Part [11] : Kenyataan

269 36 2
                                    

Misi yang cakep-cakep anaknya emak abah, ga ada niat ngevote? Masa iya baca doang, potek hati saya tuh /jyjyk

Makasih buat yang selalu nunggu cerita ini, lope lope dah:") /bucin readers

~•~

"aku membenci semua kebohongan mu."

Karena ketakutan Theo meninggalkan Canka di rumah, akhirnya Canka di bawa ke rumah Jeffry yang jelas sangat jauh dari sekolah.

"Nanti kalo Canka telat ke sekolah gimana?" Canka merengek pada Theo yang mengacuhkannya.

"Pokoknya kamu tetap di sini! Nanti Jepri yang bakal nganterin kamu, tenang aja kamu ngga bakal telat." jelas Theo dengan senyum tertekan, dia lelah dengan rengekan adiknya.

"Iye tenang aja dek, ada abang di sini," sambung Jeffry dengan mata yang berkedip.

"Napa tuh mata? Kelilipan? Sini gue congkel." Sehan mengambil kunci mobil dan menunjukkannya pada Jeffry.

Jeffry mengelus dada sabar, "Jahat amat lu ama gue, ahmat aja kagak jahat."

"Serah Jep."

"Eum, Kak?" panggil Canka membuat semua menatapnya.

"Kak Theo maksudnya.. "

"Ooooo.. "

"Apa Can?"

"Canka bukan saudara kandung kakak kan? Makanya Papa ngga suka Canka." penuturan Canka membuat semua terdiam membisu.

Theo kebingungan mencoba mencari alasan, "Ka-kamu tau dari mana sih? Ngga mungkin, kamu itu adik kakak. Kandung." Jelasnya dengan penekanan di kata 'Kandung'. "Jangan bohong ya Kak? Aku udah tahu kok... Maaf ya udah bikin semuanya berantakan." Canka menunduk, memegang erat tangan sang Kakak yang di mana sang Kakak berada di sampingnya.

"Canka? Seharusnya kamu ngga tahu... Maafin Kakak udah rahasiakan ini,"

Sesak, dadanya sesak. Canka sulit bernafas saat ini. Tangisnya pecah, sebenarnya kesalahan apa yang ia lakukan di masa lalu, sehingga sekarang semesta begitu jahat padanya? Dari kebencian sang Ayah, pemaksaan, pembullyan, kebohongan, dan terakhir ia harus mengetahui kebenaran yang seharusnya tak ia ketahui. Kenyataan paling pahit dalam hidupnya kini terbongkar sudah. Theo menceritakan, semuanya. Canka adalah anak dari bos Ayahnya, bos—Ayah Canka. Mengalami kecelakaan tragis bersama istrinya dan Canka di adopsi oleh Melyani Dewi [Ibu dari Theo]. Karena kegilaan harta, Ayahnya malah ingin mengambil alih semua kekuasaan, dan membuang Canka. Dewi sangat menentang hal itu, begitu juga Anissa [Ibu dari Jihan] karena harta itu sesungguhnya masih hak Canka. Dari sana, dari sanalah pertengkaran terjadi, yang membuat Jihan membenci Canka. Yang Jihan tahu, Canka adalah perusak hubungan orang tuanya. Namun, saat itu yang masih bertahan dengan kegilaan sang Ayah hanyalah Ibu Dewi. Anissa? Ia tidak ada kabar saat Ayah mengusirnya dalam keadaan sakit.

"Kak? Canka jahat ya... Mama Dewi sama Bunda Anissa.. Kak? Canka iblis ya? Gara-gara Canka Papa sama Mama bertengkar. Kalo Canka ngga ada pasti semuanya ngga begini." Theo menangis, menggelengkan kepalanya, menandakan Canka tidak salah. Yang salah adalah kerakusan Ayahnya terhadap harta! Membuat keluarganya hancur, bukan karena Canka. Canka anak baik, tidak melakukan kejahatan apapun.

"Sstt, Canka ga salah oke? Canka ngga salah sedikitpun. Lebih baik Canka sekarang istirahat saja ya? Nanti Kak Theo susun buku Canka buat sekolah besok. Canka harus banyak istirahat, dan satu lagi. Canka jangan ikut Olimpiade dulu ya? Canka harus benar-benar sehat, baru bisa ikut Olimpiade oke?" pinta Theo dengan menyunggingkan senyumnya, Canka mengangguk walaupun rasa takut akan pukulan sang Ayah masih ada. "I—iya," jawab Canka lirih hampir tak terdengar.

Malaikat Kecil [Chenle] | END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang