6.

407 48 8
                                    

Aireen terkejut saat tiba kembali dirumah. Barang-barang dirumahnya sudah berada diluar semua. Dan pintunya tertutup rapat.

Apa lagi ini?? Pikirnya cemas.

Ia mencoba membuka pintu namun paswordnya berkali salah. Apa ini kelakuan kakaknya?  Aish.... Benar-benar.

Dengan panik Aireen memencet tombol dial pada handphonenya. Ia benar-benar akan membunuh kakaknya kali ini. Kekesalannya sudah tingkat dewa. Dan ia harus menemukannya segera!

"Apa kau jadi menjual rumah kita????!!!! "
Teriak Aireen marah. Suaranya melengking kesal.

"Ya.. !!. Pembelinya tadi minta rumah segera dikosongkan..! " jawab Barack dari seberang tanpa rasa bersalah.

"Bukankah aku sudah memberikan uang untuk menyelesaikan urusan mu????!!!! "
Kepala Aireen seperti akan meledak saking marahnya. Bagaimana bisa kakaknya...
Aish...!!!!!!

"Aku tertipu dimeja judi semalam, Aireen... ....!" jawab Barack terdengar putus asa.

Apa ????!!!!!!!

"Sialan kau Barack!  Kau benar-benar brengsek.....!!!!!!!! Aku akan membu... "

Klik!

Barack langsung mematikan handphonenya diseberang sana. Dan ini sungguh membuat Aireen putus asa. Ia terduduk lemas diteras rumahnya. Kini ia tak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya. Ia menangis tersedu. Bagaimana kakaknya bisa setega itu?

Rumah ini adalah rumah terakhir yang mereka punya. Dan ini satu-satunya rumah peninggalan orang tua mereka yang tersisa.

Keluarga Aireen dulunya sangat berada. Ayahnya seorang profesor disebuah universitas bergengsi di Leichsteinstein. Mereka juga memiliki perkebunan anggur di sisi timur wilayah negeri ini. Keluarga Aireen memiliki 2 rumah mewah dan satu vila kecil.

Saat orang tuanya meninggal 10 tahun lalu, usia Aireen baru 12 tahun. Dan Barack kakaknya  sudah 18 tahun. Mereka mempergunakan peninggalan harta ayahnya untuk melanjutkan hidup. Aireen kecil sangat bergantung pada Barack.

Barack lah yang menjuali barang dan kekayaan lainnya untuk keperluan mereka. Sampai hanya tersisa vila kecil yang mereka tempati ini. Dan kini ternyata pun sudah dijual Barack. Walau Aireen sudah sekuat tenaga mempertahankannya hingga ia kehilangan semuanya. Ternyata tetap saja....

Aireen masih menangis dan meraung penuh penyesalan dan kemarahan. Ia benar-benar menyesali nasibnya kini. Jika membunuh bukan sebuah dosa,  maka ia benar-benar ingin membunuh kakaknya saat ini.

Akhirnya Aireen berjalan menyusuri trotoar sambil membawa koper. Ia tak tahu harus kemana saat ini. Bahkan iapun tak tahu harus berganti dimana saat ini. Ia masih memakai seragam hotelnya.

Matanya masih sembab saat ia berhenti di halte bis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya masih sembab saat ia berhenti di halte bis. Ia hanya duduk disana dari tadi karena bingung hendak menuju kemana. Merepotkan Luca jelas tidak mungkin, sebab ia pun tinggal bersama pacarnya dan semua keperluannya ditanggung oleh pacarnya.

Crown Prince (on Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang