"Aku membencimu karena tidak menepati janji."Malaikat Kecil
Mobil Theo melaju kencang, membelah jalan. Matanya terus menatap sekeliling kota Pasundan itu, mencari sosok adik tercintanya yang kini hilang entah kemana. Theo berusaha menghubungi adiknya, namun tidak ada jawaban. Dan dia juga sudah berulang-ulang kali menghubungi Jihan, hasilnya nihil. Jihan juga ikut menghilang bagai di telan bumi. Hujan turun dengan deras, membuat hati Theo semakin tak nyaman.
Hari ketiga, ini sudah hari ketiga kedua adiknya itu menghilang. Siapa yang tidak kan khawatir? Theo terus mencari, namun hasilnya tetap sama. Ia tidak menemukan tanda-tanda adanya Canka maupun Jihan. Theo menangis dalam diam, hatinya sangat sakit. Menyesal yang kini menghantui dirinya, buku harian Canka yang ia temukan di laci kamar anak itu membuatnya tahu; seberapa berat jalan hidup sang adik. "Canka kamu di mana?" gumamnya lirih.
Mata Theo berkeliling mencari, namun naas. Saat mata itu menoleh kesamping kanan ada truk melaju, menabrak mobil Theo. Mobil itu terbaik, terseret sangat jauh dari tempat tabrakan. Kaca mobil pecah kemana-mana, darah meluber keluar dari kaca mobil yang telah pecah. Seluruh orang panik, berkumpul untuk menolong orang yang tengah kesakitan di dalam mobil.
Tatapan itu sendu, setetes air mengalir membasahi pipi yang telah luka terkena pecahan kaca. Nafasnya memburu berusaha menghirup sebanyak-banyaknya, saat itu Theo melihat kedua adiknya ada di keramaian itu. Tersenyum, menjulurkan tangan mereka. Theo menggapainya, terasa bahwa sesuatu di tarik paksa dari tubuhnya, sakit. Theo berdiri dengan tegak di hadapan kedua adiknya yang tersenyum, ia memeluk kedua adiknya dan menangis. "Tolong, jangan tinggalkan aku lagi."
"Kami di sini Kak." jawab keduanya spontan. Canka menarik sang kakak untuk pergi dari tempat itu, begitu juga dengan Jihan. Wajah Theo berpaling kebelakang di saat tangannya tertarik. Ia melihat, melihat bagaimana tubuhnya di tarik oleh para petugas. Theo tersenyum, dia di jemput oleh kedua adiknya sendiri.
"Aku belum berpamitan sama yang lainnya, namun kalian telah menjemput ku."
"Maaf ya, kami juga tidak berpamitan sebelumnya."
*****
N
athan termenung di ruang keluarga, suara nyaring dari televisi tak pernah membuyarkan lamunannya. Namun, saat ada sepintas berita, wajahnya terangkat menatap layar televisi itu.
"Berita terkini, telah di temukan dua pemuda tanpa identitas terombang-ambing di tepi pantai. Di ketahui kedua pemuda itu bunuh diri di jembatan."
Nathan menatap lekat pada sepotong berita yang memperlihatkan kedua pemuda tanpa nyawa itu berbaring di tepi pantai. Wajah dari kedua pemuda itu tidak terlihat, namun Nathan sangat familiar dengan baju yang dikenakan oleh salah satu pemuda.
"Baju favorit Canka?"
Nathan beranjak dari duduknya, hatinya selama tiga hari ini tidak tenang. Kabar dari Theo membuatnya tidak bisa tidur, Nathan lantas menghubungi para sahabatnya.
"Guys BANGUN ANJING!"
"LAH? KOK NGEGAS KAU?"
-Haikal"Ada apa wee? Gue baru mandi nih."
-Renjana"Ada berita apa sepagi ini bree?"
-Fajar
KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat Kecil [Chenle] | END ✔
FanfictionMalaikat Kecil | Zhong Chenle END Sepenggal cerita singkat tentang kehidupan pemuda manis yang selalu tersenyum. "Kepergian mu melukiskan kenangan tanpa akhir dan janji yang tak ditepati itu menjadi nyata. Kau kebahagiaan pertama dan torehan lukaku...