Malam semakin larut
Kun duduk di soffa ruang tamu dengan wajah kesalnya. Kedua telapak tangannya terkepal kuat. Ten yang belum juga menunjukan batang hidungnya menjadi alasan utama.
Kun tahu kemana dan dengan siapa ten pergi. Tapi, yang kun tidak ketahui adalah, apa yang tengah ten lakukan saat ini.
Apakah ten sedang bersenang senang bersama jisoo wanita yang merupakan selingkuhannya.
Helaan nafas jengan kun hembuskan. Jika seperti ini akan lebih baik jika ia membongkar semua kebusukan yang ten lakukan kepada lisa.
Kun beranjak dari duduknya, ia berdiri dan mulai melangkah. Tapi, tiba tiba kun menghentikan langkahnya. Ia kembali berpikir, saat ini ia tidak punya bukti. Ia yakin lisa tak akan pernah mau percaya kepadanya.
Pada akhirnya kun mengurungkan niatnya, ia kembali mendudukkan tubuhnya di soffa.
" loh .. kakak belum tidur ..?"
Suara lisa terdengar. kun menggerakan kepalanya, menoleh dan melihat lisa yang berdiri di anak tangga.
" kamu sendiri kenapa belum tidur ..?"
Lisa terkekeh, kemudian ia melangkah mendekati kun. Lisa duduk di samping sang kakak.
" aku nunggu suami aku lah .. istri macam apa yang enak enak tidur sementara suaminya cape bekerja hingga pulang larut malam .."
Mendengar kalimat yang lisa ucapkan, tanpa lisa sadari kun memasang wajah jengahnya. Jika saja lisa tahu kebusukan ten, maka kun yakin lisa tidak akan pernah mau menunggu kepulangan suaminya itu.
" kakak sih gak punya istri .. cari istri sana biar nanti ada yang nunggu kakak pulang .." kata lisa.
" lagian kakak itu aneh .. yang ngantri perasaan banyak tapi gak ada satupun yang nyantol di hati kakak .. padahal mereka semua cantik .."
" cantik doank gak cukup lisa .. punya wajah cantik tapi kepribadian dia buruk buat apa .. yang ada malah nyakitin hati .." sahut kun memotong ucapan lisa.
Lisa mengangguk anggukan kepala, memberi kode kepada kun jika ia paham dengan ucapan kakaknya.
" aku tahu kak ...tapi kenapa kakak gak mau nyoba buat ngebuka hati kakak .."
" masalah hati bukan permainan lisa, dan gak bisa di coba coba .." sahut kun lagi.
Lisa menghela nafas pasrah.
" terserah kakak deh .." kata lisa yang akhirnya menyerah.
Tak lama suara mobil terdengar, mata lisa berbinar. Kun melihat itu.
Lisa beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju pintu.
Pintu yang tertutup di buka oleh lisa, di lihatnya ten yang tengah berdiri di balik pintu. Lisa menyambut dengan senyum, ten pun membalas senyuman lisa.
Ten merangkul lisa dan kemudian melangkah masuk, kun yang melihat menatap jengah. Ten benar benar bermuka dua.
" malam kak .. belum tidur .." tanya ten.
Tak menjawab, kun beranjak dari soffa dan melangkah pergi naik ke lantai dua rumahnya.
Di tinggal pergi begitu saja oleh kun membuat lisa menatap tanya kepada kakak kandungnya itu. Kemudian tatapan lisa di alihkan, ia mendongkak menatap ten yang sedari tadi setia merangkulnya.
Keduanya saling tatap, lisa mengerutkan dahinya, seolah bertanya ada apa. Ten menjawab dengan kedua bahu yang di kedikan. Tak lama bersama lisa, ten melangkah naik ke lantai dua.
Dengan kedua telapak tangan yang terkepal kuat kun mencoba meredam emosinya. Ingin sekali telapak tangannya yang saat ini ia kepalkan di layangkan ke wajah adik iparnya yang menurut kun tidak tahu diri.
Menarik nafas dalam, kemudian di hembuskan. Kun kini mulai menenangkan dirinya. Untuk saat ini ia harus bisa menahan sabar, ia yakin suatu saat akan ada jalan yang memudahkan dirinya membongkar kelakuan jahat ten.
..
Pagi kembali menyapa
Bersama lisa, ten tengah menikmati sarapan paginya. Sebagai istri yang baik, lisa melayani ten dengan sepenuh hati. Mulai dari air minum hingga sendok untuk di gunakan oleh ten di sediakan oleh lisa.Tapi, apa yang lisa lakukan membuat kun yang sedari tadi melihat menatap dengan begitu jengah. Ingin sekali ia menyiram air itu ke wajah ten.
Sekuat tenaga menahan emosi, kun bergegas pergi tanpa menghabiskan makanannya.
Apa yang kun lakukan kembali mengundang tanya bagi lisa muapun ten. Keduanya saling tatap.
" kak kun kenapa sih .. dari semalam sensi amat ..?"
Lisa mengedikan bahunya memberi jawaban akan pertanyaan yang suaminya lontarkan.
" kayanya dia iri sama kemesraan kita .." ten mulai berbicara yang tidak tidak.
" hus .. ngawur kamu .." sahut lisa
" ya bisa aja .. kelamaan jomblo kan dia .." ten kembali bicara kali ini disertai kekehan.
Dengan senyum lisa menggeleng gelengkan kepalanya." kamu gak berniat nyariin istri buat dia ..?"
Lisa sedikit terkejut dengan kalimat yang baru saja ten katakan. Namun tak lama lisa merubah ekspresi wajahnya.
" pengen sih .. tapi siapa .. kakak aku itu orangnya pemilih .." sahut lisa, tangannya kembali bergerak menyuap makanan miliknya.
" kenalin sama teman kamu aja .. kan cantik cantik tuh .. masa satu puna gak ada yang bisa ngeluluh hati kak kun .."
Pernyataan ten membuat lisa terdiam dan berpikir. Kemudian ia menatap ten dengan tatapan yang sulit di artikan.
Di tatap lisa, ten mengerutkan dahinya.
" bukannya di kantor ada sekertaris baru .. jodohin aja kakak sama dia .."
Uhuk
Uhuk
Uhuk
Meski tak sedang memakan apapun, ten tersedak akibat mendengar kalimat yang lisa ucapkan. Dengan cepat lisa menyambar air putih dan memberikan kepada ten. Bergegas ten meneguk air putih itu hingga tandas. Lisa yang khawatir mengusap usap lembut punggung ten.
Air membuat tenggorokannya lebih baik, tens menghela nafas. Kemudian menatap lisa.
" kalau mau nyariin jodoh buat kakak kamu, cari yang sudah kamu kenal latar belakang keluarganya .. jangan cari yang sembarangan, kan untuk se umur hidup bukan untuk se umur jagung .. jadi harus yang pasti .."
" iya sih .." sahut lisa menanggapi kalimat yang suaminya ucapkan.
Ten bernafas lega karena bisa menyakinkan lisa.
...
Bersambung.