31 ; Titik Terang

4.2K 600 162
                                    

Chapter ini sedikit panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter ini sedikit panjang. Jadi siapkan hati, jiwa, dan raga. Happy reading!

Lelaki dengan jaket denim itu hanya menatap prihatin sahabatnya itu. Ini pertama kalinya ia melihat manusia dihadapannya ini menangis sejak 8 tahun lamanya bersahabat. Walaupun tidak menangis tersedu-sedu, hanya mengeluarkan beberapa tetes air mata, tetap saja ia sadar betapa besar pengaruh orang itu sampai membuat sahabatnya menjadi seperti ini.

"Gue harus gimana, Jer?"

Jerome menghela napas. "Move on!" Vano sontak menoleh kearah Jerome dengan tatapan tajamnya.

"Gak bisa!"

"Bisa kalo lo mau, Van."

"Tapi gue gak mau. Jane itu cinta mati gue. Cuma gue yang boleh milikin dia."

Jerome bergidik ngeri. "Lo udah kek psikolog aja! Ngeri gue."

"Hah?" Vano mengernyit tak mengerti. Lalu setelahnya ia sadar. "Psikopat bangsat! Bego banget punya temen."

"Iya itu maksud gue. Maklum lah kan gue ganteng."

Vano mendelik. "Gak nyambung! Udah deh lo bikin mood gue makin jelek."

Saat ini mereka sedang berada di apartemen milik Vano. Entah bagaimana tak lama setelah Vano sampai, Jerome tiba-tiba datang. Tapi ia bersyukur Jerome datang. Jika tidak, bisa saja ia melakukan hal-hal gila karena putus cinta.

Jerome hanya tersenyum kecil. "Terus sekarang lo maunya apa?"

"Lo tau kan gue gimana. Jadi gue minta tolong. Tolong bantuin gue jelasin semua tentang club itu. Gue gak bisa kehilangan Jane. Seluruh hati gue, udah gue kasih ke dia."

"Tenang gue pasti bakal bantuin lo masalah itu. Tapi... tentang perjodohan?"

Vano mendecak. "Persetan. Gue gak peduli."

Jerome memijat kepalanya pelan. Sahabatnya ini sudah menjadi budak cinta tingkat tinggi. Tapi jika di ingat-ingat sebenarnya dirinya juga sama. Tak ada bedanya.

"Yaudah lo istirahat aja dah sana. Muka lo persis kek zombie sekarang!"

Vano hanya mendesah pelan. Lalu ia berjalan dengan gontai menuju kamarnya. Yang diucapkan Jerome memang benar. Dirinya selama 3 hari ini sudah seperti zombie. Jarang tidur, jarang makan, jarang mandi. Ia berbaring dikasurnya dan tak sampai lima menit dirinya sudah berada di alam mimpi.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔️] ELITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang