Chapter 1

1.3K 118 10
                                    

Enjoy

🌛🌛🌛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌛🌛🌛

"Vio.." Violin tersentak kaget saat tiba-tiba tangan seseorang menepuk pundaknya.

Itu Yesa, teman sebangku Violin

"Kenapa Sa?"

"Gue panggilin dari tadi ga nyaut-nyaut"

"Eh--"

"Lo kenapa si dari tadi bengong mulu?"

"Maaf sa, gue ga fokus. Lo bilang apa tadi?"

"Balik bareng ga?" Tanya Yesa

"Emang udah bel?"

"Oon, udah dari tadi. Jangan ngelamun lo, budek kan" Yesa mencibir

"Hehe, lo duluan aja deh gue hari ini piket"

"Beneran nih, udah sore loh.. keknya juga mendung, udahlah piketnya besok aja"ujar Yesa

"Ga ah nanti kena denda, lo pulang aja duluan"

"Yaudah deh gue duluan yah Vi"

Yesa pergi meninggalkan violin di kelas.

Vio menghembuskan nafas berat saat hanya ia yang tersisa sendiri di kelas ini. Harusnya ada beberapa teman yang piket bersamanya, tapi sudah dipastikan mereka kabur.

Perlahan Vio berdiri, membersihkan kelasnya dengan cepat. Sepertinya benar kata Yesa, hari ini akan hujan. Maklumlah sekarang musim penghujan.

Beberapa menit kemudian akhirnya Vio selesai. Buru buru ia mengambil tas lalu berjalan keluar kelas.

Huft

Vio mendenguskan nafas kasar, lagi dan lagi ia harus melewati koridor ini sendirian. Ingatannya kembali pada kejadian 2 Minggu lalu, saat pertama kali bertemu sosok yang amat menyeramkan. Takut? Sudah pasti. Tapi tak ada jalan lain.

Vio melangkah terburu buru, sebisa mungkin cepat cepat sampai ke gerbang utama.

Deg.. Deg.. Deg

Jantung Vio berdetak kencang saat ia mendengar langkah kaki perlahan mendekat.

Gadis itu berhenti, lalu menoleh ke belakang. Ia menengok kanan kiri. Nihil. Tidak ada siapapun yang mengikutinya.

SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang