"Waf, kamu beneran gak mau nemenin aku?"
"Iya bener, harus diulang sampe berapa kali sih, Na?"
Nana masih saja membujuk Wafi, sedangkan Wafi gak mau, malah asik membolak-balik lembaran buku sambil sesekali mencoretnya dengan stabilo lucu warna-warni.
"Wafi, please." Nana sampai menunduk dan bermuka melas segala.
"Kamu gak kasian sama aku, pergi sendirian hujan-hujanan begini? Kita sepupuan loh, Waf."
"Ya terus, emang kenapa kalo kita sepupuan?" Ucap Wafi dengan nada ngeselin.
"Kalau kamu pergi tujuannya bukan buat nemuin si Fauzul, aku pasti mau nemenin kamu. Males banget deh, aku jadi nyamuk di antara kalian."
"Gak kok, kamu gak akan jadi nyamuk,"
"Aku udah suruh Fauzul buat bawa teman."
"Hadeuh ini lagi, terus kalau ada temennya Fauzul, aku harus ngapain?"
"Yaaa ngobrol aja gitu kek, bahas tentang apa gituuu. Oh iya! Ajakin program kerja sama aja antara putra-putri."
Ucap Nana dengan wajah berbinar, merasa sarannya itu winwin solution.
Tiba-tiba saja pintu kelas terbuka, Gina masuk lalu duduk di depan bangku yang diduduki Wafi.
"Emang Wafi mah anak rajin, hari libur aja masih di kelas. Kamu lagi ngapain, Waf?"
"Lagi nyetabilo-in." Ucap Wafi sambil menyodorkan kripik singkong pada Gina.
"Waw? Ulangan masih tiga bulan lagi loh, Waf." Ucap Gina sambil mengunyah kripik.
"Apaan. Enggak gitu, Gin,"
"Coba kamu liat di dalem tas-nya Wafi ada apa."
Wafi menatap Nana sebal, Nana memeletkan lidah padanya.
Gina yang memang kepo pada sahabatnya, membuka tas Wafi.
"Ih aku belum baca seri yang ini, Waf! Minjem ya."
Selain belajar, Wafi ke kelas juga untuk membaca komik. Sebagian komik miliknya, sebagian lagi milik penghuni asrama, entah itu teman, kakak kelas, atau adek kelasnya.
Sejak angkatan mereka diangkat menjadi pengurus dan harus sekamar dengan anak-anak baru, adek kelas mereka, membaca komik di dalam kamar asrama merupakan sesuatu yang bahaya.
Bisa-bisa komik mereka disita. Apalagi kalau adek kelas mereka tipikal tukang ngadu.
Memang, membawa komik atau novel yang gak ada nilai islami atau nilai positifnya --kayak sekedar cinta-cintaan doang, apalagi novel bokep-- itu dilarang di sekolahnya.
Nah, kebanyakan komik yang Wafi dan teman-temannya baca itu sejenis Detektif Conan, Death Note, Parasyte, juga Kiminotodoke, dan pastinya dong Hai Mikko.
"Baca aja yang itu aku udah baca, tapi kalo ada orang lain yang mau minjem juga, harus bilang ke aku dulu ya."
"Siiip."
"Eh, Waf."
"Hmm?"
"Selesai kamu belajar bisa tolong beli obat dan kesehatan gak? Ini udah aku tulis apa aja yang harus dibeli."
Gina menyerahkan kertas dengan tulisan tangan bulat-bulat lucu, khas tulisannya.
"Banyak juga ya?" Wafi menautkan alis membaca daftar obat dan tetek bengeknya yang harus dibeli.
"Iya, sekalian nih kan kamu bendahara."
"Aku pergi sama siapa nih?"
"Sama Nana aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hari-harinya Sahil & Wafiya
Fanfiction- Sebuah ff wenhun rasa lokal - Cerita ringan (hampir) gak ada konflik tentang Sahil-Wafiya dan hari-hari mereka. Jangan heran kalau part sebelumnya nyeritain mereka menjadi pasutri, tapi eh part selanjutnya malah nyeritain mereka saat masih sekola...