Melinda duduk termengung di ruang kerjanya. Ia baru saja menemui seorang gadis yang ditahan oleh ketiga putranya.
Melihat gadis itu Melinda jadi teringat masalalu. Ada sekelebat bayangan di otaknya apalagi setelah melihat kalung bergambar phoenix itu. Entahlah, ia rindu sahabatnya dulu saat zaman kuliah.
Melinda menatap foto dirinya dan ketiga putranya yang terletak diatas meja.
Foto yang berharga. Ia jadi teringat saat pertama kali bertemu dengan ketiga anak itu.
Flashback
Melinda duduk menghadap jendela, melihat rintikan air hujan yang tengah turun ke tanah.
Lelah
Melinda yang saat itu berumur 26 tahun hanya menyesap secangkir kopi susu yang sudah dingin.
Hidup memang berputar, ada saatnya diatas ada saatnya di bawah. Seperti saat ini, Melinda telah hidup seorang diri.
Perusahaan milik papanya telah bangkrut karena kasus penipuan. Sekarang kedua orang tuanya telah tiada. Papa Melinda meninggal karena terkena penyakit, sementara mamanya menyusul sang papa sebulan lalu.
Tuhan tidak adil, membuat hidup Melinda menjadi kesepian.
Ia jatuh miskin, dan tak memiliki pekerjaan. Nyatanya gelar S2 yang dimilikinya tak menjamin, atau mungkin Melinda yang terlalu pilih pilih pekerjaan.
Tak ada lagi Melinda yang ceria seperti saat dia di kampus. Melinda yang sekarang sangat pendiam dan seringkali terlihat murung. Semua orang meninggalkannya, orang tua, sahabat, haha ia lupa kalau persahabatannya telah lama hancur.
Rissa, Vela dan Arka. Ketiganya meninggalkan Melinda seorang diri.
Rissa telah lama meninggal, Vela kembali ke negerinya dan Arka, kabar terakhir yang Melinda dengar lelaki itu sudah menikah. Setelah itu ia tak pernah tau keberadaan Arka. Cowok itu seperti menghilang ditelan bumi.
Huft
Melinda menghela nafasnya lelah. Semoga saja besok lebih baik.
***
Nyatanya masih ada hal baik diantara semua yang buruk. Beberapa bulan kemudian Melinda mendapat pekerjaan sebagai staf hotel. Kini gadis itu telah berhasil membeli sebuah apartemen dan motor matic.Namun tetap saja, Melinda seringkali merasa kesepian. Ia tak punya orang terdekat yang menemaninya.
Beberapa tahun tetap seperti itu, Melinda merasa tak butuh pasangan. Ia hanya fokus mencari uang dan uang. Yah, bahkan kini usianya sudah mencapai 31 tahun. Tapi lihatlah, ia masih betah sendiri.
Melinda kini memiliki sebuah butik, meskipun kecil kecilan. Tapi ia bersyukur karena hasil nya lebih dari cukup untuk Melinda.
Hingga suatu malam,
'Tok.. tok.. tok..'
Melinda yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya cukup terkejut. Ia menoleh pada jam dinding.
Pukul 00.00
Hey, siapa yang berani bertamu di tengah malam begini.
Memberanikan diri, Melinda membuka pintu apartemen.
Ia melihat tiga orang anak kecil yang mungkin berumur 10 tahun. Anak siapa ini?
"Kalian anak siapa, ngapain tengah malam ke apartemen gue?" Tanya Melinda.
Ketiga anak itu tak menjawab, satu dari anak itu seperti sedang membandingkan wajah Melinda dengan kertas yang di pegangnya.
Sementara Melinda, ia menengok kesana kemari mencoba mencari dimana orang tua ketiga anak itu.
"Njir anak sape si, yakali tuyul" ucap Melinda.
"Ketemu!" Satu diantara ketiganya berucap demikian. Membuat Melinda kaget bukan main.
"Apaan sih cil, apa yang ketemu? Ngagetin aja"
"Masuk pangeran" ucap salah satu anak itu.
Dan ketiga anak lelaki itu menyelonong ke apartemen Melinda tanpa izin.
"Woy kok kalian main masuk masuk aja, gue cepuin ke ortu kalian yah" Melinda mengancam tapi anak anak itu tetap masuk.
Melinda terpaksa menutup pintu dan menyusul ketiga anak aneh tersebut. Dapat Melinda lihat, ketiganya berlarian kesana kemari.
"Woylah, jangan lari lari nanti apart gue berantakan anjir!!"
Melinda berusaha membuat anak anak itu berhenti namun nyatanya tak ada yang menurut. Ia memijit kepalanya lelah, lalu duduk di sofa.
Yaampun siapa sih anak anak kurang ajar ini.
"Berhenti berisik bisa gak?! Coba jelasin kalian anak anak siapa dan asalnya dari mana!" Melinda membentak dengan suara lantang, membuat ketiganya diam dan duduk di lantai.
Satu dari anak itu maju, memberikan selembar kertas berwarna coklat yang sedikit usang.
"Aws, panas!!" Melinda meringis kesakitan saat menyentuh kertas itu. Panas sekali, sepeti dari neraka saja.
Karena penasaran, mau tak mau Melinda mengambil sarung tangan anti panas yang biasa ia pakai untuk mengangkat kue dari oven.
Melinda membaca kertas itu. Matanya fokus melihat larikan huruf yang tersusun rapi.
Untuk Melinda
Hai Mel, aku merindukanmu..
Ini Rissa. Kamu ingat kan? Sahabatmu waktu zaman kuliah dulu haha? Aku kangen kamu.. Mungkin sedikit menakutkan saat kamu baca surat ini mengingat aku sudah meninggal, tapi sebenarnya aku masih hidup. Aku di neraka. Bersama Marvel tentu. Aku sudah menikah denganya haha. Tapi duniaku sekarang sedang tak baik baik saja. Bisakah kamu membantuku? Tolong jaga mereka bertiga. Itu anakku Skala, dan kedua pengawalnya, Vien dan Kai. Aku akan menjemputnya saat duniaku sudah baik. Maaf merepotkanmu Mel, aku sayang padamu..Rissa
Melinda meneteskan air matanya. Demi apa? Itu surat dari Rissa sahabatnya. Melinda yakin ini asli mengingat ia hafal betul tulisan tangan Rissa.
Meskipun sedikit takut tapi Melinda juga senang. Nyatanya Rissa masih ada meskipun di dunia yang berbeda. Melinda sangat rindu sahabatnya, ia bahkan membaca surat itu beberapa kali untuk memastikan apa ia sedang bermimpi atau halusinasi.
Setelah beberapa menit Melinda menyimpan surat itu di laci. Lalu menatap ketiga anak itu.
"Jadi kalian devil?" Tanya Melinda
Ketiganya mengangguk. Haha rasanya sudah lama sekali ia tak melihat iblis. Terhitung sudah 11 tahun lalu.
Melinda menatap ketiga anak itu dengan perasaan berbeda.
Melinda senang karena sekarang ia tak akan kesepian lagi. Beginilah cara semesta menjawab doanya, meskipun yang dikiran adalah iblis, Melinda tak masalah.
Ia memeluk ketiga anak tersebut "Mulai sekarang panggil aku mami, aku akan menjaga kalian" ucap Melinda disela pelukannya.
Flashback off
To be Continued
Semoga tetap suka yahh
Jangan lupa vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
FantasySEQUEL 00.00 (DISARANKAN BACA TERLEBIH DAHULU) Violin Aneska melangkah tergesa-tesa melewati koridor sekolah. Gadis itu selalu merasakan hawa aneh ditempat ini. Ia seakan diikuti oleh seseorang yang entah siapa. Vio berlari lari kecil tatkala ia men...