“Anjir!! Tadi Zia gak sadar atau emang sengaja?” ujar Davi begitu mereka hampir memasuki ruang osis.
“Gokil Juan udah dapet lampu ijo, duluin Nanta gih!” sahut Harbi.
Juan hanya mesem-mesem mendengar ucapan para sahabatnya. Dirinya terasa terbang saat ini. Juan Sadewa merupakan anak tunggal, sejak kecil sudah berkecimpung di dunia olahraga, namun seiring bertambahnya usia juga tingkat sekolahnya kini ia hanya fokus pada olahraga futsal. Sebelumnya ia mendalami jenis olahraga bela diri Taekwondo, soccer hingga renang.
Juan sangat suka main mobile games atau PC games dengan ditemani cemilan dan akan tidur apabila sudah merasa lelah. Maka dari itu sahabat-sahabatnya berasumsi jika Juan adalah tipe anak yang suka menyendiri dan sangat santai cenderung ke malas.
Sebenarnya ia tipe anak yang aktif, suka bersosialisasi hingga ikut kegiatan-kegiatan sosial, namun saat menengah pertama Juan pernah mengalami patah tulang lengan kiri menyebabkan ia harus sekolah dari rumah selama kurang lebih tiga bulan. Patah tulang yang dialami tidak hanya menghambat sekolahnya tetapi juga kegiatan-kegiatan yang sebelumnya ia suka lakukan.
Orang tua nya begitu khawatir jadi meskipun sudah pulih sepenuhnya, kegiatan Juan sangat dibatasi dan untuk menggantikan rasa bosan Juan selama di rumah orang tua nya membelikan PC agar Juan bisa belajar dan bermain dari rumah saja. Maka sejak itu kehidupan Juan berubah dan ia mencoba menikmati apa yang disarankan kedua orang tua nya.
Briefing sudah berjalan sekitar 15 menitan, Nanta dan Jea baru tiba dan langsung mengikuti briefing.
Opening pensi pun di mulai, Juan mendapat tugas untuk menjaga piala di sisi bawah panggung, Harbi mendapat tugas mengatur para pemenang yang akan naik dan turun mengambil piala, Davi bertugas menjadi MC. Sesi pertama yaitu menyerahkan piala kepada pemenang Futsal.
Jea menjadi salah satu yang menyerahkan piala, Davi sudah siap untuk membantu Jea naik ke panggung tapi ternyata dibantu oleh Jenanta. “Si Nanta berlagak kaya pacar aja begitu,” ucap Davi yang pasti tidak menggunakan mic namun masih terdengar oleh Juan dan Harbi yang tepat di bawahnya. “Tau yak,” ujar Juan dan Harbi dengan nada menjulid.
Sesi penyerahan piala telah selesai, kini giliran penampilan seni dari SMA Pelita Unggul. Zia sudah berdiri di sisi sebelah kiri depan untuk menonton penampilan drama musikal Jihan. Juan, Harbi dan Davi tiba-tiba sudah di samping Zia.
Saat drama musikal berlangsung jam menunjukan pukul 10.45 matahari sudah mulai terasa terik. Zia menonton dengan tangan di dahinya untuk menhalang sinar matahari langsung ke matanya. Juan menyadari hal itu sejak 5 menit yang lalu, ia bimbang untuk menawari bucket hat yang dibawanya ke Zia atau tidak perlu.
“Nih pake Zi,” Juan menyodorkan bucket hat ke Zia.
“Lu banyak banget bawa topi?” Zia tidak langsung menerima malah menanyakan hal yang membuat Juan bimbang sejak tadi.
“Enggak, niatnya mau pake yang ini tapi ternyata Davi balikin topi gua, yauda jadi gua pake topi yang dibalikin Davi aja,”
“Ohh gitu, yauda gua pinjem bucket hat lu,”
“Iya kan emang gua yang nawarin,”
“Thank you.” Juan membalas dengan senyum.
Harbi dan Davi yang awalnya fokus ke drama musikal di panggung menjadi teralihkan fokusnya ke drama di sampingnya yang tampak lebih dramatis.
###
Drama musikal selesai, dilanjutkan penampilan Modern Dance dan setelahnya Band Pelita Unggul.
"ngedip Wan," ujar Davi menyenggol lengan Juan yang berada di sisi kanannya.
"yeuuu lu itu mah!" sahut Juan
"lu berdua samanya kan," sahut Harbi yang fokus dengan handphonenya menanyai Jihan, ia sudah selesai atau belum.
"lu ngevideoin siapa Zi?" tanya Juan.
"Kak Saira," jawab Zia dengan cepat.
"buat Bang Yosh?" tanya Juan lagi.
"Wan diem dulu jangan banyak tanya," bisik Zia sedikit emosi karena ia tidak ingin suaranya masuk ke dalam video yang direkamnya.
"oohh oke oke" balas Juan tanpa suara. Harbi dan Davi menahan tawanya.
3 menit berlalu, penampilan Modern Dance telah selesai, Zia melangkah ke arah koridor ruang Osis. Juan mengekor di belakang diikuti Harbi dan Davi.
Dari arah berlawanan Jihan tampak menghampiri mereka dan dari arah belakang mereka juga ada Jenanta dan Jea yang menghampiri.
"Jihaannn u did well," ujar Zia sambil memeluk Jihan.
"aaa thank you, aku nervous sebenernya ini baru pertama kali," sahut Jihan.
"kereen ko Han, suara sama acting lu the best," ucap Jea.
"aaaaa terharuuu, makasiii yaa pujiannya," balas Jihan memeluk Zia dan Jea. Namun karena tangan Zia yang memungkinkan merangkul keduanya, maka kini terlihat seperti Zia memeluk adik-adiknya.
"kamu keren," Harbi mengelus rambut Jihan dan merangkulnya.
"oiya Dav, brief sekarang aja yuu mumpung belum masuk jam ishoma," seru Jea.
"iya gua emang niat mau ngumpulin panitia pekan olahraga sekarang sih, yauda yuk!" sahut Davi.
"kamu di sini aja dulu sama Zia Jihan, biar aku yang kumpulin panitia lainnya, jangan kemana-mana," ujar Jenanta ke Jea.
"Zi, Han tolong jagain Jea dulu yaa,"
"iya Nan santaii,"
"tanpa disuruh Nan, pasti gua jagain."
"berasa pacar aja deh lu Nan," celetuk Harbi.
"posesif banget belum resmi padahal," sahut Davi.
"emang pacar gua, kenapa?" balas Jenanta dengan mengangkat dagunya.
"hah? Nan gua tau lu emang suka bercanda, tapi yaa gak pas kalo sekarang bercandanya," sahut Juan.
"siapa yang bercanda sih?! gak percayaan amat!"
"hahahaha udah-udah jangan pada ribut, iyaa gua sama Nanta udah pacaran,"
"nah denger sendiri kan," ketus Jenanta.
Juan, Harbi dan Davi melongo masih tidak bisa mencerna apa yang baru saja didengar. Zia dan Jihan tertawa melihatnya, begitupun Jea hanya Jenanta yang masih dengan wajah kesalnya.
….
Hi! Jika kalian suka cerita ini, tolong bantu vote dan beri feedback dengan bahasa yang baik di comment yaa.. ✨
—flawersun🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love U #02 - Junghwan ✓
Fanfic𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚 & 𝙒𝙚𝙚𝙚𝙠𝙡𝙮 𝙎𝙚𝙧𝙞𝙚𝙨 #2 "nggak kok, cuma ngasih petuah aja suruh jagain lu," "emang gua terlihat gak bisa jaga diri?" "gua lebih jago soalnya," "sombong!!!!" "ayo keburu sore," [𝑱𝒖𝒏𝒈𝒉𝒘𝒂𝒏 × 𝒁𝒐𝒂] © 𝘧𝘭𝘢𝘸𝘦...