24 - Makanan Beracun

96 19 0
                                    

"Tuan putri benar, salah satu jendela tidak terkunci." Salah satu dari orang itu membuka tudung jubah sehingga menampakkan rambut hijau, Caesar memandang Delicia dengan ekspresi santai saja. "Oh ... kau yang membuka jendelanya, kan? Ceroboh sekali."

Di samping kanan Caesar, seseorang membuka tudung jubahnya juga dan memperlihatkan rambut coklatnya yakni Daniel. Tidak berkata apa pun, Daniel mendekati Delicia dan merebut botol berisi Botulinum Toxin dari tangannya. Kemudian ia berjalan mendekati setiap meja dorong di sana dan menuangkan isi racun ke setiap makanan tanpa terkecuali.

"Kau terlihat seperti koki handal, Daniel." Caesar terkekeh pelan sambil berjalan mendekati Delicia.

Daniel tersenyum bangga kemudian menuangkan tetesan racun dengan jari kelingking pada tangan kanan dilentikkan ke atas. "Hoho tentu. Jadi sekarang tuang cuka, eh maksudnya tuang racun sedikit. Lalu makanan melumpuhkan tubuh pun jadi."

Delicia yang sebelumnya diam untuk mencerna situasi seketika tersadar ketika melihat Daniel menuangkan racun ke semua makanan. "Siapa--"

Perkataan Delicia berhenti sebab tiba-tiba Caesar yang berada di belakang tubuhnya menutup mulutnya. Caesar kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga kanan Delicia untuk berbisik.

"Jangan bicara terlalu nyaring. Tadi aku sudah melihat formasi penjagaan ksatria, mereka menjaga ruangan ini sedikit jauh dari pintu. Jadi kalau kau bersuara senyaring itu, nanti menarik perhatian. Jika kau merepotkan kami, lehermu akan kupatahkan. Paham?" Suara Caesar itu semakin memelan seiring kalimat selanjutnya diucapkan membuat Delicia bergetar ketakutan.

Di sisi lain, Daniel telah menuangkan racun ke semua makanan. Kemudian ia mendekati Delicia dan Caesar, tiba-tiba dia tersenyum jahil. "Caesar, kau terlalu dekat dengannya. Apa jangan-jangan kau mau mencium pipinya?"

Caesar mengerutkan dahi, ia melepas mulut Delicia kemudian menendang pantat Daniel dari samping membuat sahabatnya itu mengaduh sakit tanpa suara. Delicia sendiri menenangkan diri, tingkah konyol dari dua laki-laki di depannya sekarang tidak membuat ketakutannya mereda, ia juga tidak berniat berteriak karena sadar kalau ancaman Caesar bukanlah candaan.

"Apa yang kalian inginkan?"

Suara Delicia itu menghentikan aksi tatapan tajam di antara Daniel dan Caesar, mereka sontak menatapnya. Hening sesaat sampai Daniel teringat botol racun yang ia ambil sebelumnya sehingga dia segera menaruh botol itu ke atas telapak tangan Delicia.

"Sejujurnya kami bawahan tuan putri Alexia. Beliau sudah menebak semua alur kejadian di sini, contohnya kau itu suruhan pangeran Reviano, kan?" Caesar menyeringai ketika melihat tubuh Delicia tersentak kaget.

Daniel yang sudah meletakkan botol racun pada tangan Delicia kemudian mendekatkan mulutnya ke samping telinga gadis itu. "Kusarankan kau diam saja dan bersikap seolah sudah menyelesaikan tugas dari pangeran Reviano. Karena ... tuan putri Alexia mengawasi dan bisa membunuhmu kapan saja kalau kau mengacaukan rencananya."

Setelahnya, Daniel dan Caesar keluar dari ruangan melalui jendela tadi lagi. Delicia segera menutup dan mengunci jendela itu. Pikiran Delicia kalut, dia merasa bingung akan memberitahu keterlibatan tuan putri Alexia pada Ethan atau tutup mulut saja. Tiba-tiba ia ingat Ethan menyuruhnya ke hutan sehingga dia segera keluar dari sana.

Kini Delicia melewati jejeran ksatria sampai menyusuri lorong Istana yang cukup sepi tanpa seorang pun ksatria. Tiba-tiba tatapannya itu terpaku pada Alexia yang bersender di dinding. Dia sontak menunduk ketika mendekati Alexia, ia tidak bisa putar arah sebab lokasinya sudah dekat yang malah akan membuatnya dicurigai nanti.

Takdir Takhta Berdarah ✔ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang