"Cinta itu memilih. Memilih dari dua yang paling berarti : dia yang berjalinan darah denganmu, atau dia yang sedang mengandung darah dagingmu?"
✧・゚: *✧・゚:*𝓟𝓮𝓶𝓫𝓾𝓷𝓾𝓱 𝓒𝓪𝓱𝓪𝔂𝓪✧・゚: *✧・゚:*
Mereka berdua bertatapan dengan cemas dan wajah pucat. Yeonjun sendiri begitu cemas, suaminya memperlakukannya dengan buruk dan sekarang dia hamil, hamil bukan dari buah cinta perkawinannya tetapi dari pemaksaan yang dilakukan suaminya kepadanya.
Akan seperti apakah Soobin memperlakukan anaknya nanti? Sementara dia memperlakukan Yeonjun seperti ini? Bagaimanakah anak ini akan tumbuh dan besar? Akankah Soobin memperlakukannya dengan buruk?
Tiba-tiba insting ingin melindungi anaknya tumbuh dari benak Yeonjun, dia langsung merangkulkan lengannya dan memeluk perutnya dengan waspada. Kalau Soobin ingin menyakiti bayinya, berarti dia harus berjuang, kemarin Yeonjun pasrah dan menyerah karena dia merasa dirinya sebatang kara, sekarang dia mempunyai seorang bayi yang tumbuh di dalam rahimnya, dan dia harus berjuang melindungi anaknya.
"Kau harus ke dokter." Soobin memandangi Yeonjun yang memeluk perutnya sambil mengernyit, "Kita ke dokter sekarang."
"Aku bisa pergi sendiri." Yeonjun tiba-tiba ingin menjauhkan Soobin sejauh mungkin dari calon anaknya. Dia tidak percaya kepada Soobin.
"Sekarang, Yeonjun." Soobin menggeram merenggut lengan Yeonjun dengan kasar, ketika melihat Yeonjun mengernyit dia langsung melepaskan pegangannya tampak bingung harus berbuat apa, "Pokoknya ikut aku."
Yeonjun memegangi lengannya yang sakit, sekilas melihat kebingungan yang muncul dari tatapan mata Soobin dan menarik kesimpulan. Soobin tampak sama bingungnya dengannya, lelaki itu sepertinya tidak mengira keadaan akan seperti ini. Kemudian dia menghela napas panjang dan memutuskan untuk mengikuti kemauan Soobin. Lagipula dia ingin memastikan keadaannya di dokter.
Dengan langkah ragu, dia mengikuti Soobin memasuki mobil hitamnya yang besar itu, dan duduk di kursi penumpang di sebelahnya. Sepanjang perjalanan mereka tidak bercakap- cakap, hanya diam dan sibuk dengan pikirannya masing- masing.
*
*
*
"Kantong kehamilannya sudah kelihatan, dan hasil tes labnya positif, usia kandungannya sudah enam minggu." Dokter perempuan itu tersenyum, "Selamat Tuan."
Yeonjun membalas senyuman dokter yang ramah itu dengan gugup, sementara Soobin sendiri tampak pucat pasi menerima kepastian kabar itu.
Ini pasti bukan yang diharapkan lelaki itu.
Yeonjun menatap ekspresi shock Soobin dan menghela napas panjang. Tetapi dia benar-benar hamil. Dengan lembut dielusnya perutnya, penuh kasih sayang. Dia tidak tahu bagaimana caranya menjadi ibu, tetapi yang pasti dia akan menjaga anak ini sepenuh hatinya. Matanya bersinar penuh sayang, karena kehadiran anak ini, dia tidak sebatang kara lagi.
Yeonjun mengangkat kepalanya, dan matanya bertatapan dengan Soobin yang sedang mengamati perutnya. Lelaki itu lalu menatap mata Yeonjun dan mengalihkan pandangannya. Ekspresinya tidak terbaca.
*
*
*
Setelah mengantarkan Yeonjun pulang, Soobin langsung pergi lagi, setengah mengebut dia menuju rumahnya yang ada di pinggiran kota. Menuju Jungwon.
Rumah besar bercat putih itu tampak lengang, ketika Soobin memarkir mobilnya di halaman dia merenung dan menyadari bahwa selalu ada nuansa sedih di dalam rumah ini. Suasana sedih yang menggayuti hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Pembunuh Cahaya ❬ Soobjun Remake ❭
Fanfiction[REMAKE NOVEL SANTHY AGATHA] ======= Yeonjun tidak mengerti apa tujuan dari pernikahannya dengan Soobin. Apakah Soobin hanya ingin Yeonjun menderita? Tapi mengapa? Apa yang telah dia lakukan hingga Soobin terlihat begitu membencinya? ~~~ Warning...