PrangggSuara pecahan membuat Sahil auto mem-pause film yang sedang ditontonnya. Ia reflek menghadap belakang dan terlihat istrinya sedang kaget karena ulahnya sendiri.
"Ehe, maaf gak sengaja."
Sahil bangkit dari posisi wuenaknya, menghampiri istrinya.
Malam hari begini setelah mereka berdua membaca al-Kahfi bersama setelah isya, niatnya ingin nonton bareng, yah berduaan aja di rumah, namanya juga suami istri yang belum punya bocil kan. Terus Wafiya niat mau bikinin susu panas gitu buat Sahil, lagi hujan gini kan biar anget, tapi eh malah tumpah.
Ini adalah cangkir ke-3 dalam seminggu yang sudah Wafiya pecahkan. Dua cangkir yang pecah sebelumnya gak menimbulkan korban, tapi sekarang darah keluar bukan dari jarinya tapi, dari jari Sahil.
Baru kali ini Sahil ngeliat Wafiya mecahin cangkir secara live lalu dengan gercep sat set sat set ketika Wafiya akan membereskan pecahan cangkir Sahil sudah sigap membantu. Kalau sebelumnya Sahil gak lihat Wafiya mecahin secara live cuma liat di tempat sampah ada pecahan cangkir aja. Untung dua cangkir yang pecah kemarin bukan cangkir couple hadiah pernikahan dari Bana, soalnya meski gambar dan warnanya menurut Sahil norak, tapi Wafiya suka. Katanya lucu, khas Bana banget dan cangkir itu suka mereka pakai setiap mereka berdua lagi iseng makanin cococrunch pake susu.
"Eh, ya ampun kamu berdarah!"
Wafiya langsung mencari kotak P3K.
Sahilnya mah anteng aja, abis selesai beresin cangkir dia menuju wastafel dan mengguyur jarinya yang masih mengeluarkan darah dengan air yang mengalir dari kran lalu balik lagi ke depan tv lanjutin nonton film yang tadi sempat di-pause.
"Sakit gak?" Wafiya duduk di sebelahnya, melepaskan remot dari genggaman tangan Sahil lalu dengan tatapan cermat dan penuh perhatian mengamati dan memegang tangan suaminya.
"Gak sakit," lega Wafiya mendengarnya, "-cuma perih aja." Lanjut Sahil dengan santai, Wafiya cuma 🙄 tapi kemudian meniup jari suaminya lalu membalutnya dengan hansaplast.
"Bukannya kalo dipakein hensaplas gini malah bikin lukanya lama kering, ya?"
Itu yang Sahil pahami.
"Dibalut hansaplast biar darahnya cepat berhenti. Supaya jari kamu gak perih."
Itu yang Wafiya pahami.
"Hensaplasnya harus dipakai lama gak? Nanti pagi aku wudhu gimana? Jarinya ga kena air wudhu nanti."
Ada suami lebih bawel dari istrinya? Ada. Nih contohnya. Kadang Sahil bisa lebih bawel dan cerewet dari Wafiya.
"Yaudah pakai hansaplast sampai film ini selesai, ya. Nanti kalau mau tidur hensaplasnya dicopot."
Dan kalau Sahil lagi bawel, dengan sabar Wafiya tanggapi.
Kadang posisinya bisa berubah, Wafiya yang bawel, Sahil menanggapi dengan tenang dan jarang dengan ice moci.
Ya gimana ya emang pembawaan dua duanya tenang sih.
Mereka pun lanjut nonton lagi, kali ini film pilihan Wafiya. Filmnya sedih, dan makin sedih lagi saat tangan Wafiya mencari-cari stik keju di wadah, tapi yang ada cuma udara kosong. Saking khusyuknya nonton, Wafiya gak sadar kalau udah abis.
Sahil cuma ketawa aja liat wajah dan hidung Wafiya yang agak merah karena nangis sedikit gara-gara mendalami filmnya yang sedih dan sad ending itu. Jari-jarinya berwarna kuning dipenuhi bumbu stik keju bermicin dan dengan masih sesenggukan, Wafiya emut itu jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari-harinya Sahil & Wafiya
Fanfiction- Sebuah ff wenhun rasa lokal - Cerita ringan (hampir) gak ada konflik tentang Sahil-Wafiya dan hari-hari mereka. Jangan heran kalau part sebelumnya nyeritain mereka menjadi pasutri, tapi eh part selanjutnya malah nyeritain mereka saat masih sekola...