Chapter 6

486 50 1
                                    

Vio mengerjapkan matanya perlahan, ia baru bangun dari tidurnya. Tadi Vio berniat bersembunyi di bawah selimut untuk menghindari Skala, tapi salahkan saja jiwa ngantuknya jadilah Vio tertidur.

Vio sempat ketakutan karena tak mematuhi perintah Skala, tapi sepertinya cowok itu hanya main main. Buktinya sekarang Vio masih baik baik saja kan?

Vio mengambil hp di nakas, mencari tahu jam berapa sekarang.

00.24

Masih jam 12, ia kira sudah pagi. Kamarnya ini sangat gelap sekarang, itu karena Vio yang lupa menyalakan lampu sore tadi.

Bodoamat gelap, Vio masih ngantuk.

Gadis yang semula berbaring menghadap kanan kini berubah posisi menghadap kiri.

Ia meraba raba kasurnya mencari guling. Vio tak bisa tidur tanpa guling.

Yap, dia mendapatkannya.

Tapi ada yang aneh, guling ini tidak empuk sama sekali. Malah keras dan berotot.

Vio meraba raba dan merasakan sesuatu yang aneh. Seperti sebuah dada bidang. Tapi biarlah, Vio tetap memeluknya.

"Ehemm"

Guling itu berdehem membuat Vio reflek membuka matanya, dan

KYAAAAAA

Ia berteriak keras, matanya membulat karena terkejut.

Bagaimana tidak, di tempat tidurnya ada sesosok lelaki tengah menatapnya tajam.

Meskipun gelap, dari jarak sedekat ini Vio dapat mengetahui siapa laki laki itu.

Matilah ia!!

Itu SKALA

Vio hendak bangkit tapi tubuhnya kaku, seperti ada yang menahannya.

Vio tak mengerti, tangan dan kaki Skala sama sekali tak menahan dirinya, tapi tubuh Vio tetap kaku. Kenapa ini???!!!

"Bun--" Vio hendak berteriak tapi lidahnya kelu. Seketika suaranya hilang total.

"Ingkar perintah huh?" Suara Skala yang serak membuat bulu kuduk Vio merinding.

Vio mulai terisak saking takutnya. Aura Skala benar benar dominan, netra matanya yang hitam pekat kini berubah jadi merah darah.

Seram, Vio tak berani menatap mata itu.

"Ma-af" dengan susah payah Vio akhirnya bisa mengeluarkan suaranya, meskipun nafasnya tercekat dan mulai putus putus.

"Lo tau, cewek ingkar kayak lo harus dibawa ke neraka. Berani beraninya lo bangkang perintah Skala?! MATI LO" Ucap Skala, tangannya kini mencekik kuat leher Violin.

Hal ini tentu membuat Vio semakin kewalahan, nafasnya tak beraturan. "Ma-af, lep-ash huh huh" ucap Vio tersenggat senggat

"Lo kira gue sebodoh itu? Gue mau tumbal! Karena lo gak bisa cariin, gimana kalo lo aja yang gue tumbalin" Skala menyeringai smirk.

Tidak. Vio tidak mau mati.

Demi apapun Vio ketakutan Skarang. Ia hanya bisa meremas kuat sprei kasurnya sembari membaca beberapa doa. Vio ingin selamat Tuhan...

"Gak mempan, mau lo berdoa kayak apapun lo bakal tetep jadi tumbal! Ini udah takdir lo" ucap Skala dingin.

Vio menangis tersedu sedu

"HAHAHAHAHAHA" Skala tertawa seperti psikopat, kamar yang sepi membuat tawanya menggema dan bertamabah seram.

"Lo bakal ketemu ajal" ucap Skala sembari tersenyum smirk.

Vio hanya bisa terus berdoa, semoga ia baik baik saja.

Sepertinya doa Vio terkabul, Skala melepas cekikan di lehernya. Hal ini tentu di manfaatkan Vio untuk berlari secepat yang ia bisa. Vio keluar kamar dengan terseok seok. Ia mencoba mencari pertolongan.

"Bundaa, tolong Vioo huh huh" Vio mencari cari keberadaan bundanya.

Vio harap sang bunda dengar, tapi sepi, rumah ini sepi.

Vio menuruni tangga, ia harus segera menemukan sang bunda. Mungkin bunda Vio masih tidur, kamarnya di lantai bawah.

Vio menuruni tangga dengan cepat, ia terus menoleh kebelakang takut takut Skala membuntutinya.

Tapi hening, apa Skala kepanasan karena dibacakan doa tadi? Vio harap begitu.

Entahlah, yang terpenting Vio harus fokus. Keselamatannya dan sang bunda nomor 1.

Hampir sampai di ujung tangga, Vio terkejut bukan main. Di bawah sana sosok Skala sudah menghadangnya.

Rautnya yang menyeramkan terlihat jelas. Apalagi kini sosok Skala telah mengeluarkan sayap dan tanduknya.

"HAHAHAHA" Tawa sumbang Skala benar benar menyeramkan.

Vio yang ketakutan segera berputar arah. Kemana saja asal tidak ada Skala.

Tapi sayang, tubuh Vio melayang di udara. Vio dapat melihat asap asap hitam menyelimutinya.

Ini kelakuan Skala. Iblis itu mengangkatnya dan

Hap

Vio sudah berada di pelukan Skala.

"Lo bakal mati!" Ucapnya.

Vio tak sadarkan diri saat itu juga.

                                      ****

Vio terbangun setelah pingsan beberapa menit. Tubuhnya masih kaku, matanya mengerjap menyesuaikan diri.

Vio terbelalak, tubuhnya di rantai. Ia juga terbaring di tempat hitam yang sepertinya sakral. Semacam tempat seserahan. Bau mistis tercium menusuk hidung Vio.

Ruangan ini serba hitam, kelopak bunga berserakan memenuhi lantai, ada juga yang di atas tubuh Vio.

Apa dia benar benar akan dijadikan tumbal.

Vio terkejut saat tiba tiba tiga orang lelaki berjubah hitam masuk.

Reflek ia pura pura tidur. Ya Tuhan, semoga Vio selalu baik baik saja.

"Kita mulai ritualnya?"

Salah satu dari ketiga orang itu mengangguk.

Mereka bertiga duduk bersimpuh di lantai. Menyalakan lilin berbau melati yang membuat Vio semakin pusing saja. Ingin hati Vio kabur, tapi bagaimana? Tubuhnya saja di rantai.

Vio semakin pusing kala salah satu dari mereka berbicara dengan bahasa yang Vio tak ketahui.

"O kataraména pnévmata, presvýteroi tou vasileíou tis fotiás, daímones, zoferoí theristés kai óloi oi kátoikoi tis kólasis. thysiázoume aftón ton ánthropo gia séna" (wahai roh roh yang terkutuk, para sesepuh kerajaan api, iblis, malaikat maut dan seluruh penghuni neraka. kami tumbalkan manusia ini untukmu)

"thysía.. thysía.."(tumbal.. tumbal..) dua lainnya menyahut demikian.

Semakin keras hingga Vio merasa tubuhnya diangkat keatas, Vio membuka matanya, sesuatu di atap terbuka dengan sendirinya. Menampilkan portal aneh yang menarik Vio masuk.

Tolong Vio, siapapun tolong!!!

Tapi tak ada yang mendengarnya. Semuanya memburam tapi tiba tiba.

Brak

Vio kembali jatuh ke bawah, ke tempatnya semula.

To be Continued
Hi guys
Sorry lagi baru update
Jangan lupa vote and comment ya

SKALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang