10

288 50 0
                                    

"3, 2, 1 happy new year !!!!"

"ayo kita doa dulu," seru Davi. Semuanya menundukan kepala menyambut tahun baru 2017 dengan doa.

"jangan begadang sampe pagi banget yaa," pesan Mamah Jea yang kemudian berlalu masuk ke dalam diikuti Papah Jea dan para pekerjanya juga.

"siap mamah nya Jea," sahut Juan.

"lu kek jaman sd aja manggilnya pake nama anaknya segala," celetuk Jenanta.

"yaa gapapa dari pada manggil Jea pake nama mamahnya,"

"ngeselin jawaban lu," Jenanta melempar terompet nya ke Juan.

"kita foto lagi yuk!" ajak Jea yang sudah memegang kamera. Mereka berkumpul dan mengambil foto sebanyak-banyaknya, ini merupakan pengalaman pertama bagi semuanya, merayakan tahun baruan bersama.

Tepat pukul 01.30 dini hari mereka sudah berada di kamar sesuai dengan perintah Mamah Jea. Juan, Jenanta, Harbi dan Davi menempati kamar tamu di lantai dasar. Zia, Jea dan Jihan menempati kamar Jea di lantai dua.

"Juan," panggil Harbi yang sudah berbaring di kasur dan menatap langit-langit kamar.

"kenapa?" jawab Juan yang sedang mengganti kaos nya dengan kaos yang baru karena bau asap.

"lu sama Zia bener ada apa-apa?"

"gimana yaa," Juan berbaring di kasur tambahan yang berada di bawah, kemudian ia memiringkan tubuhnya menghadap tembok. "gua juga gak tau sebenernya gua sama Zia apa, awalnya kan cuma karena gua yang kebagian nganter dia balik, terus dia juga anaknya asik ditambah pinter, belum lagilu pada juga suka ngeledekin. terus gak tau kenapa gua tiba-tiba mau lakuin apapun demi dia."

"intinya sekarang lu ada rasa kan ke dia?" Davi memperjelas.

"y-yaa gitu, tapi apa yaa kaya gak pantes anjir! lu liat sendiri dia kelebihannya sebanyak apa, kalo sampe dia suka gua balik sih itu jadi kekurangan dia yang pertama,"

"bener itu," sahut Jenanta "tapi namanya perasaan kan gak ada yang tau Wan, yang pinter gak selalu kecantol sama yang pinter juga,"

"maksud lu gua segoblok itu?" ketus Juan.

"santai-santai perumpamaan aja itu,"

"gua merhatiin lu Wan dari yang pensi itu, gimana lu care banget ke dia. terus keliatan sefrekuensi juga kalo udah bareng," ucap Harbi.

"dia juga gak yang keliatan risih atau gimana, pertanda gak si kalo dia juga tertarik sama lu?" tambah Davi.

"udah Wan, kalo udah sadar suka mah kejar jangan sampe nyesel gak pernah berjuang." Harbi memberi petuah.

"betul! masalah dia pinter lu kaga, itu mah belakangan,"

"anjing banget Jenanta!" Juan memukul Jenanta dengan guling.

"ampun, woi tolongin ini gua digebukin atlet,"

"mulut lu lagian Nan kaya gak pernah baca bismillah," Davi tidak menolong Jenanta dia asik menertawakan bersama Harbi dari kasur utama.

###

"kita maskeran dulu yuk!" seru Jea begitu mereka sampai di kamar.

"boleh," jawab Zia.

"ganti baju dulu gais," kata Jihan.

Mereka berganti pakaian jadi menggunakan pajama dan lanjut membersihkan wajah.

"gua liat lu pelukan sama Juan tadi pas nonton," ujar Jea to the point membuat Zia terkejut.

"ohhh itu gak sengaja, udah capek banget nontonnya,"

"yah aku gak liat gara-gara nangis,"

"gak penting Han, orang gitu doang," ujar Zia buru-buru, ia sangat malu jika ingat itu, di mana dirinya merasa tenang dipelukan Juan. Jea merespon ucapan Zia dengan ekspresi wajah yang penuh makna terselubung.

"Juan Zia cocok kok, Zia suka ketawa, Juan suka lawak." ucap Jihan enteng namun memberi efek luar biasa pada Zia hanya karena ucapan itu.

"hahaha," terdengar sangat garing ketawa Zia karena ia menutupi keterkejutannya dari ucapan Jihan.

"kalo nyaman, gas aja Zi," ujar Jea dengan mata yang digerlingkan.

"jadi centil gini lu,"

"belajar dari Jihan,"

"kok aku?!!!" dan mereka tertawa bersama untuk maskernya tidak mudah retak. 

###

Paginya mereka sarapan bersama dan setelahnya para pria bermain bulu tangkis termasuk Papah nya Jea sedangkan para perempuan ikut Yoga dengan Mamah nya Jea.

"tante, ini berapa lama lagi," tanya Zia takut-takut karena ia merasa sudah cukup lama mengikuti gerakan itu tapi belum juga berganti gerakan dan ia sudah merasa tidak sanggup lagi.

"tahan Zi, sedikit lagi," jawab Jea suaranya bergetar karena menahan posisinya. Hanya Mamah Jea dan Jihan yang tenggelam dalam fokusnya.

Zia yang sudah tidak tahan pun menjatuhkan dirinya ke matras tanpa bersuara karena tidak ingin mengganggu. Kemudian Jea juga mengikuti. Jea dengan bahasa tubuhnya mengajak Zia untuk pergi dari sana.

"nyokap lu apa gak marah nanti?" bisik Zia padahal saat ini mereka sudah di halaman depan menonton bulu tangkis.

"kaga, dia tau kok gua gak bisa ngikutin gerakan  yoga,"

"Jihan mana?" tanya Harbi yang sadar tidak ada pacarnya.

"masih yoga,"

"kok kamu udahan?" tanya Papah Jea.

"Papah kan tau aku gak bisa ngikutin gerakan yoga," jawab Jea sambil cemberut.

"yaudah nih kalian main bulu tangkis aja," suruh Papah Jea, Zia dan Jea pun menuruti mereka bermain melawan Harbi dan Davi.

Selama permainan, Jea susah sekali membalikan kok justru ia yang terkena kok terus. Zia menjadi tidak fokus dan malah sibuk menertawakan Jea.

"Je yang bener," Harbi nampak sudah tidak sabaran.

"nih lagi si Zia malah ketawa terus," tambahnya. Juan melihat Zia tertawa dengan bahagianya, membuat dirinya ikut bahagia. 

....

Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨

—flawersun🌻

I Love U #02 - Junghwan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang