho

" Baik." -Seungmin.




__+--+__

[ GS ] Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang