Memuakkan ..
Satu kata yang saat ini tengah kun rasakan.
Sembari menuruni anak tangga rumahnya, kun menatap jengah kearah sepasang suami istri yang tengah bersenda gurau dimeja makan.
Melihat lisa yang terlihat begitu bahagia membuat dada kun terasa sesak.
Kun menghentikan langkahnya, ia berdiri dianak tangga dengan padangan membunuh kearah ten. Dalam tatapan tajamnya telapak tangan kun terkepal kuat.
Ingin sekali ia membuka topeng ten yang selama ini dia pakai jika berada dihadapan istrinya. Namun sayang seribu sayang, kun tak punya bukti untuk membongkar semua kebusukan yang ten sembunyikan.
" kak .. ngapain berdiri disitu .. sini turun .."
Suara lisa membuyarkan lamunan kun, ia terkesiap. Buru buru ia merubah raut wajahnya.
Sebuah senyuman kun berikan kearah lisa, bergegas kun turun dan menghampiri dua sejoli yang terlihat begitu serasi. Tapi, itu bagi orang lain yang melihat. Dimata kun, adiknya itu tak pantas bersanding dengan Manusia paling jahat .. pikir kun.
" kak .. ayo makan .."
Suara lisa lagi lagi membuat kun terkesiap.
Kun mengalihkan perhatiannya kearah meja, ternyata satu porsi nasi goreng sudah tersaji dihadapannya.Kun tersenyum tipis, adiknya itu selalu memperhatikkannya.
demi menghargai usaha lisa, kun menyantap suap demi suap nasi goreng yang tersaji.
Meski sedang menikmati sarapannya, secara diam diam kun memperhatikan ten yang sepertinya sibuk dengan ponselnya.
Kun menghela nafas pelan, ia jengah sangat jengah. Dalam hati kun berbicara .. pasti ten tengah berkuminikasi dengan wanita simpanannya.
Tak ..
Suara sendok yang kun letakan dengan begitu kasar, membuat lisa maupun ten menoleh kearah kun.
Lisa mengerutkan dahinya, sedangkan ten hanya menatap kun dengan tatapan datarnya.
" kenapa kak ..?" Tanya lisa, dia memang menjadi orang yang paling penasaran atas apa yang baru saja kun lakukan.
" enggak kenapa napa .. kakak pergi dulu ya .." sahut kun, yang kemudian meraih jas hitam yang ia sampirkan dikursi.
Lisa mengangguk.
Kun tersenyum menanggapi anggukkan lisa, kemudian tatapan kun dialihkan kearah ten.
Kun membuang pandangannya jengah, ternyata ten sudah kembali fokus dengan ponselnya.
Kun mendecih pelan, kemudian ia melangkah dengan langkah yang cukup lebar. Ia ingin segera keluar dari rumah.
..
Dalam perjalanan kun terus memikirkan adiknya lisa, ia benar benar tak terima jika adik yang paling ia sayang diperlakukan seperti itu oleh lelaki yang berstatus suaminya.
Kun ingin mengatakan semuanya kepada lisa. Tapi, kun tak tahu bagaimana cara ia mengatakan semuanya.
Kun menghela nafas, untuk saat ini ia benar benar harus bersabar.
Larut dalam pikiran, tak sengaja kun melihat sosok jisoo yang tengah berdiri diujung jalan. Dalam penglihatan kun sepertinya jisoo tengah menunggu kendaraan.
Entah apa yang kun pikirkan, kun melajukan mobilnya kemudian berhenti dihadapan jisoo.
Jisoo sendiri merasa bingung, Ia terdiam dengan wajah penuh tanya.
Jisoo bertanya tanya, siapa orang yang mengemudikan mobil yang saat ini berhenti dihadapannya.
Tak lama rasa penasaran jisoo terjawab, takkala kun membuka kaca mobilnya.
" ayo masuk .." kata kun, menyuruh jisoo untuk masuk kedalam mobilnya.
Jisoo sedikit terkejut, bukan masuk ia malah terdiam.
Dari dalam mobil kun terkekeh pelan, namun bisa disebut kekehan pelan kun lebih mirip tertawa meremehkan.
Kun kembali menatap jisoo yang masih terdiam.
" ayo masuk .. saya tidak mau bekerja dengan pegawai yang datang terlambat .." kata kun lagi.
Kalimat yang kun ucapkan berhasil membuat jisoo terkesiap. Tak mau mengambil resiko akhirnya jisoo menerima ajakan kun.
Bergegas jisoo masuk kedalam mobil kun.Baru saja jisoo membuka pintu mobil, kun kembali bersuara dan membuat jisoo mengurungkan niatnya.
" saya itu atasan kamu .. bukan sopir kamu .."
Jisoo terdiam. Dari balik pintu mobil yang sudah terbuka jisoo menatap kun yang ternyata tengah menoleh kearahnya.
Tak lama dehaman keluar dari mulut jisoo, melihat dimana posisi duduk kun dan dimana posisinya berdiri membuat jisoo tersadar. Pantas saja kun berbicara seperti itu. Pikir jisoo.
Merasa tak enak hati, jisoo bergegas menutup pintu mobil dan melangkah menuju pintu depan. Jisoo masuk dan duduk dikursi penumpang disamping kun.
Tak ada yang bersuara, membuat jisoo merasa canggung. Apalagi kun yang belum juga melajukan mobilnya. Rasanya jisoo ingin kembali keluar dan mencari taksi saja.
Tak lama decakan lidah kun terdengar, jisoo menoleh dan melihat kun yang tengah menatapnya dengan tatapan penuh arti.
Jisoo yang merasa malu membuang pandangannya kemudian ia menundukan kepalanya.
" jisoo .." panggil kun.
" hhhmm .." sahut jisoo hanya dengan dehaman, ia mendongkak dan kembali menatap kun. Ternyata kun masih menatapnya.
Jisoo benar benar dibuat salah tingkah. Jika saja ia bercermin, mungkin jisoo akan melihat pipinya yang merah.
" pakai sabuk pengamannya .." kata kun, lebih kepada perintah.
Jisoo membulatkan matanya, ternyata ini alasan kenapa kun menatapnya terus.
Sedikit malu,akhirnya dengan tergesa gesa jisoo memasang sabuk pengamannya.
Sabuk pengaman terpasang, jisoo menghembuskan nafas lega.
Setelah itu kun pun melajukan mobilnya.
Dalam perjalan, terasa begitu sunyi. Tak ada percakapan yang terjadi.
Demi menghilangkan kejenuhan, jisoo bermain dengan ponselnya
Benda pipih itu benar benar menghipnotis jisoo, jisoo bahkan senyum senyum sendiri dibuatnya.
jisoo fokus dengan ponselnya, lalu apa yang dilakukan kun ?. Diam diam kun memperhatikan jisoo.
Entah mengapa melihat senyum jisoo, membuat kun merasa mendengar tangisan lisa.
Tanpa jisoo sadari kun mencengkram kuat setir mobil yang ia genggam.Tak ingin terjadi sesuatu kun menghela nafasnya. Kemudian ia kembali melirik jisoo, jisoo masih tersenyum dengan benda pipihnya. Hal itu membuat kun kembali merasa mendengar tangisan lisa.
Tiba tiba sesuatu terlintas dipikirannya, kembali diam diam kun melirik jisoo. Dalam lirikannya kun tersenyum penuh arti.
...
Bersambung ...
See you