14

255 47 0
                                    

Zia tengah disibukkan dengan kegiatan ekskul nya yang akan mengadakan kunjungan ilmiah ke Observatorium Bosscha, Bandung. Ia menjadi salah satu pengurus kegiatan kunjungan tersebut, ia bersama dengan beberapa pengurus lain langsung berkoordinasi dengan guru pembina KIR.

Kegiatan Zia di sekolah menjadi lebih sibuk, bahkan ia sampai skip kantin dengan sahabatnya. Alvin, ketua Ekskul KIR  yang akhir-akhir ini terlihat selalu bersama Zia, kebetulan Zia diberi amanat sebagai Bendahara untuk kegiatan kunjungan tersebut. Membuat mereka banyak waktu bersama untuk diskusi dan semacamnya.

Seperti hari ini para pengurus mengadakan rapat sepulang sekolah, bertepatan dengan waktu ekskul Futsal.

“yah jadi bener gak jadi nih lu?”

“udah gak usah dibahas, udah jelas.”

“ah penonton kecewa, padahal tinggal selangkah lagi,”

“udah stop gosipnya, mari latihan yang bener.” ujar Jenanta menyudahi perbincangan tentang kisah asmara Juan. Jenanta dapat merasakan kesedihan Juan hingga saat ini. Semua juga melihat kesedihan itu, namun mereka berusaha menghibur Juan dengan caranya. Tetapi, Juan sangat patah hati, hiburan apapun seperti tidak berpengaruh.

Juan mengganti baju di toilet dekat lapangan dalam, saat akan kembali ke lapangan luar tak sengaja netranya melihat Zia dengan teman-teman ekskul nya yang sedang berjalan menuju ruang serbaguna di samping ruang Osis. Zia tampak bahagia dan oh jangan lupakan pria yang seperti tidak tahu jarak, berjalan sangat mepet dengan Zia.

Pria yang dikenal satu sekolah karena tampang dan kecerdasannya. Menjadi salah satu siswa kebanggaan guru-guru di Pelita Unggul. Selalu aktif ikut lomba-lomba dan kegiatan sekolah berbau ilmiah.

Mengingat hal itu Juan tidak bisa memaki pria tersebut karena dari segi manapun Juan nampak tak sebanding, bahkan jauh di bawah pria tersebut. Mundur memang pilihan yang tepat—pikir Juan.

Namun, sebagian hatinya tak menampik rasa sakit yang menjalar memikirkan Zia lebih pantas dengan pria yang sebanding dengannya.

“Ari! lu gak papa?!” teriak Harbi karena ia yang paling dekat dengan posisi kiper itu jadilah ia yang panik begitu Ari–kiper yang wajah nya terkena bola hasil tendangan Juan.

Semua anak futsal mengerubungi Ari, mereka semua dapat dengan jelas melihat dan mendengar seberapa keras bola itu menghantam wajahnya.

“Ri, Sorry gua gak tau kalo tendangan gua sekeras itu.” ujar Juan.

“ayo bawa ke UKS,”

Juan menjadi salah satu orang yang membopong Ari menuju UKS dan diikuti beberapa anak futsal yang penasaran dengan kondisi Ari, sisanya tetap di lapangan termasuk Harbi, Jenanta dan Davi.

“kan gua bilang, ngeri sama Juan tuu kalo suasana hatinya gak bagus.”

“kemarin-kemarin kayanya udah reda, tapi kenapa hari ini ke trigger lagi dia?”

“gimana gak ke trigger, tu makhluk dua mondar mandir terus selama di sekolah dan Juan punya mata kalo lu pada lupa,”

“yaa masa gua harus suruh Juan pindah sekolah, biar dia gak liat, udah ah gua mau ke UKS.” Jenanta berlalu ke UKS, ia sebagai ketua Futsal sangat bertanggung jawab atas apa yang terjadi selama latihan dan pertandingan futsal.

“Har, lu gih sana nanti bantu omongin ke Juan,”

“iya nanti kalo suasana hati nya udah reda,”

Anak-anak KIR telah selesai rapat, begitu keluar ruangan mereka bingung kenapa UKS ramai sekali anak futsal. Kebetulan Ruang Osis, Ruang Serbaguna dan Ruang UKS berada dalam satu deret.

“ada apa?” tanya Alvin ke salah satu anak futsal.

“ini kiper kena gebok mukanya,”

“kok bisa?”

“kenceng banget tendangannya,”

“siapa yang nendang emang?”

“Bang Juan,” mendengar nama Juan disebut, Zia langsung menoleh terkejut.

“Juan nya gak papa?” tanya Zia.

“gak papa, cuma emang keliatan lagi gak enak badan. eh gak enak badan masa bisa nendang sekuat itu, gitu lah pokoknya mah.” jawab anak futsal itu yang bingung sendiri dengan ucapannya.

“pasti gak papa Zi, kan dia yang nendang.” jawab Alvin.

“cowok kan dikit-dikit ribut. siapa tau aja abis nendang gitu dia dihajar.”

“yaa nggak lah kan satu tim Zi, tenang aja.” Alvin mencoba menjelaskan kemungkinan yang sebenarnya terjadi, namun Zia tetap nampak khawatir dan membuat Alvin bingung kenapa Zia sekhawtir itu.

……

Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨

—flawersun🌻

I Love U #02 - Junghwan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang