Enjoy♡
Istirahat telah tiba dan Violin lebih memilih bersantai di halaman belakang sekolah. Ia duduk tenang sembari meminum segelas susu coklat. Matanya sibuk menari nari membaca huruf demi huruf dari sebuah novel
Sudah kebiasaan Violin yang suka membaca novel. Gadis itu seperti menemukan dirinya sendiri. Novel fantasi.
Vio berfikir sejenak. Dulu ia kira dunia fantasi tidaklah nyata, tapi kenapa sekarang ia ragu. Tepatnya setalah bertemu skala.
Skala lagi.
Vio benci nama itu. Tapi anehnya semua orang tergila gila pada kakelnya. Apa mereka tidak tahu kalau skala itu bukan manusia. Skala itu iblis. Ya, dia iblis.
Tepukan di pundak tiba tiba mengagetkan Vio. Membuat jantungnya berdebar tak karuan.
"Bisa gasi gausah ngagetin anj--" belum sempat menyelesaikan ucapannya tiba tiba Vio merinding.
Bagaimana tidak, yang menepuknya itu skala. Ya, Skala. Catat itu.
"K-kak Skala" ujarnya lirih.
"Lo ga lupa kan sama kata kata gue" ucap Skala
Kata kata yang mana? Vio bingung.
"Lo ga bocorin rahasia gue kan?" Tanya Skala mengintimidasi.
Vio menggelengg cepat "Engga kak suer" ucapnya
"Awas aja kalo sampe orang orang tau, lo gue bawa neraka!" Ucapnya
Vio menunduk ia takut. Neraka? No!!
"I-iya kak" jawabnya gugup
Skala duduk di samping Violin membuat jantung gadis itu berdebar lebih kencang. Ia takut tiba tiba skala mencekiknya seperti saat mereka pertama kali bertemu waktu itu.
"Cariin gue cewe" ucapan skala mampu membuat Violin terkejut.
What? Cewek? Seorang skala mau dicariin cewe?
Bahkan skala bisa memilih semua cewe, sudah pasti mereka mau bersama skala.
"Buat apa?"
"Pastiin she still virgin" ucap Skala lagi
"B-buat apa kak"
"Tumbal ritual malam ini" ucap skala enteng.
Vio meneguk ludahnya kasar. Apa katanya? Tumbal?
Vio kira skala ingin bermain main dengan cewe cantik, tapi ternyata ingin menjadikan mereka tumbal.
"Pastiin ketemu hari ini juga, terus bawa dia kehadapan gue? Atau gak lu yang bakal gue tumbalin" ucapnya dingin
Vio menunduk takut, lalu pipinya ditarik kasar menghadap skala.
"Ngerti!!!!" Ucapnya tajam dan menusuk
Vio buru buru mengangguk. Skala melepaskan cengkramannya lalu pergi begitu saja.
****
Violin tak bisa fokus selama pembelajaran hari ini. Gadis itu hanya diam sembari memikirkan gadis, tumbal dan skala.
Oh Tuhan, dimana ia harus mendapatkan seorang gadis yang masih virgin dan mau dijadikan tumbal. Yang benar saja.
Tapi kalau ia tak mendapakannya bisa bisa ia yang ditumbalkan. Vio ngeri. Bagaimana ini yaampun.
Siapapun tolong bantu Violin.
Bel pulang berbunyi, semua siswi bergegas keluar dari kelas.
Violin mengambil tasnya dan mulai berjalan bersama Yesa. Gadis itu bahkan tak mengindahkan pembicaraan Yesa.
Ia hanya terus jalan dan fokus ke depan. Sepatu convers hitam putih milik vio bergesekan dengan keramik sekolah. Gadis itu seakan berjalan seorang diri diantara ratusan siswa lain.
Lagi dan lagi, Vio harus melewati koridor ini. Memang kelasnya itu ada di pojokan sehingga mau tak mau ia harus melewati koridor lalu menuruni tangga yang juga menyeramkan.
Sebuah kesenjangan di sekolah ini, lift sekolah hanya digunakan untuk mereka para murid kaya yang menjadi donatur. Sementara murid biasa sepeti Vio dan Yesa, tentunya harus lewat sini.
Lagi lagi vio melihat pintu itu. Pintu bergambar segitiga yang menjadi awal semua masalahnya. Kadang juga Vio ingin tahu sebenaranya apa sih yang ada di dalam pintu itu. Tapi sepertinya tidak ada yang berani masuk sekalipun para guru. Hanya skala, ya dia.
Vio berjalan cepat ia bertekad untuk sampai dirumah dengan cepat lalu mengurung diri.
Yah, Vio tak akan menuruti perintah Skala. Bodoamat. Ia tak mau sesat dan berdosa. Apalagi harus mengorbankan orang lain sebagai tumbal hihh ngeri.
Mungkin vio tak pernah memikirkan resiko dari perbuatannya ini. Sudahlah biarkan itu nanti, toh masih ada bunda yang akan menjaganya nanti. Ia yakin.
Biarlah Skala marah padanya, lalu membunuhnya. Dibanding ia harus melihat mengorbankan orang tak bersalah.
Vio menaiki gojek pesanannya lalu pulang.
Sampai dirumah Vio segera mengganti bajunya dan mengunci semua pintu rumah.
"Kamu kenapa sih vi, aneh banget bunda liat liat" ucap bunda Violin yang tengah sibuk menata kue kue buatannya di toples.
"Bun, bunda hari ini jangan kemana mana ya. Kita dirumah aja. Diluar bahaya.." ucap Violin kepada bundanya.
"Bunda mau nganterin kue ke rumahnya ibu Sinta. Memangnya kenapa si, kayak lagi diteror aja kamu ini" ucap sang Bunda
"Ihhh bun, Vio takut kalo ada orang jahat. Pokoknya bunda jangan kemana mana bahayaaaa" ucap Vio memohon
"Bunda cuma kerumah Bu sinta di komplek sebelah, masih deket dari rumah kita vi, kamu gausah lebay"
Vio mencebikan bibirnya, gadis itu terlihat gelisah.
"kamu kenapa sih, kayak panik gitu" tanya bunda
"Bun, aku sebenernya lagi ketakutan. Bunda inget cerita aku soal hantu kemaren kan? Aku udah ketemu hantu itu bun dan dia paksa aku nyariin tumbal. Tapi aku gamau, aku gamau ngorbanin orang lain jadi hantu itu ngancam bakal bunuh aku" ucap Vio, gadis itu berkaca kaca hendak menangis.
Bunda yang melihat itu tak tega, ia bertanya tanya apakah serius Vio bisa berkomunikasi dengan makhluk halus? Tapi cerita Vio terdengar seperti karangan sebenarnya. Bunda kurang percaya.
Akhirnya bunda memutuskan untuk mengelus lembut rambut Violin.
"Udah sana kamu makan terus nanti istirahat, kayaknya kamu kecapean" ucap bunda
Bunda mengambil sepiring nasi beserta lauk pauknya untuk Vio.
"Kamu makan nih, bunda ke rumah bu sinta bentar ya, dahh.."
Selepas bunda pergi meninggalkan vio gadis itu tak berniat menyentuh sedikitpun makanannya. Semua tampak hambar.
Vio segera berlari menuju kamar dan menguncinya. Gadis itu bersembunyi dibalik selimut, berharap Skala tak dapat menemukannya.
Vio ketakutan, ia takut skala benar benar membunuhnya. Vio berdoa, semoga semuanya baik baik saja...
To be continued
Ini cerita asli jelek bgt 😭
Karena kelamaan g up akhir nya alurnya gatau dibawa kemana 😭
Semangatin author dongg:(Jangan lupa vote and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
FantasySEQUEL 00.00 (DISARANKAN BACA TERLEBIH DAHULU) Violin Aneska melangkah tergesa-tesa melewati koridor sekolah. Gadis itu selalu merasakan hawa aneh ditempat ini. Ia seakan diikuti oleh seseorang yang entah siapa. Vio berlari lari kecil tatkala ia men...