Epilog

2.8K 217 6
                                    

Soobin mengetuk pintu kamarnya dan masuk, duduk di sebelahnya, "Jadi. Apakah kau akan pindah ke kamarku?" tanyanya pelan.

Yeonjun menoleh ke arah Soobin, lalu tersenyum simpul, "Bukankah kau dulu mengusirku dari sana?"

Soobin mengangkat bahunya, tampak malu, "Maafkan aku... itu memang memalukan kalau diingat lagi."

Soobin menghela napas panjang, "Tidurlah bersamaku di kamar, jadilah isteriku yang sesungguhnya."

Kata-kata Soobin yang penuh arti itu membuat pipi Yeonjun memerah. Dia berdehem, berusaha menetralkan jantungnya yang berdebar.

"Aku akan memikirkannya." Gumamnya menggoda.

Soobin cemberut, lelaki itu menarik Yeonjun supaya duduk di sebelahnya dan memeluknya, "Kalau kau tidak mau pindah ke kamarku, aku yang akan pindah ke kamarmu."

"Kau mau melakukannya?" Yeonjun membelalakkan mata tak percaya akan sikap mengalah Soobin, membuat Soobin tertawa,

"Tentu saja aku mau melakukannya, aku ingin tidur sekamar dengan isteriku."

Yeonjun tersenyum malu-malu, "Aku juga ingin tidur sekamar denganmu."

Soobin langsung mengecup bibir Yeonjun dengan lembut, "Terima kasih sudah membuatku merasa begitu bahagia, Yeonjun."

Yeonjun membiarkan Soobin merangkulnya dengan erat, tiba- tiba pikirannya melayang ke arah Jungwon dan Jay. Hari ini sudah hampir seminggu sejak insiden itu berlangsung dan Soobin tampaknya menghindar untuk membicarakannya, tetapi Yeonjun sangat ingin tahu... dia mencemaskan Jay dan Jungwon.

"Jungwon baik-baik saja, psikiater sudah merawatnya, rupanya di hari-hari tertentu, Jay mengunjunginya dan menanamkan dendam di benaknya. Kau tahu, sejak percobaan bunuh diri itu, emosi Jungwon labil karena otaknya terganggu."

"Dia tidak bisa disalahkan atas semua ini."

Soobin menghela napas panjang, "Ya, dia tidak bisa disalahkan karena dia bahkan susah mengetahui mana yang benar dan mana yang salah dengan kondisinya sekarang... kamilah yang salah karena kami punya pikiran dan akal sehat, tetapi kami malahan dibutakan oleh dendam dan kebencian membabi buta."

Soobin tersenyum sedih, "Aku bahkan masih merasa malu kalau teringat betapa saat itu aku dikuasai dendam dan mengabaikan rasa cintaku kepadamu."

Yeonjun tersenyum lembut dan menatap Soobin sungguh- sungguh, "Kau tidak perlu minta maaf Soobin, aku sungguh- sungguh mengerti. Kau hanyalah seorang kakak yang sangat mencintai adiknya."

Yeonjun langsung memikirkan Jay, "Begitupun Jay, dia hanya terlalu mencintai Jungwon."

"Mencintai hingga lebih buta dari yang buta itu sendiri."

Soobin menghela napas dengan sedih, "Jay tetap harus berurusan dengan polisi Yeonjun, aku sudah mengatakan bahwa aku tidak menuntutnya, aku hanya meminta jaminan supaya dia menjauh dari Jungwon, dan juga darimu...tetapi pistol yang dia miliki dibeli secara ilegal... aku tidak bisa menolongnya dalam hal ini Yeonjun."

Yeonjun teringat dia memeluk ibu Jay yang menangis dan meminta maaf kepadanya, ibu Jay sungguh tidak tahu apa yang ada di benak Jay, dia juga sama terkejutnya dan tidak menyangka bahwa Jay menyimpan rencana keji di benaknya, dia memohon kepada Yeonjun supaya membantu Jay, Yeonjun sudah menyampaikan hal itu kepada Soobin dan meskipun pada awalnya keberatan, Soobin akhirnya luluh dan menyetujuinya. Dia memutuskan tidak akan menuntut Jay.

Yeonjun sendiri masih tidak berani menemui Jay, tatapan penuh kebencian Jay kepadanya dulu itu masih membuatnya sedih dan bingung. Dia masih belum siap menghadapi Jay, mungkin nanti di lain kesempatan, ketika Jay sudah menyadari semuanya, dan Yeonjun sudah siap menemui lelaki itu.

Kecupan Soobin di dahinya membuat Yeonjun tersadar, dia mendongak dan tersenyum kepada suaminya,"Bagaimana kabar kesayangan cilik kita?" tanya Soobin lembut, menunduk dan mengusap perut Yeonjun dengan sayang, "Menurutmu kapan dia menendang-nendang."

"Dia sudah menendang-nendang... beberapa malam yang lalu, kau melewatkannya karena tidak ada disampingku kalau malam." Jawab Yeonjun dengan menggoda.

Soobin mengerutkan keningnya tampak kecewa, "Kau benar-benar harus pindah ke kamarku, atau aku yang kekamarmu, aku tidak mau tidur terpisah lagi." Kali ini suaranya tegas dan memaksa.

Yeonjun terkekeh mendengar nada arogan dalam suara Soobin, membuat Soobin tersenyum malu.

Lelaki itu menghela napas panjang, "Kuharap kau mau mendampingiku yang arogan, pemarah, kadang suka mengatur-atur. Jika aku bersikap buruk kuharap kau mau bersabar dan menungguku menyadari kesalahanku. Meskipun aku berjanji aku tidak akan bersikap buruk kepadamu, tidak akan pernah."

Yeonjun tersenyum, "Aku percaya, Soobin... kau mencintaiku, sebesar aku mencintaimu. Aku percaya bahwa cinta akan mengubah kita menjadi manusia yang lebih baik. Saling melengkapi dan menyayangi satu sama lain. Aku percaya bahwa hidup kita akan berlalu dengan bahagia."

Soobin menghela napas panjang, tampak terharu, matanya menghangat dan penuh cinta. "Terima kasih Yeonjun. Aku bersumpah akan menjaga cinta dan kepercayaanmu."

Senyum Yeonjun terkembang, bahagia. Dia yakin jika mereka jujur dan tidak saling menyimpan rahasia, mereka bisa membangun kepercayaan dalam pernikahan kita, dan menjalani semuanya dengan ujung yang membahagiakan.

*

*

*

End

Yeaayy akhirnya tamat, makasih yg udah setia sama book ini🥳
Sampai jumpa di next book lainnya 💗

[✓] Pembunuh Cahaya ❬ Soobjun Remake ❭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang