11 - Mengadu

96 14 1
                                    

Kimberly terkejut atas aduan Alexia, dia sontak menatap Reviano untuk meminta penjelasan. "Apa maksud ucapan Alexia itu, Reviano?"

"Ya, semua itu benar," jawab Reviano berwajah datar seolah polos dan tak ada dosa. Kemudian matanya beralih menatap Alexia. "Ngomong-ngomong Alexia, sepertinya keputusanmu ini sudah matang. Tapi menurutku, akan lebih baik kalau kau menyerah. Kau memang memiliki bakat tapi kau tak punya pendukung. Berambisi hanya dengan mengandalkan kejeniusanmu tak akan membuatmu berhasil," ujar Reviano bernada datar, tapi tatapan merendahkannya disadari Alexia.

"Jadi menurutmu lebih baik jika aku menggantungkan hidupku pada belas kasihanmu di masa depan saja? Aku tidak lemah maupun bodoh, aku bisa bertahan hidup tanpa tumpuan tanganmu. Lagipula semua yang aku inginkan akan kudapatkan termasuk dukungan bangsawan. Kau tahu kenapa? Karena aku jenius." Alexia menyeringai mengejek, menekankan kata 'jenius' tadi untuk membalas tatapan rendah Reviano.

Alexia melirik sekilas Kimberly yang berekspresi bersalah sambil menatap tangan kanannya yang digunakannya untuk menampar pipi putrinya tadi. Tetapi Alexia tidak memedulikan itu, ia segera keluar dari kamar ratu saja. Aura dingin pun menyebar sepanjang Alexia berjalan membuat para ksatria dan pelayan yang dilewatinya sontak menunduk takut.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Kini Alexia hampir saja menginjak wilayah Istana Iris tapi langkahnya berhenti ketika berpapasan dengan dua orang penting. Di hadapannya sekarang ada Levon yang memeluk beberapa buku, sementara Harold berada satu langkah di depannya tanpa membawa apa-apa, mereka baru kembali dari perpustakaan sehabis mengambil beberapa buku untuk menyelesaikan tugas politik.

Harold menatap fokus pipi bagian kiri Alexia yang memerah. "Alexia, kenapa wajahmu begitu?"

"Ayahanda ini ...." Alexia bingung mau menjawab jujur atau berbohong saja. Tiba-tiba ia melihat keberadaan Keiza yang sekarang berjalan mendekatinya sehingga ada kesempatan untuknya menghindari pertanyaan. "Eh, Keiza. Kenapa kau ada di sini?"

Keiza terlebih dahulu memberi salam pada Harold. "Salam hormat kepada matahari kerajaan Berdine," ucapnya dibalas deheman saja oleh Harold. Ia lalu beralih menatap Alexia. "Aku ke sini untuk bertanya. Apa Tuan Putri akan pergi ke ibu kota untuk melihat festival hari ini? Bolehkah aku ikut?"

Alexia merasa tidak enak hati karena menyadari tatapan penuh harap dari mata Keiza. "Em ... bukan bermaksud tidak mau mengajak. Tapi aku tidak pergi karena kaki kiriku masih sakit."

"Ah begitu ...," ujar Keiza berekspresi murung. Tatapannya terpaku ke arah pipi kiri Alexia. Ekspresinya seketika menjadi khawatir kemudian ia segera menggenggam kedua tangan Alexia. "Tunggu, kenapa wajah Tuan Putri begitu? Apa ada yang memukul Tuan Putri? Apa jangan-jangan tuan putri Filia dan pangeran Frankie yang melakukannya?"

Alexia mengerjapkan mata beberapa kali untuk mencerna situasi sampai akhirnya tertawa pelan. Respon Keiza membuat suasana hatinya kini sedikit membaik. "Itu tidak mungkin. Kalau mereka berniat menamparku, maka tangan mereka akan kupatahkan."

Keiza melepaskan genggaman tangan sambil tersenyum canggung setelah mendengar kalimat kejam bernada santai dari Alexia. Berbeda dengan Harold dan Levon, mereka terfokus pada satu kata, 'menamparku'. Tidak ada yang bilang pipi Alexia ditampar, tapi dirinya sendiri yang mengakui.

"Maksudmu pipimu yang memerah itu karena ditampar?" celetuk Harold.

Tubuh Alexia terkesiap, dia menoleh ke arah Harold. "Ah, Iya. Tapi ... ini bukan apa-apa. Aku baik-baik saja."

Harold sangat mengenal kepribadian semua anak-anaknya, tidak terkecuali Alexia. Dia tahu harga diri Alexia sangat tinggi dan tak akan menerima penghinaan apa pun, jadi tidak mungkin Alexia berkata 'bukan apa-apa' setelah ditampar seseorang, kecuali orang itu merupakan orang terpenting dalam hidupnya seperti Kimberly dan Reviano. Seringaian tipis seketika terulas di bibir Harold, merasa penasaran atas cerita lebih lanjut dari Alexia.

Takdir Takhta Berdarah ✔ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang