::Sunset✹

4.3K 480 6
                                    

——04.20 PM

Saat matahari setengah berhasrat turun ke peraduan, di remang langit ia tinggalkan begitu banyak pesan, diantara rasa enggan dan sebuah keharusan.

Kini terlihat kedua insan sedang duduk berdua didalam ruangan dengan kesibukkanya masing-masing.

Lalu sang gadis mulai memecahkan keheningan yang sedari tadi melanda didalam ruangan.

"Riiiin!!!" Teriak sang gadis.

"Apa?" Balas sang pemuda bersurai dwi warna yang memakai kacamata dengan malas , pasalnya ia tahu apa yang sedang gadis itu akan lakukan nantinya.

"Gendong" Kan, benar saja apa kata rindou dalam batinnya.

"Tapi aku masih ngerjain tugas bae." Ujar rindou, lalu kembali melajutkan aktifitasnya yang terhenti. Rindou sedang mengerjakan tugasnya.

"Biarin! pokoknya gendong aku , se-ka-rang juga!" Sang gadis hanya merajuk dengan menggembungkan pipinya sembari melipatkan kedua tangan diatas dadanya.

"Kamu tuh, dari tadi cuma sibuk ngerjain tugas , tau ga?!" Geram sang gadis kepada rindou dihadapannya yang kini hanya menatapnya dengan datar.

"Kamu ga kasian apa sama aku? Di kacangin gini dari tadi?" Titahnya.

"Pacarnya siapa sibuknya sama siapa , yauda sono lanjutin aja pacaran sama tugasnnya." Gerutu sang gadis.

"Aku mau ngambek aja sama rin." Sambungnya dengan nada merengek bak anak kecil.

"Eh , ga deh mending aku kencan sama bang ran. byebye rin bleee." Sang gadis menjulurkan lidah kepada rindou, lalu beranjak dari sofa.

Tetapi tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh rindou yang kini raut wajahnya kusut, dan tatapan nya yang dingin menatap sang gadis.

"Kamu diem atau aku cium." Ditariknya lengan sang puan , lalu membuatnya terpaksa untuk duduk di pangkuannya.

"Hehe , atau mending aku jalan aja ah sama bang ran~" goda sang gadis kepada rindou untuk memanas-manasi nya.

"Kamu tu-"

Cup!

Sang gadis mengecup rindou yang tengah memangkunya dengan membungkam mulut rindou lalu menyatukan bibirnya dengan bibir rindou.

"Hehe , Rin lucu banget kalo udah cemburu," sang gadis tertawa kecil.

"Padahal aku ga bener-bener pengen kencan sama bang ran , piss." Lanjut sang gadis

"Tapi kalo diajak , kayaknya si ga nolak , haha." Ledek sang gadis.

Rindou yang mendengar pernyataan sang gadis lantas lansung saja ia menyambar bibir nan mungil milik sang gadis dengan sedikit agresif.

"Rin? mmpphhh." Sang gadis yang netranya tadi tidak melihat rindou, kini beralih pada rindou yang tiba-tiba saja mecium bibirnya dengan melumatnya.

"Heh~ tadi siapa coba yang nantangin?" Rindou melepas tautannya dengan sang gadis , lalu menyeringai kepada sang gadis yang saat ini merasa kehabisan napas akibat tindakan sang pemuda barusan.

"Rin! Kalau mau cium tuh bilang-bilang dulu bisa?!" Rona merah tipis menjalar dipipinya yang panas akibat tindakan yang tiba-tiba barusan kepada sang gadis

"Biar aku nya ga kaget terus kehabisan napas gini dong."

"Gamau ah~ kamu sendiri tadi juga gitu?" Balas rindou dengan nada mengejek sambil menaikkan salah satu alisnya.

"Yang aku tadi itu beda konteks." Sergahnya dengan wajah memerah.

"Yauda aku sama."

"Rin?!" Pekik sang gadis.

"Hehe , becanda sayang. mau lanjut hm?"
Tanya rindou sembari menaikkan salah satu alisnya.

"Ya mau , siapa yang gamau?" Jawan sang gadis dengan tersenyum simpul.

Lalu mereka berdua melanjutkan kembali aktivitas mereka yang sempat terhenti tadi.

Sang gadis mengalungkan tangannya ke tengkuk rindou , lalu kedua tangan rindou ia letakkan di rahang sang gadis.

Mereka berciuman dikala sang mentari ingin kembali pulang lalu berganti kepada sang rembulan.

Betapa bersahaja sebuah senja, begitu tenang dan agung.

Ketika ia hadir, seisi alam jatuh dalam diam , hening tanpa suara. Dan angin hanya berkabar lewat kisi-kisi jendela.

Fin.



Omake~

"Sebentar rin , itu tugas kamu gimana?"

"Biarin dulu , nanti aja aku selesain"

"Yang penting kamu dulu sekarang"

"Aksksks rin ayok nikah sekarang"





To be continued...

𝐒𝐂𝐇𝐀𝐓𝐙𝐈, haitani rindouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang