Lima remaja yang memiliki kelebihan untuk melihat makhluk tak kasat mata beraksi untuk memecahkan misteri, pembunuhan, dan teror yang terjadi di sekolah dan lingkungan sekitar mereka. Tapi di balik itu semua ada salah satu dari mereka yang cuma pura...
"Pagi anak murid ibu yang minim akhlak." sapa Bu Ratih masuk ke dalam kelas anak 11 IPA 2 yang kenyataan memang akhlaknya minim, walaupun mereka anak IPA tapi gak harus kan image mereka harus selalu jadi anak rajin atau anak kesayangannya para guru-guru?
"Pagi juga, Bu Ratih yang gak ada akhlak." jawab Beomgyu dengan beraninya mengatakan itu.
Sontak perkataan Beomgyu mendapatkan gelak tawa dari anak-anak kelas karena si Beomgyu ini emang moodbooster anak IPA 2 sama si Junedi juga.
Hahahaha
Hahaha
Bwahahaha
Hahaha
"Astaga Choi Beomgyu lo ini bersoda banget jadi anak murid." ucap Yeonjun ikutan nimbrung biar belajarnya tertunda gara-gara keasikan ngomong. Bisa aja siasat lo Junedi
"BERDOSA!!" seru anak-anak membenarkan perkataan Yeonjun yang typo kayak ketikan author suka typo, hahaha. Garing banget
"Iya-iya itu maksudnya."
Bu Ratih mah cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak didiknya itu yang semakin hari semakin aneh, minim akhlak, dan susah diatur.
"Guys!! Sekarang keluarin buku biologi kalian." ucap Bu Ratih mendapat desahan kecewa dari Yeonjun karena rencananya gagal.
"Hilih, Bu Ratih gak cocok pakai bahasa kayak gitu. Soalnya umur Bu Ratih udah tua." Beomgyu sambil mengeluarkan buku biologi dan alat tulisnya.
"Sesuka lah mau pakai bahasa kayak gimana, kamu juga bukan orang tuanya ibu." sewot Bu Ratih mendengar perkataan si Beomgyu.
"Tapi gak cocok, Bu."
"Terserah deh."
Bu Ratih memilih untuk tidak melanjutkan perdebatannya dengan Beomgyu, kalau dilanjutkan bisa-bisa jam pelajarannya habis cuma karena debat sama Beomgyu.
Setelah itu, Bu Ratih mulai menjelaskan tentang struktur tubuh katak. Mereka semua mendengarkan dengan seksama tapi tidak dengan satu orang yang pikiran sedang berkelana memikirkan tentang sesuatu hal.
"Kayaknya struktur tubuh manusia lebih seru daripada tubuh katak." batinnya lalu senyum-senyum sendiri. Bukan batinnya yang senyum-senyum tapi mulutnya, oke.
Tanpa dirinya sadari salah satu anak kelas tidak sengaja melihatnya senyam-senyum seperti sedang memikirkan sesuatu yang menyenangkan.
"Ngapain tuh anak senyum-senyum sendiri? Gak gila kan ya." gumam si anak yang melihat temannya itu.
. . . . .
Sekarang anak IndiHome lagi makan di kantin untuk menjinakkan cacing di perut mereka yang tadi sudah pada demo tapi untungnya sudah istirahat jadi si cacing besar alaska juga udah pada tenang.
"Bang Junedi." panggil Soobin
"Hm." respon Yeonjun yang lagi fokus sama bakso miliknya.
"Perasaan gue gak enak nih." batin Taehyun mendengar Soobin memulai obrolan terlebih dahulu apalagi sama Yeonjun.
"Gimana kalau kita selidikin soal kematian Jisung, kasian nanti jiwanya gak tenang lagi. Gue takut di teror sama dia soalnya."
"Nah kan bener."
"Terserah, gue sih ikut aja."
"Oke, kalau gitu pulang sekolah kita mulai penyelidikannya gimana?" tanya Soobin
"Gue gak mau ikut." tolak Beomgyu soalnya dia males aja ngelakuin hal yang gak berguna menurutnya. Bilang aja takut Gyu susah banget.
"Gue juga gak mau." Huening Kai menolak dengan tegas usulan dari Soobin.
"Gue gak terima penolakan."
"Yaaah." desah Beomgyu sama Huening Kai mendengar keputusan Abangnya.
"Terima aja sih, siapa suruh punya kelebihan." celetuk Taehyun yang gak sadar diri kalau dirinya juga punya kelebihan sama kayak ke empat temannya.
"Gue juga gak mau kali punya kelebihan kayak gini, kalau kelebihan uang sih gak apa-apa."
"Bener tuh apa yang Bang Beomgyu bilang." Huening Kai menyetujui ucapan Beomgyu.
"Gimana kalau kita ngepet aja biar kelebihan uang." saran Beomgyu ke Huening Kai.
"Hayoook tapi Bang Beomgyu yang jadi babi kalau gue yang jagain lilinnya."
"Ogah."
"Yah, padahal uangnya lumayan buat beli album anak TXT yang freeze sama tcc juga."
Beomgyu tidak menghiraukan perkataan Huening Kai lagi dan memilih untuk makan siomay miliknya, kasian dianggurin dari tadi.
"Jadi ini setuju kan mau nyelidikin soal kematian Jisung?"
"Gak ada pilihan lain kan?"
"Gak ada."
"Nah gitu dong!!" seru Soobin semangat.
Kemudian mereka kembali ke kelas karena bel masuk juga sudah berbunyi, padahal siomay Beomgyu baru abis setengah tapi mau gimana lagi soalnya abis ini pelajaran matematika yang gurunya killer banget.
Di kelas
Semuanya sudah duduk di kursi masing-masing, sembari menunggu Bu Dewi masuk anak-anak ada yang mabar ML, coret-coret buku, melamun seperti Yeonjun, dan masih banyak lagi.
"Jangan sampai gue ketauan nih." batin Yeonjun sambil memikirkan cara agar perbuatannya tidak ketahuan sama anak-anak yang lain.
Tidak lama Bu Dewi pun masuk, dan menghentikan semua kegiatan yang tadi mereka lakukan.
"Keluarkan buku matematika kalian." ucap Bu Dewi
"Iya, Bu."
Segera setelahnya anak-anak mengeluarkan buku matematika milik mereka masing-masing tanpa membacot terlebih dahulu seperti tadi pagi. Dengan tenang mereka mendengarkan penjelasan dari Bu Dewi karena takut kena hukum bor kalau ribut.
Lagi serius mendengarkan penjelasan Bu Dewi tiba-tiba hpnya Huening Kai berbunyi yang ternyata ada pesan masuk dari seseorang yang sangat dia kenal.
Jake
"Gue gak mau ikut campur sama urusan lo kali ini."
"Gue juga gak mau bawa-bawa lo." batin Huening Kai setelah membaca pesan dari Jake kemudian mematikan hpnya, bukan dimatikan daya.
TBC
Ada yang nungguin gak nih? Maaf ya baru up, soalnya susah mikirin biar bikin ceritanya nyambung. Hehe
Oh ya, kalian udah liat gak concept foto anak TXT yang album Jepang? Conceptnya bagus banget. Nih aku kasih satu tapi yang Beomgyu because bias aku Choi Beomgyu. Kalau bias kalian siapa?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Thanks buat yang udah baca, kalau boleh vote sama komen tapi gak maksa juga sih.