13 - Memilih Ksatria

85 16 3
                                    

Chloe tidak pernah membayangkan kalau Reviano yang sejak dulu terlihat menyayangi adiknya, sekarang malah berniat membunuhnya. Dia terdiam sesaat untuk meredakan keterkejutan atas banyaknya fakta ini. Setelahnya, ia sudah memahami situasi sehingga segera berlutut sambil menggenggam kedua tangan Alexia. "Sejak Tuan Putri lahir, saya sudah berjanji akan selalu berada di sisi Anda. Jadi saya tidak akan pergi hanya karena Tuan Putri menempuh jalan berbahaya."

Alexia tersenyum lembut kemudian mengangkat tubuh Chloe sehingga mereka sekarang berdiri berhadapan. Kemudian Alexia memeluk Chloe erat membuat pengasuhnya itu tersentak kaget. "Terima kasih selalu berada di sisiku Chloe. Kau seperti ibu bagiku."

"Saya menyayangi Tuan Putri Alexia seperti anak saya sendiri, jadi ... saya tak akan pernah meninggalkan Anda." Chloe membalas pelukan dari Alexia sambil tersenyum tipis. Kecuali takdir kematian yang memisahkan, lanjutnya dalam hati.

≪•◦ ❈ ◦•≫

Esoknya. Di Istana Iris, Alexia sudah selesai sarapan. Saat ini, dia membaca buku di samping jendela kamarnya sambil menikmati cahaya matahari dan hembusan angin menyejukkan. Secangkir teh dan beberapa dessert tersaji di atas meja. Bunyi halaman yang ia balik terhenti saat terdengar suara ketukan pintu secara tiba-tiba.

"Masuk."

Pintu kamar terbuka menampilkan dua orang berpakaian maid dan tiga pria dewasa dengan pakaian ksatria, di tengah-tengah mereka berdirilah Levon. Orang-orang itu kemudian membungkuk di depan Alexia.

"Salam hormat kepada bintang kerajaan Berdine."

Alexia menaruh buku ke atas meja seraya beranjak dari kursi. Kemudian ia melirik orang-orang itu. "Ada apa?"

"Izin menjawab, Tuan Putri Alexia. Mereka adalah orang-orang yang diperintahkan raja untuk melayani Anda mulai sekarang," jawab Levon seraya menegakkan tubuh kembali.

Dua wanita tadi yang mengenakan pakaian pelayan istana melangkah sekali ke depan sambil membungkuk. Sikap mereka menunjukkan ciri khas pelayan handal dan sopan. "Mulai sekarang mohon bantuannya, Tuan Putri."

Tiga pria dewasa berpakaian ksatria berlutut di depan Alexia. "Berikan salah satu dari kami kehormatan untuk melindungi Anda, Tuan Putri."

Keheningan terjadi. Belum terdengar balasan ucapan dari Alexia sehingga orang-orang itu terdiam saja dengan perasaan gugup dan tegang semakin besar seiring waktu terus berjalan. Beberapa menit kemudian, akhirnya Alexia membuka mulutnya setelah sibuk dengan pikirannya sendiri tadi.

"Aku menolak."

Suara Alexia yang bernada tenang itu terdengar cukup keras di keheningan ruangan sebelumnya, membuat enam orang lain di sana berekspresi tidak percaya atas balasan ucapannya.

"Apa maksud Tuan Putri menolak? Ini bentuk perhatian raja kepada putri tersayangnya, bukankah lebih baik kalau Tuan Putri menerima kasih sayang ini?" Levon menekankan nada suara pada kata, 'putri tersayangnya'.

Alexia memandang Levon yang masih mempertahankan ekspresi datar bak tripleknya. Dia tidak bodoh sampai tak menyadari tujuan ayahnya adalah menaruh beberapa orang untuk bisa mengawasinya. "Ayahku pasti belum tahu, jadi biar aku memberitahumu sekarang. Selama ini hanya ada satu pelayan pribadi di sisiku karena satu alasan, aku tidak suka aktivitasku diurusi banyak orang."

"Maaf saya lancang, tapi tolong Tuan Putri pikirkan ulang keputusan ini. Raja sudah memilih mereka semua sesuai kebutuhan Tuan Putri sebagai salah satu kandidat pewaris takhta, contohnya kedua pelayan ini akan mengatur penampilan dan menjaga keamanan makanan Tuan Putri. Lalu pengawal pribadi sangat Tuan Putri butuhkan sekarang demi keselamatan Tuan Putri sendiri." Levon berusaha membuat Alexia tidak bisa menolak.

Takdir Takhta Berdarah ✔ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang