“Aku hanya menginginkan Mama berada di sampingku.”
“Kau sungguh menginginkannya? Jikalau begitu mau pergi bersama?"Malaikat Kecil
Pertengkaran lagi? Jihan? Kamu dalangnya? Kenapa harus kamu? Jihan kenapa kamu? Kamu orang yang aku kira bakal baik kenapa begini? Tidak, aku tidak bisa berpikir lagi saat itu. Di depan mata ku sendiri, aku melihat semuanya. Dengan telingaku sendiri, aku mendengar semuanya. Jihan yang ku pikirkan anak baik ternyata tidak sebaik itu, sesuatu yang ku khawatirkan ternyata menjadi kenyataan.Canka berada di depan rumah dengan mata yang berair, ia berlari terus berlari menjauhi rumah yang banyak akan kenangan. Sakit hatinya saat ia mengetahui dalang di balik kematian sang Ibu. "Mama.. "
Air matanya berderai, membasahi pipi yang kini tak lagi mulus itu. Canka benar-benar ingin marah pada Jihan. Kakinya terhenti di jembatan, Canka diam di sana. Merenungi semua hal yang terjadi hari ini, bertanya kepada Tuhan, kenapa nasibnya seperti ini. Apa yang sebenarnya Tuhan rencanakan untuk dirinya?
****
Jihan mengambil semua berkas-berkas yang telah ia sembunyikan dari lama. Memutar ulang sebuah kaset, dan melihat kejadian itu. Kejadian bagaimana kedua wanita tercintanya harus terbunuh di tangan bibi.
Flashback
"Akhirnya sudah selesai, sudah ku pastikan wanita malang itu akan terbunuh dengan cara kecelakaan." Melinda pergi dari sana, dari pekarangan rumah Dio.
Wanita itu menyabotase mobil milik Dewi, ia senang akan hal ini. Tanpa ia sadari jauh dari sana, Jihan merekam semuanya.
Jihan dengan cepat menaruh kameranya ke dalam tas, Melinda melihat anak itu dan tersenyum, "Jihan, jangan bilang siapa-siapa atau aku yang akan membuatmu menjadi tersangka di sini." Jihan diam dan mengangguk.
"Iblis tetap iblis." batin Jihan dan menaiki mobil yang sama dengan Melinda.
Flashback end
"Ck, aku kasihan dengan mu Bi. Tapi mau bagaimana lagi? Iblis seperti dirimu harus di hukum." Jihan kembali memutar ulang rekaman yang lainnya.
Flashback
Melinda memasuki kamar Annisa, memberikan air minum kepada sang adik. Awalnya tidak terjadi apa-apa, namun setelah beberapa menit. Anissa batuk-batuk, mulutnya mulai mengeluarkan bisa. Anissa meregangkan nyawa di depan kakaknya sedangkan sang kakak hanya tertawa gembira.
Sekali lagi Melinda, tidak mengetahui bahwa Jihan di sana mengintip tidak berusaha menghentikan atau memberontak. Dia hanya diam, tersenyum licik dan berkata, "Hari ini adalah hari mu, esok adalah hari ku. Jadi bersenang-senanglah."
Flashback end.
****
"Baiklah Nak Jihan, laporan mu sudah kami Terima, bibi mu akan di tahan atas kasus pembunuh berencana." ucap salah satu polisi menjabat tangan Jihan.
Jihan tersenyum, "Terimakasih Pak, sudah mau membantu saya."
"Itu tugas saya Nak Jihan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat Kecil [Chenle] | END ✔
FanfictionMalaikat Kecil | Zhong Chenle END Sepenggal cerita singkat tentang kehidupan pemuda manis yang selalu tersenyum. "Kepergian mu melukiskan kenangan tanpa akhir dan janji yang tak ditepati itu menjadi nyata. Kau kebahagiaan pertama dan torehan lukaku...