siapa kamu? 👻

200 36 16
                                    


Entah hanya perasaannya saja atau memang terbukti benar, tapi semenjak pindah untuk menempati rumah Tante Tita, adik ayah Sahil, Wafiya merasa seperti ada yang mengawasinya.

Kalau memang ada itu benar-benar mengerikan, nggak peduli yang mengawasi mereka manusia atau bukan.

"Duh, jangan ganggu gue, gue gak ganggu lo!"

Tuh kan baru saja ia masuk rumah kembali setelah keluar sebentar mengambil baju yang telah kering dari jemuran, perasaan tidak enak yang membuat belakang leher merinding kembali muncul.

Benar-benar ngeselin nih. Awas aja kalau sampai berani nampakin diri itu setan.

Wafiya buru-buru menghilangkan rasa was-was. Ia cepat-cepat menyalakan lampu di seluruh ruangan dan membuka pintu depan entah untuk apa.

Pikirnya dengan begitu hawa menyeramkan dari rumah tantenya ini bisa keluar. Akan tetapi, baru saja sebelah pintu dibuka, zrasssh: hujan turun.

Sedihnya bukan hujan rintik-rintik yang turun, sepertinya hujan akan deras dan gawatnya si pak suami belum pulang.

Pak Suami❤️

Bawa jas hujan gak?

Kayaknya ketinggalan

Wafiya seketika :( membaca balasan dari Sahil. Sebuah hilal kalau suaminya akan pulang agak telat karena perlu untuk meneduh dahulu.

Kayaknya telat sampai rumah
Mau neduh dulu

Kan bener aja.

Pak Suami ❤️

Hati-hati yaa

👍🏻
Mau makan apa?

Hmm ujan gini enaknya apa?

Jangan jawab terserah

Yaudah sop kambing

Wah ngidam ya?

😒

-

Hujan lebat begini membuat suasana rumah semakin horror. Wafiya hanya bisa berharap supaya Tante Tita dan keluarganya cepat pulang ke Indonesia sehingga mereka bisa cepat-cepat pindah dari sini.

Memang perasaan tidak enak untuk menolak seperti sudah mencokol dalam dirinya.
Seperti saat mereka dimintai tolong untuk menempati rumah ini beberapa bulan yang lalu meski sebenarnya enggan.

Berbeda dengan Sahil yang awalnya menolak, karena meminta untuk rumahnya ditempati = meminta untuk menjaga rumah mereka, beres-beres rumah dan segala perabotan milik mereka serta tetek bengek lainnya.

Memangnya mentang-mentang mereka masih pasutri baru yang belum memiliki tempat tinggal tetap bisa seenaknya dimintai tolong begitu?

Tapi tadi, Wafiya tidak enak untuk menolak. Maka di sinilah mereka tinggal sejak seminggu yang lalu sampai beberapa bulan ke depan.

Keputusan Wafiya untuk mengiyakan menempati rumah ini tentu ditentang oleh si pak suami. Bahkan mereka sempat berantem diem-dieman beberapa hari. Apalagi saat mereka berdebat Wafiya memberi alasan: "Seenggaknya beberapa bulan ke depan kita bisa menghemat uang sewa rumah."

Hari-harinya Sahil & WafiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang