VI. Penyelamat

120 36 5
                                    

Suara musik yang tidak dikenalnya membuat Izuku mengerjap terbangun. Ia mengira akan berada di rumah sakit atau semacamnya. Jadi, ketika melihat langit-langit berwarna abu-abu muda dan dinding berwarna krem, dia tidak punya ide dimana ia sekarang.

'Liga? Apakah liga membawaku lagi?'

"Oh, ternyata kau sudah bangun."

Suara yang tidak dia kenal. Postur Izuku masih santai, tetapi indranya meningkat waspada.

Seorang pemuda, seumurannya, duduk di kursi meja belajar, menghadap Izuku dengan buku tertutup di pangkuannya. Izuku merasa pernah nelihatnya di suatu tempat... Berambut ungu mengembang dan mata lavender. Oh!

"Sepertinya kita pernah bertemu?" tanya si pemuda.

"Ya, ujian masuk UA..." gumam Izuku.

"Oh, waktu itu," sahut si pemuda dengan nada datar.

'Hitoshi Shinsou... Kan? Dia berhasil masuk dengan skor tipis,' pikir Izuku. "Aku Midoriya Izuku. Terima kasih sudah menyelamatkanku," ucap Izuku dengan senyum tipis yang terulas di wajahnya.

"Hitoshi Shinsou. Tidak perlu berterima kasih, sepertinya justru aku yang harus berterima kasih padamu."

"Huh, kenapa?" tanya Izuku heran. Seingatnya dia tidak pernah bertemu anak ini selain saat di depan gerbang.

"Kau yang menunjukkan cara mendapatkan poin tanpa kekuatan besar. Berkat itu, aku berhasil masuk ke kursus pahlawan," jelas Shinsou.

"Mental quirk?" tanya Izuku.

"... Brainwash," jawab Shinsou setelah terdiam.

Mata Izuku berkilauan, dia jarang menemukan quirk seperti itu. Matanya melebar penuh keterkejutan. Namun, bagi Shinsou yang sudah diejek selama hidupnya, itu memiliki makna negatif.

"Lebih mirip quirk seorang villain ya," kata Shinsou, ah, seharusnya dia tidak memberitahunya. Dia akan menjauhinya seperti yang lain...

"Seperti apa cara kerjanya?!" tanya Izuku antusias. Hilang sudah rasa waspadanya. Dia perlu menghilangkan pertanyaan Shinsou tentang ceritanya, jadi lebih baik mereka membicarakan tentang anak berambut ungu saja.

"Seperti ini." Shinsou berdeham. "Kau berhasil masuk UA?"

"Tentu saja!"

Mata Izuku berubah putih dan hanya menatap kosong ke depan.

Shinsou mengulurkan satu tangannya. "Letakkan tangan1 kananmu di atas tanganku."

Dengan gerak lambat, Izuku mengikuti perintah itu.

Dengan tangan yang bebas, Shinsou menampar wajah Izuku. Perlu kekuatan tertentu untuk membebaskan seseorang dari quirknya.

Mata Izuku mengerjap. Dia menatap Shinsou yang menggaruk belakang lehernya dengan gugup, kemudian ke tangannya yang ada di atas tangan Shinsou.

"Oh, merespon ucapanmu adalah kuncinya?"

Shinsou mengangguk, kemudian menarik tangannya. "Aku mengerti kalau setelah ini kau tidak ingin bicara denganku lagi," gumam anak berambut ungu itu.

Izuku memiringkan  kepala dengan tatapan heran di matanya. "Kenapa?"

"Bukankah itu quirk yang jahat? Aku bisa membuatmu melakukan apapun yang tidak ingin kau lakukan. Aku juga bisa membuatmu bunuh diri lho!"

Izuku mengernyitkan keningnya. "Tapi kau tidak akan melakukannya kan? Yang kau inginkan adalah menjadi hero, bukan menjadi villain."

Iris lavender Shinsou melebar terkejut. Ini... Bukan reaksi yang ia harapkan.

Share, Tell Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang