Wafi mengecek jatah bulanan yang dua hari lalu baru aja dikasih suaminya. Gak kayak jumlah biasanya, kok kurang ya?
Gak gak, bukannya Wafi tipe istri doyan belanja dan pelit, cuma aneh aja gitu kan jatah bulanan gak kayak biasa.
Pengin nanya ke Sahil uangnya dipakai untuk apa, tapi Wafi merasa sungkan. Kelewat kepo gak sih? Tapi suaminya pakai buat apa ya? Abis nominal berkurangnya lumayan.
Wafi biasa mengelompokkan jatah bulanan yang biasa diberikan oleh suaminya menjadi beberapa bagian. Ada yang untuk belanja bulanan, tabungan, biaya urgent, dadakan, sama gak lupa sedekah.
Oh iya, dan satu lagi yang belum Wafi kasih tau ke Sahil, jatah bulanan dari suaminya itu juga ia sisihkan untuk biaya persalinannya nanti.
Seminggu yang lalu setelah mereka berlibur bersama keluarga Wafi memutuskan untuk beli alat cek kehamilan lima sekaligus, biar ngeceknya afdhol.
Dan akhirnya setelah perjuangan mereka selama lebih dari satu tahun, kelima alat tes kehamilan yang Wafi beli itu menunjukkan tanda dua garis biru semua.
Iya, jadi Sahil belum tau kalau istrinya lagi hamil. Sengaja Wafi belum kasih tau, nanti aja pas Sahil ulang tahun.
Wafi buru-buru menghilangkan pikiran su'udzon pada suaminya. Dia percaya Sahil mengeluarkan uang untuk hal-hal yang berguna. Selama hidup dengan Sahil, Wafi belum pernah lihat Sahil foya-foya, bahkan dulu sebelum nikah Sahil biasa berpakaian super duper cuek, jaket motornya aja sampai bau mata hari. Untung aja Sahil tahu diri dan bisa merawat penampilan, jadinya dia gak dijauhin temannya karena bau ketek misalnya.
Semenjak menikah, Wafi suka menyarankan Sahil untuk pakai baju yang lebih rapih.
"Pakai yang warna beige aja deh, lebih cocok."
"Masa?"
"Iya, bosen aku liat kamu pakai celana hitam mulu."
Atau saat mereka mau keluar jalan-jalan santai gitu kan,
"Pakai celana kargo yang ijo lumut itu aja jangan pakai celana yang model itu terus."
Nurut deh Sahil, ganti deh pakai celana kargo selutut.
Terus nih, semenjak menikah setiap habis pergi keluar dan dirasa bau badan tidaque sedap, Abis salam, buka pintu, masuk rumah, Sahil langsung duduk di depan kipas angin, terus mandi biar wangi.
*Kembali ke laptop*
Dari pada mikir yang aneh-aneh, Wafi lanjut membaca buku parenting yang ia dapatkan dari suaminya, bukan beli sendiri.
Sebenarnya Wafi mengikuti akun-akun parenting di sosial medianya. Wafi sering banget nge-scroll hapenya untuk membaca postingan akun-akun parenting dan Sahil tahu kebiasaan Wafi itu.
Tapi pernah suatu saat Wafi memijat bagian atas tulang hidungnya dekat mata terus-menerus. Sahil yang selalu always memperhatikan istrinya langsung faham kalau istrinya pusing. Dan menurut pengamatannya, salah satu sebab Wafi pusing pasti karena beberapa waktu ini Wafi lagi sering-seringnya liat hape, tangannya asik nge-scroll.
Besoknya saat Wafi mencari buku-buku miliknya yang mau diloakin gak sengaja ia melihat buku yang belum pernah ia lihat sebelumnya dan covernya masih mulus. Pas dibuka, di halaman pertama ada tulisan yang ditempel dengan stickey notes warna biru, begini tulisannya:
"Jangan lupa disampul ya, Sayang"
Dari gaya tulisannya yang tajam tapi luwes itu, Wafi langsung tau kalau itu buku dari Sahil. Dalam hati ia mengiyakan pesan di stickey notes itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari-harinya Sahil & Wafiya
Fanfiction- Sebuah ff wenhun rasa lokal - Cerita ringan (hampir) gak ada konflik tentang Sahil-Wafiya dan hari-hari mereka. Jangan heran kalau part sebelumnya nyeritain mereka menjadi pasutri, tapi eh part selanjutnya malah nyeritain mereka saat masih sekola...